Minggu, 24 Oktober 2010

Kondisi Psikologis Individu Dalam Massa

Menurut Gustave Le Bon, massa itu mempunyai sifat-sifat psikologis tersendiri. Orang yang tergabung dalam suatu massa akan berbuat sesuatu, yang perbuatan tersebut tidak akan diperbuat bila individu itu tidak tergabung dalam suatu massa. Sehingga massa itu seakan-akan mempunyai daya melarutkan individu dalam suatu massa, melarutkan individu dalam jiwa massa.

Seperti yang dikemukakan oleh Durkheim bahwa adnaya individual mind dan collective mind, yang berbeda satu dengan yang lain. Menurut Gustave Le Bon dalam massa itu terdapat apa yang dinamakan hukum mental unity atau law mental unity, yaitu bahwa massa adalah kesatuan mind, kesatuan jiwa. Menurut Allport, sekalipun kurang dapat menyetujui tentang collective mind tetapi dapat memahami tentang pemikiran adanya kesamaan (conformity), tidak hanya dalam hal berpikir dan kepercayaan, tetapi juga dalam hal perasaan (feeling) dan dalam perbuatan yang tampak (overt behaviour).


SUMBER:
PSIKOLOGI KELOMPOK
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

Individu Dalam Massa

• Kehilangan kepribadian yang sadar dan rasional, tindakan kasar dan
irasional, menurut secar membabi buta pada pemimpin
• Melakukan hal-hal yang berlawanan dengan kebiasaan → agresi
Teori frustasi-agresi dari Fuller-Miller, mengemukakan:
• agresivitas merupakan cerminan dari frustasi yang dirasakan oleh massa
• kuat lemahnya tergantung besar kecilnya hambatan dalam mencapai
tujuan tersebut

Menurut Sidis, individu dalam massa akan terkena hipnotis bentuk ringan
sehingga pertimbangan kritis hilang


SUMBER:
PSIKOLOGI KELOMPOK
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

Proses Dinamika Gerakan Massa

1. Pemusatan perhatian
2. Penciptaan suasana kebersamaan
3. Pusat rasa kagum dan perasaan berada pada suatu massa
4 . Pemimpin membayar massa kemana aktivitas akan massa akan dituju


SUMBER:
PSIKOLOGI KELOMPOK
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

Penyebab Gerakan Massa

Salah satu pandangan berpendapat bahwa manusia itu merupakan individu yang mempunyai dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan yang pada prinsipnya membutuhkan pemuasan atau pemenuhan. Tetapi dalam kenyataannya tidak semua dorongan atau keinginan itu dapat dilaksanakan secara baik. Dorongan atau keinginan yang tidak memperoleh pelepasan, terdorong dan tersimpan dalam alam bawah sadar, yang pada suatu ketika akan muncul kembali diatas sadar bila keadaan memungkinkan.
Salah satu pendapat yang dikemukakan oelh Freud bahwa struktur pribadi manusia terdiri dari 3 bagian, yaitu das es atau the id, yaitu berupa dorongandorongan yang pada dasarnya dorongan-dorongan tersebut membutuhkan pemenuhan, ingin muncul dan ingin keluar. Yang kedua adalah das ich atau the ego, yang merupakan sensor untuk menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya terutama dengan norma-norma. Yang ketiga, yaitu das uber ich atau the super ego, merupakan kata hati yang berhubungan dengan moral baik buruk.

Dalam kehidupan bermasyarakat adanya norma-norma tertentu yang merupakan pedoman-pedoman yang membatsi gerak atau perilaku anggota masyarakat. Dengan adanya norma-norma itu sebagai anggota masyarakat yang baik tidak dapat berbuat seenaknya. Ini berarti bahwa norma-norma itu berfungsi menyesuaikan dengan keadaan lingkungan, yaitu menyesuaikan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Atas dasar uraian diatas dapat dikemukakan salah satu analisis mengenai perbuatan massa adalah berdasarkan atas faktor psikologis yang mendasarinya, yaitu orang bertindak dalam massa atas dorongan-dorongan yang muncul dari bawah sadar yang semula ditekannya. Karena itu bila banyak hal ditekan merupakan suatu pertanda yang kurang baik, sebab pada suatu waktu dapat muncul dipermukaan bila keadaannya memungkinkan, slah satu bentuk adalah dalam massa.



SUMBER:
PSIKOLOGI KELOMPOK
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

Gerakan Massa

1. Gerakan Massa Progresif
→ merombak norma lama, membentuk norma baru
2. Gerakan Massa Status Quo
→ mempertahankan norma lama (konservatif)
3. Gerakan Massa Reaksioner
→ orang yang bersikap untung-untungan
→ lebih lunak/fleksibel, tidak tegas yang penting golongannya tidak
dirugikan


SUMBER:
PSIKOLOGI KELOMPOK
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

Massa Aktif dan Massa Pasif

1. Massa aktif yang disebut dengan mob terbentuk karena telah adanya
tindakan-tindakan nyata, misalnya demonstrasi, perkelahian massal, dsb
Menurut Mc Laughlin, paling tidak ada 3 kondisi yang melatarbelakangi,
yaitu:
• adanya problem yang cukup serius
• upaya penyelesaian problem yang tertunda
• adanya keyakinan dalam kelompok massa bahwa problem harus
diselesaikan

Faktor-faktor yang menyebabkan massa aktif :
• perasaan tidak puas
→ bertukar pikiran → ide baru → perbuatan yang selalu diulang →
jika sudah matang ‘massa’
• tekanan jiwa masyarakat
→ memuncak dan meledak

2. Massa pasif yang disebut dengan audience adalah kumpulan orangorang
yang belum melakukan tindakan nyata, misalnya orang-orang
berkumpul untuk mendengarkan ceramah, menonton sepakbola, dll

SUMBER:
PSIKOLOGI KELOMPOK
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

Massa Abstrak dan Massa Kongkrit

1. Massa Abstrak adalah sekumpulan orang-orang yang sama sekali belum
terikat satu kesatuan, norma, motif dan tujuan.
Alasan timbul :
• ada kejadian menarik
• individu mendapat ancaman
• kebutuhan tidak terpenuhi

2. Massa Kongkrit adalah massa yang mempunyai ciri-ciri:
Ciri-ciri:
• adanya kesatuan mind dan sikap
• adanya ikatan batin dan persamaan norma
• ada struktur yang jelas
• bersifat dinamis dan emosional, sifat massa jelas



SUMBER:
PSIKOLOGI KELOMPOK
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

Latar Belakang Psikologis Timbulnya Massa

Banyak teori yang mengupas tentang struktur pribadi manusia, salah satu pendapat yang dikemukakan oleh Freud menyatakan bahwa struktur pribadi manusia itu terdiri dari tiga bagian yaitu:
a. Das Es atau The Id yaitu berupa dorongan-dorongan, nafsu-nafsu yang pada dasarnya itu semua membutuhkan pemenuhan, ingin muncul, ingin keluar.
b. Das Ich atau The Ego, yaitu merupakan sinsor untuk menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya, teruatama dengan norma-norma yang ada, di sini berfungsinya pikiran.
c. Das Uber Ich atau The Super Ego, merupakan kata hati yang berhubungan dengan moral baik buruk.
Bila das es mau keluar, tetapi tidak diperbolehkan oleh das ich karena tidak sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat, maka dorongan-dorongan/ das es kemudian ditekan masuk dalam kompleks tersedak, masuk dalam bawah sadar. Apa yang masuk dalam kompleks tidak mai, tidak hilang, tetapi dalam keadaan laten kompleks terdesak ke permukaan. Ke alam sadar pemunculan tersebut terjadi bila sensor yaitu das ich dalam keadaan tidak aktif atau kurang baik berfungsinya.
Dalam kehidupan bermasyarakat adanya norma-norma atau aturan-aturan tertentu, yang merupakan pedoman-pedoman atau batasan-batasan yang membatasi gerak atau perilaku anggota masyarakat. Maka dengan adanya norma-norma tersebut, sebagai anggota masyarakat baik tidak dapat berbuat seenaknya. Jadi ini berarti bahwa norma-norma itu berfungsi menghalangi dorongan-dorongan yang ingin mendapat pemuasan, karena the ego yang berfungsi menyesuaikan dengan keadaan lingkungan, yaitu menyesuaikan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Aras dasar uaraian tersebut di atas, dapat dikemukakan salah satu analisis mengenai perbuatan massa adalah berdasarkan atas faktor psikologis yang mendasarinya. Yaitu orang bertindak dalam massa adalah berdasarkan atas dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan dan sebagainya yang muncul dari bawah sadar yang semula ditekannya. Karena itu, bila banyak hal yang ditekan merupakan suatu pertanda yang kurang baik, sebab pada suatu waktu dapat muncul di permukaan bila keadaan memungkinkan.
Berkaitan dengan hal tersebut, dapat diambil langkah-langkah untuk pencegahannya yaitu sebagai berikut:
1) Menghindari hal-hal yang sekiranya dapat menimbulkan kekecewaan/ frustasi karena hal tersebut dapat menyebabkan sumber terjadinya massa aktif.
2) Menampung pendapat-pendapat yang ada permasalahan agar dapat segera diatasi.
3) Sebagai pemimpin yang baik harus dapat memberikan contoh kepada yang dipimpinnya, sebab pemimpin adalah sebagai tempat identifikasi dari yang dipimpinnya.
4) Sebagai seorang pemimpin sebaiknya bila memberikan janji-janji maka haruslah ditepati, jika tidak dapat menepati janji maka jangan memberikan janji agar tidak menimbulkan frustasi.
Tetapi apabila telah terjadi gerakan massa (massa aktif) maka pimpinan yang dikehendaki adalah pimpinan yang tegas, tidak ragu-ragu dan berani bertindak. Pimpinan yang ragu-ragu akan membuat massa menjadi kacau dan kehilangan arah, karena itu ada pendapat yang menyatakan bahwa barang siapa yang berani muncul di tengah-tengah massa, maka dialah yang akan memegang massa itu.


sumber: Faizun & Laili Nur Faizah
http://www.mizan-poenya.co.cc/2010/08/makalah-psikologi-sosial.html

Sifat-Sifat Massa

Menurut Gustave le Ban, massa itu mempunyai sifat-sifat psikologi tersendiri. Orang yang bergabung dalam suatu massa akan berbuat sesuatu, yang perbuatan tersebut tidak akan dilakukan bila individu itu trkadang dalam suatu massa. Sehingga massa itu akan mempunyai daya melarutkan individu dalam suatu massa, malarutkan individu dalam jiwa massa. Seperti dikemukakan oleh Durkheim bahwa adanya individual mind dan collective mind, yang berbeda satu dengan yang lain. Menurut Gustave Le Bon dalam massa itu terdapat apa yang dinamakan hukum mental unity atau low of mental unity (yaitu bahwa dalam massa adanya kesatuan mind, kesatuan jiwa, seperti yang dikemukakan olehnya, sebagai berikut:

Whoever be the individuals that compose it, however like ot unlike be their mode of life, thei occupations, their character, or their intellegiences, the fact that they have been transformed into a crowd puts them in possession of collective mind (Lih, Lindzey 1959)

Sedangkan menurut Allport (Lih Lindzey, 1959) sekalipun kurang dapat menyetujui tntang collective mind, tetapi dapat mamahami tentang pemikiran adanya kesamaan (conformity), tidak hanya dalam hal berfikir dan kepercayaan, tetapi juga dalam hal kepercayaan (feeling) dan dalam perbuatan yang menampak (overt behaviour). Sedangkan Mc. Dougall menekankan pada adanya homogenity dalam panic (escape mob) seperti yang dikemukakannya:

“there is one kind of objecct in the presence of which no man t\remains indifferent and shich evokes in almost all men the same emotion, namely, inpending danger, hence the sudden appearance of imminent danger the characteristic and terrible phenomena of a panic. (Lih. Lindzey, 1959)
Di sampingmsifat-sifat yang telah disebukan di atas massa itu masih mempunyai sifat-sifat antara lain, yaitu:

a. Impulsif, ini beratti massa itu akan mudah memberikan respons terhadap rangsang atau stimulus yang diterimanya. Karena sifat impulsifnya ini, maka massa itu ingin bertindak cepat sebagai reaksi terhadap stimulus yang diterimanya.

b. Mudah sekali tersinggung. Karena massa itu mudah sekali tersinggung, maka untuk membangkitkan daya gerak massa diperlukan stimuli yang dapat menyinggung perassan massa yang bersangkutan.

c. Sugestibel, ini berarti bahwa massa itu dapat mudah menerima sugesti dati luar.

d. Tidak rasional, karena massa itu sugestibel, maka massa itu dalam berindak tidak rasional, dan mudah dibawa oleh sentimen-sentimen.

e. Adanya social facilitation (F. Allport) yaitu adanya suatu penguatan aktivitas, yang disebabkan karena adanya aktivitas individu lain. Perbuatan individu lain dapat merangsang/ menguatkan perbuatan individu lain yang trgabung dalam massa itu. Menurut Tarde disebut imitation, sedangkan menurut Sighele disebut sugestion, dan menurut Gustave Le Bon sebagai Contagion and suggestion, dan dalam suasana ini terdapat suasana hipnotik (Lih. Lindzey, 1959)



sumber: Faizun & Laili Nur Faizah
http://www.mizan-poenya.co.cc/2010/08/makalah-psikologi-sosial.html

Selasa, 19 Oktober 2010

Pengertian Massa

Massa (mass) atau crowd adalah suatu bentuk kumpulan (collection) individu-individu, dalam kumpulan tersebut tidak terdapat interaksi dan dalam kumpulan tersebut tidak terdapat adanya struktur dan pada umumnya massa berjumlah orang banyak dan berlangsung lama.
a. Massa menurut Gustave Le Bon (yang dapat dipandang sebagai pelopor dari psikologi massa) bahwa massa itu merupakan suatu kumpulan orang banyak, berjumlah ratusan atau ribuan, yang berkumpul dan mengadakan hubungan untuk sementara waktu, karena minat dan kepentingan yang sementara pula. Misal orang yang melihat pertandingan sepak bola, orang melihat bioskol\p dan lain sebagainya (Lih, Gerungan 1900).
b. Massa menurut Mennicke (1948) mempunyai pendapat dan pandangan yang lain shingga ia membedakan antara massa abstrak dan massa konkrit. Massa abstrak adalah sekumpulan orang-orang yang didorong oleh adanya pesamaan minat, persamaan perhatian, persamaan kepentingan, persamaan tujuan, tidak adanya struktur yang jelas, tidak terorganisir. Sedangkan yang dimaksud dengan massa konkrit adalah massa yang mempunyai ciri-ciri:
1) Adanya ikatan batin, ini dikarenakan adanya persamaan kehendak, persamaan tujuan, persamaan ide, dan sebagainya.
2) Adanya persamaan norma, ini dikarenakan mereka memiliki peraturan sendiri, kebiasaan sendiri dan sebagainya.
3) Mempunyai struktur yang jelas, di dalamnya telah ada pimpinan tertentu. Antara massa absrak dan massa konkrit kadang-kadang memiliki hubungan dalam arti bahwa massa abstrak dapat berkembang atau berubah menjadi konkrit, dan sebaliknya massa konkrit bisa berubah ke massa abstrak. Tetapi ada kalangan massa abstrak bubar tanpa adanya bekas. Apa yang dikemukakan oleh Gustave Le Bon dengan massa dapat disamakan dengan massa abstrak yang dikemukakan oleh Mennicke, massa seperti ini sifatnya temporer, dalam arti bahwa massa itu dalam waktu yang singkat akan bubar.
c. Massa menurut Park dan Burgess (Lih. Lindzey, 1959) membedakan antara massa aktif dan massa pasif, massa aktif disebut mob, sedangkan massa pasif disebut audience. Dalam mob telah ada tindakan-tindakan nyata misalnya dimontrasi, perkelahian massal dan sebagianya. Sedangkan pada tindakan yang nyata, misal orang-orang yang berkumpul untuk menjadi mob, sebaliknya mob dapat berubah menjadi audience.


sumber:http://www.mizan-poenya.co.cc/2010/08/makalah-psikologi-sosial.html

Psikologi Massa

a. Psikologi massa adalah studi mengenai tingkah laku banyak orang
atau kumpulan manusia mengenai kelompok-kelompok yang

terorganisir dengan longgar sekali (Kamus Lengkap Psikologi).
b. Psikologi massa adalah psikologi yang khusus mempelajari perilaku
manusia dalam loosely organized group (Chaplin, 1972).

Massa adalah sekumpulan banyak orang (ratusan/ribuan) yang
berkumpul dalam suatu kegiatan yang bersifat sementara.

Jenis-jenis Kelompok

1. Dyad → kelompok terdiri dari 2 orang

2. Kelompok kecil → kelompok primer dimana terjadi face to face, saling
tergantung, ada identitas kelompok yang sangat kuat

3. Organisasi → sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama dan
struktur yang sangat jelas

4. Massa → sifat temporer, mempunyai tujuan yang sama, tidak berstruktur

Minggu, 17 Oktober 2010

Kerugian Masuk Kelompok

1. Primary tension
2. Personal investments → uang pendaftaran, waktu, tenaga, barang, iuran
bulanan, dll
3. Social rejection
4. Interference (campur tangan orang lain)
5. Reactance




SUMBER:
PSIKOLOGI KELOMPOK
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

Keuntungan Masuk Kelompok

1. Social interaction
2. Social support
- social approval (persetujuan dari lingkungan apa yang
dilakukannya mendapat persetujuan dari kelompok)
- belief confirmation
3. Group member characteristic
- competence
- physical attractiveness



SUMBER:
PSIKOLOGI KELOMPOK
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

ALASAN-ALASAN INDIVIDU MASUK KELOMPOK

Mengapa seseorang masuk dalam kelompok?
􀂙 Menurut Forsyth :
1. Pemuasan kebutuhan-kebutuhan psikologis (mis: rasa aman, cinta)
2. Meningkatkan ketahanan yang adaptif
3. Kebutuhan akan informasi
􀂙 Menurut Shaw :
1. Ketertarikan interpersonal
2. Aktivitas kelompok
3. Tujuan Kelompok
4. Keanggotaan kelompok
5. Efek instrumental dari keanggotaan kelompok (kemudahan-kemudahan
yang didapat dalam sebuah kelompok)
􀂙 Menurut Robbins (1998) :
1. Keamanan
2. Status
3. Penghargaan diri
4. Pertalian
5. Kekuasaan
6. Pencapaian tujuan


SUMBER:
PSIKOLOGI KELOMPOK
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

Jumat, 15 Oktober 2010

Fak tor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kelompok

A. Faktor Situasional : Karakteristik Kelompok
1. Ukuran kelompok → efektif : 5 orang (Hare, 1952)
2. Jaringan komunikasi
3. Kohesi kelompok, yaitu kekuatan yang mendorong anggota kelompok
untuk tetap tinggal dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan
kelompok (Collins & Raven, 1964)
Menurut Mc David & Harori (1964), kohesi kelompok diukur dari :
• ketertarikan satu sama lain secara interpersonal
• ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok
• sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat pemuas
kebutuhan anggotanya
4. Kepemimpinan → yaitu komunikasi yang secara positif mempengaruhi
kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok (Cragan & Wright,
1980)

B. Faktor Personal : Karakteristik Anggota Kelompok
Menurut (Cragan & Wright, 1980) 2 dimensi interpersonal, yaitu :
1. Proses interpersonal : keterbukaan, percaya, simpati
2. Kebutuhan interpersonal → William C Schultz (FIRO) : inklusi, kontrol,
afeksi




SIMBER:
PSIKOLOGI KELOMPOK
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

Karakteristik Kelompok

Karakteristik kelompok (Sorsyth, 1979), yaitu:
1. Interaksi → fisik, verbal, nonverbal, emosional
2. Struktur → pola hubungan yang stabil diantara anggota
- Role yang telah diharapkan dan seseorang yang telah menduduki
- Norma : aturan yang mengidentifikasi atau mendeskripsikan perilaku
yang tepat
- Relasi antar anggota
3. Tujuan
- Intrinsik
- Ekstrinsik (tujuan bersama)
- faktor pemersatu paling kuat (ex: olah raga)
- memotivasi perilaku tertentu sehingga tujuan tercapai
4. Groupness → entitavity (kesatuan) : tingkat dimana kesatuan kekuatan
tunggal menyatu
5. Ketergantungan dinamis




SUMBER:
PSIKOLOGI KELOMPOK
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

Pendekatan Terhadap Studi Tentang Kelompok

1. Teori Sintalitas Kelompok (Catell, 1948, 1951)
Sintalitas : kepribadian → kebersamaan, dinamika, temperamen dan kemampuan kelompok
Dimensi kelompok :

a. sifat-sifat sintalitas → pengaruh adanya kelompok sebagai keseluruhan
terhadap kelompok lain dan lingkungannya
b. sifat-sifat struktur kelompok → hubungan antara anggota kelompok,
perilaku kelompok, pola organisasi kelompok
c. sifat-sifat populasi → sifat rata-rata anggota kelompok
Dinamika Sintalitas :
- eksistensi kelompok tergantung pada kebutuhan individu anggotanya
- kelompok-kelompok biasanya saling overlapping

2. Teori Prestasi / Produktivitas Kelompok (Stogdill, 1956)
Dikembangkan dari 3 teori yang berbeda orientasi :
a. orientasi penguat → teori-teori tentang belajar
b. orientasi lapangan → teori-teori tentang interaksi
c. orientasi kognitif → teori-teori tentang harapan

SUMBER:
PSIKOLOGI KELOMPOK
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

Dinamika Kelompok

Tokoh yang mempopulerkan istilah dinamika kelompok adalah Kurt Lewin, yaitu mengacu pada apa yang terjadi dalam situasi kelompok. Lewin penganut Psikologi Gestalt. Kelompok harus merupakan sebuah gestalt, yaitu sebuah konfigurasi yang mempunyai sebuah sistem kesatuan yang tidak dapat dipahami jika hanya merupakan satuan.
B = f (P, E)
Ket:
f : function
P : personal
E : environment

Perilaku kelompok dapat dilihat dari interaksi karakter personal dan interaksi faktor-faktor lingkungan. Menurut Kurt Lewin, syarat dinamika kelompok ada 3, yaitu :
1. Berawal dari level kelompok → level individu
2. Fokus pada variabel-variabel yang ada saat ini
3. Mewakili kekuatan yang ada dalam situasi kelompok

Sedangkan, menurut Cartwright dan Zander (1968) dinamika kelompok merupakan bidang penelitian yang ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan tentang kelaziman kelompok, hukum-hukum perkembangan dan hubungan dengan individu, kelompok lain dan institusi yang lebih besar.


SUMBER:
PSIKOLOGI KELOMPOK
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

Efektifitas kelompok sosial

Karakteristik kelompok yang efektif adalah:

•Komunikasi dua arah
•Tujuan kelompok jelas dan diterima oleh anggota
•Partisipasi merata antar anggota
•Kepemimpinan didasarkan pada kemampuan dan informasi, buka posisi dan kekuasaan
•Kesepakatan diupayakan untuk keputusan yang penting
•Kontroversi dan konflik tidak diabaikan, diingkari atau ditekan
•Kesejahteraan anggota tidak dikorbankan hanya untuk mencapai tujuan
•Secara berkala anggota membahas efektivitas kelompok dan mendiskusikan cara memperbaiki fungsinya


SUMBER: RETNO PURWANDARI,S.Kep.Ns

Rabu, 13 Oktober 2010

Proses pembentukan kelompok

Proses pembentukan kelompok dapat dilihat dari beberapa teori:
• Teori kedekatan
Menganggap sesorang berhubungan dengan orang lain karena adanya kedekatan ruang dan daerah.
• Teori aktivitas-aktivitas, interaksi-interaksi, sentimen-sentimen/perasaan atau emosi (menurut homans)
Ketiga elemen tersebut satu sama lain berhubungan secara langsung. Dikutip dari Miftah Toha tentang elemen-elemen tersebut:
a). Semakin banyak aktivitas seseorang yang dilakukan dengan orang lain, semakin beraneka interaksinya dan semakin kuat tumbuhnya perasaan/emosi mereka.
b). Semakin banyak interaksi semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain
c). Semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain, semakin banyak sentimen dipahami orang lain, maka semakin banyak kemungkinan ditularkannya aktivitas dan interaksi.

• Teori keseimbangan (a balance theory of group formation) dari Newcomb
Seseorang tertarik kepada yang lain didasarkan atas kesamaan sikap dalam menanggapi suatu tujuan yang relevan satu sama lain. Teori ini menekankan pada aspek psikologis dalam proses pembentukan kelompok.
• Teori alasan praktis (practical theory) dari Reitz
Menekankan pada motif atau menelaah maksud orang berkelompok, mengacu pada teori kebutuhan Maslow. ”The group itself is the source of needs” (Kelompok itu sendiri mampu memenuhi kebutuhannya sendiri)
• Hipotesa pembentukan kelompok
- Hipotesa I :Seseorang menggabungkan diri dalam kelompok dengan tujuan memenuhi kebutuhannya.
- Hipotesa II : Dekatnya kontak dan interaksi memberikan kepada individu untuk menemukan kebutuhan untuk kepuasan yang dapat dicapai melalui afiliasi dengan orang lain.
- Hipotesa III : Tarikan interpersonal (interpersonal attraction) adalah fungsi positif dan daya tarik fisik, kesamaan sikap, kesamaan kepribadian, kesamaan ekonomi, kesamaan rasial, memahami kemampuan orang, dan kebutuhan untuk kerukunan dan keharmonisan.
- Hipotesa IV :Individu berkeinginan untuk berafiliasi dengan orang lain yang kemampuannya sama atau lebih tinggi
- Hipotesa V : Seseorang akan menggabungkan diri ke dalam kelompok apabila mereka menemukan/menganggap bahwa aktivitas kelompok menarik atau memberikan imbalan
- Hipotesa VI : Seseorang akan menggabungkan diri dalam kelompok, apabila dia menilai baik pada kelompok
- Hipotesa VII :Ada kebutuhan untuk berafiliasi yang menyebabkan keanggotaan di dalam kelompok memberikan suatu imbalan (menjadi anggota kelompok memberikan suatu imbalan)
- Hipotesa VIII :Seseorang akan menggabungkan diri di dalam kelompok, apabila dia menerima/menilai/merasa bahwa ini sebagai sesuatu yang memenuhi kebutuhan/memberikan kepuasan.
- Hipotesa IX : Pengembangan kelompok mengikuti suatu pola yang tetap
- Hipotesa X : koalisi terbentuk di dalam situasi dimana dua orang atau lebih mencapai imbalan yang lebih besar melalui kerja sama daripada kalau bekerja sendiri-sendiri.




SUMBER: RETNO PURWANDARI,S.Kep.Ns

Pembentukan kelompok

Pembentukan kelompok merupakan salah satu langkah awal terjadinya interaksi antar individu satu dengan yang lain, karena dengan terjadinya proses pembentukan kelompok akan terpenuhi kebutuhan dalam berkelompok. Pembentukan sebuah kelompok dapat diawali dengan adanya persepsi, perasaan atau motivasi, dan tujuan yang sama dalam memenuhi kebutuhannya.

Proses pembentukan kelompok dimulai dari adanya perasaan/persepsi yang sama untuk memenuhi kebutuhan, dari perasaan ini akan muncul motivasi dalam memenuhi kebutuhan, kemudian menetukan tujuan yang sama dan akhirnya terjadi interaksi, sehingga terwujudlah sebuah kelompok. Pada tahap awal pembentukan kelompok ini akan ditentukan kedudukan masing-masing individu, siapa yang menjadi ketua dan siapa yang menjadi anggotanya. Dalam perjalanan kelompok akan terjadi interaksi antar anggota yang memungkinkan terjadinya perpecahan (konflik), tapi konflik ini biasanya bersifat sementara karena manfaat kelompok ini lebih besar, maka anggota akan menyesuaikan diri karena kepentingan bersama dan setelah itu perubahan kelompok akan mudah terjadi. Berikut ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat proses pembentukan kelompok:

• Persepsi
Pembagian kelompok diharapkan mempunyai kemampuan yang berimbang, apabila ada anggota yang mempunyai tingkat intelegensi rendah, maka anggota yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi mampu menginduksi anggota yang lain, sehingga tidak terjadi ketimpangan yang mencolok.

• Motivasi
Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi setiap anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat, dalam mencapai tujuan kelompok.

• Tujuan
Pembentukan kelompok diantaranya adalah untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu dengan menggunakan metode diskusi ataupun kerjasama, seahingga di sini suatu kelompok memiliki tujuan yang sama dengan tujuan anggotanya.

• Organisasi
Pengorganisasian dimaksudkan untuk mempermudah koordinasi, sehingga penyelesaian masalah kelompok menjadi lebih efektif dan efisien.

• Independensi
Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok, yang dimaksud kebebasan disini adalah kebebasan anggota kelompok dalam menyampaikan ide dan pendapatnya. Kebebasan disesuaikan dengan aturan yang berlaku dalam kelompok, sehingga tidak mengganggu proses kelompok.

• Interaksi
Interaksi/hubungan timbal balik antar anggota kelompok merupakan syarat yang penting dalam kelompok, karena dengan adanya interaksi/hubungan timbal balik akan ada proses memberi dan menerima ilmu pengetahuan dari satu anggota ke anggota yang lain, sehingga transfer ilmu dapat berjalan (kebutuhan akan informasi terpenuhi).




SUMBER: RETNO PURWANDARI,S.Kep.Ns

Definisi dan Ciri-ciri Kelompok Sosial

Definisi kelompok sosial dikemukan beberapa ahli seperti:
1. Muzafer Sherif
Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga di antara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma-norma tertentu.

2. Crech dan Curtchfield
Kelompok sosial didefinisikan sebagai sistem yang terintegrasi yang terbentuk karena adanya hubungan psikologis untuk menyelesaikan keadaan secara obyektif.

3. S.S.Sargent
Penggambaran kelompok sosial dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara, misal berdasarkan ukuran kelompok, jumlah anggota yang ada, distribusi geografik,dll.

4. Newcomb, Turner, dan Converse
Sejumlah orang-orang, dilihat sebagai kesatuan tunggal, merupakan satu kelompok sosial, terutama mempunyai perhatian terhadap interaksi kelompok dan terhadap ciri-cirinya yang relatif stabil.

Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa kelompok sosial merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang mengadakan interaksi sosial agar dapat terjadi pembagian tugas, struktur dan norma yang ada.
Secara umum, Baron dan Byrne mengungkapkan bahwa sebuah kelompok harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Interaksi, anggota-anggota seharusnya berinteraksi satu sama lai
2. Interdependen, apa yang terjadi pada seorang anggota akan mempengaruhi perilaku anggota yang lain
3. Stabil, hubungan paling tidak ada lamanya waktu yang berarti (bisa minggu, bulan dan tahun)
4. Tujuan yang dibagi, beberapa tujuan bersifat umum bagi semua anggota
5. Struktur, fungsi tiap anggota harus memiliki beberapa macam struktur sehingga mereka memiliki set peran
6. Persepsi, anggota harus merasakan diri mereka sebagai bagian dari kelompok.

Suatu kelompok bisa disebut sebagai kelompok sosial apabila memiliki ciri-ciri berikut ini:

1. Terdapat dorongan atau motif yang sama antar individu satu dengan yang lain (dapat menyebabkan terjadinya interaksi dalam mencapai tujuan yang sama)
2. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu satu dengan yang lain berdasarkan rasa dan kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang terlibat di dalamnya.
3. Adanya penegasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan-peranan dan kedudukan masing-masing
4. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang ada.
5. Berlangsungnya suatu kepentingan
6. Adanya pergerakan yang dinamik




SUMBER: RETNO PURWANDARI,S.Kep.Ns

Macam-macam Kelompok

Individu sebagai makhluk sosial tidak bisa dihindarkan dengan interaksi sosial dan bentuk-bentuk interaksi sosial. Individu juga tidak bisa dilepaskan dari situasi tempat ia berada dan situasi ini sangat berpengaruh terhadap kelompok yang tertbentuk akibat situasi tersebut. Situasi yang dihadapii individu terbagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Situasi kebersamaan
Situasi kebersamaan didefinisikan sebagai suatu situasi berkumpulnya sekumpulan individu secara bersama-sama. Situasi kebersamaan menimbulkan kelompok kebersamaan, yaitu suatu kelompok individu yang berkumpul pada suatu ruang dan waktu yang sama, tumbuh dan mengarahkan tingkah laku secara spontan. Kelompok ini sering juga disebut massa atau crowd. Menurut kinch, ciri-ciri massa adalah:
• Bertanggung jawab dalam waktu yang relatif pendek
• Pesertanya berhubunga secara fisik (misal berdesak-desakan)
• Kurang adanya autran yang terorganisir
• Interaksinya bersifat spontan
Brown membagi kerumunan massa/ crowd menjadi dua golongan, yaitu Mobs dan Audience. Mobs merupakan suatu kerumunan aktif yang meyebabkan kerusakan-kerusakan, sedangkan Audience merupakan terbentuknya suatu kelompok karena adanya penggerak yang sama.

2. Situasi kelompok sosial
Situasi kelompok sosial didefinisikan sebagai suatu situasi ketika terdapat dua individu atau lebih mengadakan interaksi sosial yang mendalam satu sama lain. Situasi kelompok sosial ini akan melahirkan terbentuknya kelompok sosial, artinya suatu kesatuan sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga diantara individu sudah terdapat pembagian tugas, struktur, norma-norma tertentu. Kelompok sosial secara umum diikat oleh faktor-faktor berikut ini:
• Bagi anggota kelompok, suatu tujuan yang realistis, sederhana, dan memiliki nilai keuntunganbagi individu
• Masalah kepemimpinan dalam kelompok cukup berperan dalam menentukan kekuatan ikatan antar anggota
• Interaksi dalam kelompok secara seimbang merupakan alat perekat yang baik dalam membina kesatuan dan persatuan anggota.
Situasi kelompok sosial dapat menimbulkan bermacam-macam kelompok sosial, sebagai berikut:
• Charles H. Cooley membagi menjadi

1). Kelompok primer (primary group), suatu kelompok yang anggota-anggotanya mempunyai hubungan/interaksi yang lebih intensif dan lebih erat antar anggotanya. Contoh: keluarga, rukun tetangga/kelompok kawan sepermainan, kelompok agama.
2). Kelompok sekunder (secondary group), suatu kelompok yang anggota-anggotanya saling mengadakan hubungan yang tidak langsung, berjauhan (pertemuan tidak harus face to face) dan formal, dan kurang bersifat kekeluargaan. Contohnya: partai politik, perhimpunan serikat kerja.

• Moreno membagi menjadi:
1). Psikhe group, beberapa orang yang berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai kesadaran psikologis dan menerima mereka sebagai kelompok
2). Socio group, berhubungan dengan posisi sosial, aturan dan status dari anggota kelompok

• Crèch dan Curtchfield membagi menjadi:
1). Kelompok stabil, kelompok yang strukturnya ters tetap, tidak berubah dalam jangka waktu yang cukup lama
2). Kelompok tidak stabil, kelompok yang mengalami perubahan progresif meskipun tanpa terdapat variasi-variasi yang cupuk penting dari situasi eksternal.

• French membagi menjadi:
1). Kelompok terorganisir, kelompok yang menunjukkan secara tegas, lebih memiliki kebebasan sosial, perasaan kita, saling ketergantungan, kesamaan berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, motivasi, frustasi dan agresi terhadap anggota kelompok yang lain
2). Kelompok tidak terorganisir, kelompok yang sedikit sekali kemungkinan bahwa individu akan dipengaruhi oleh apa yang dikerjakan orang lain

• Berdasarkan tingkat keformalan kelompok dibagi menjadi
1). Kelompok formal/kelompok resmi, suatu kelompok yang sengaja dibentuk untuk pelaksanaan dan realisasi tugas tertentu, anggota-anggotanya diangkat dan dilegimitasi oleh suatu badan/organisasi. Kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan serta anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Contohnya adalah komite, panitia, organisasi pemuda.
2). Kelompok informal, kelompok yang terbentuk dari proses interaksi, daya tarik dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Anggota kelompok tidak diatur dan diangkat atau dilegalisasikan dalam pernyataan normal. Kelompok ini tidak didukung oleh peraturan atau anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Kelompok ini bisa berkembang dalam kelompok formal, karena adanya beberapa anggota yang secara tertentu memiliki nilai-nilai yang perlu dibagi dengan sesama anggota.




SUMBER: RETNO PURWANDARI,S.Kep.Ns

FUNGSI DINAMIKA KELOMPOK

1. Individu satu dengan yang lain akan terjadi kerjasama saling membutuhkan (individu tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat)

2. Dinamika kelompok memudahkan segala pekerjaan (dalam dinamika kelompok ada saling bantu antara anggota satu dengan anggota yang lain)

3. Melalui dinamika kelompok segala pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dapat teratasi, mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar, sehingga waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dapat diatur secara tepat, efektif dan efisien (dalam dinamika kelompok pekerjaan besar akan dibagi-bagi sesuai dengan bagian kelompoknya masing-masing)

4. Meningkatkan masyarakat yang demokratis, individu satu dengan yang lain dapat memberikan masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat



SUMBER: RETNO PURWANDARI,S.Kep.Ns

Pendekatan-pendekatan Dinamika Kelompok

Dinamika kelompok seperti disebutkan di bagian awal, menjadi bahan persaingan dari para ahli psikologi, ahli sosiologi, ahli psikologi sosial, maupun ahli yang menganggap dinamika kelompok sebagai eksperimen. Hal tersebut membawa pengaruh terhadap pendekatan-pendekatan yang ada dalam dinamika kelompok.

1. Pendekatan oleh Bales dan Homans
Pendekatan ini mendasarkan pada konsep adanya aksi, interaksi, dan situasi yang ada dalam kelompok. Homans menambahkan, dengan adanya interaksi dalam kelompok, maka kelompok yang bersangkutan merupakan sistem interdependensi, dengan sifat-sifat:
• Adanya stratifikasi kedudukan warga
• Adanya diferensiasi dalam hubungan dan pengaruh antara anggota kelompok yang satu dengan yang lain
• Adanya perkembangan pada sistem intern kelompok yang diakibatkan adanya pengaruh faktor-faktor dari luar.

2. Pendekatan oleh Stogdill
Pendekatan ini lebih menekankan pada sifat-sifat kepemimpinan dalam bentuk organisasi formal. Stogdill menambahkan bahwa yang dimaksud kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok yang terorganisir sebagai usaha untuk mencapai tujuan kelompok. Kelompok terorganisir yang dimaksud disini adalah kelompok yang tiap-tiap anggotanya mendapat tanggungan dalam hubungannya dengan pembagian tugas untuk mencapai kerja sama dalam kelompok.

3. Pendekatan dari ahli Psycho Analysis (Sigmund Freud dan Scheidlinger)
Scheidlinger berpendapat bahwa aspek-aspek motif dan emosional memegang peranan penting dalam kehidupan kelompok. Kelompok akan terbentuk apabila didasarkan pada kesamaan motif antar anggota kelompok, demikian pula emosional yang sama akan menjadi tenaga pemersatu dala kelompok, sehingga kelompok tersebut semakin kokoh. Freud berpendapat bahwa di dalam setiap kelompok perlu adanya kesatuan kelompok, agar kelompok tersebut dapat berkembang dan bertahan lama. Kesatua kelompok akan terbentuk apabila tiap-tiap anggota kelompok melaksanakan identifikasi bersama antara anggota yang satu dengan yang lain.

4. Pendekatan dari Yennings dan Moreno
Yennings mengungkapkan konsepsinya tentang pilihan bebas, spontan, dan efektif dari anggota kelompok yang satu terhadap angota kelompok yang lain dalam rangka pembentukan ikatan kelompok. Moreno membedakan antara psikhe group dan sosio group sebagai berikut:
• Psikhe group merupakan suatu kelompok yang terbentuk atas dasar suka/tidak suka, simpati, atau antipati antar anggota
• Sosio group merupakan kelompok yang terbentuk atas dasar tekanan dari pihak luar.
Yennings menambahkan bahwa pelaksanaan tugas akan lebih lancar apabila pembentukan Sosio group disesuaikan dengan Psikhe group, dengan memperhatikan faktor-faktor efisiensi kerja dan kepemimpinan dalam kelompok.



SUMBER: RETNO PURWANDARI,S.Kep.Ns

Pengertian dinamika kelompok

Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama. Dinamika kelompok juga dapat didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah. Dinamika kelompok mempunyai beberapa tujuan, antara lain:

• Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai

• Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain

• Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok

• Menimbulkan adanya i’tikad yang baik diantara sesama anggota kelompok.

Proses dinamika kelompok mulai dari individu sebagai pribadi yang masuk ke dalam kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda, belum mengenal antar individu yang ada dalam kelompok. Mereka membeku seperti es. Individu yang bersangkutan akan berusaha untuk mengenal individu yang lain. Es yang membeku lama-kelamaan mulai mencair, proses ini disebut sebagai “ice breaking”. Setelah saling mengenal, dimulailah berbagai diskusi kelompok, yang kadang diskusi bisa sampai memanas, proses ini disebut ”storming”. Storming akan membawa perubahan pada sikap dan perilaku individu, pada proses ini individu mengalami ”forming”. Dalam setiap kelompok harus ada aturan main yang disepakati bersama oleh semua anggota kelompok dan pengatur perilaku semua anggota kelompok, proses ini disebut ”norming”. Berdasarkan aturan inilah individu dan kelompok melakukan berbagai kegiatan, proses ini disebut ”performing”.

Alasan pentingnya dinamika kelompok:
• Individu tidak mungkin hidup sendiri di dalam masyarakat
• Individu tidak dapat bekerja sendiri dalam memenuhi kehidupannya
• Dalam masyarakat yang besar, perlu adanya pembagian kerja agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik
• Masyarakat yang demokratis dapat berjalan baik apabila lembaga sosial dapat bekerja dengan efektif




SUMBER: RETNO PURWANDARI,S.Kep.Ns

PENGERTIAN KELOMPOK bag.2

Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang merupakan kesatuan sosial yang mengadakan interaksi yang intensif dan mempunyai tujuan bersama. Menurut W.H.Y. Sprott mendefinisikan kelompok sebagai beberapa orang yang bergaul satu dengan yang lain. Kurt Lewin berpendapat ”the essence of a group is not the similarity or dissimilarity of its members but their interdependence”. H. Smith menguraikan bahwa kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan dasar kesatuan persepsi. Interaksi antar anggota kelompok dapat menimbulkan kerja sama apabila masing-masing anggota kelompok:
• Mengerti akan tujuan yang dibebankan di dalam kelompok tersebut
• Adanya saling menghomati di antara anggota-anggotanya
• Adanya saling menghargai pendapat anggota lain
• Adanya saling keterbukaan, toleransi dan kejujuran di antara anggota kelompok
Menurut Reitz (1977) kelompok mempunyai karakteristik sebagai berikut:
• Terdiri dari dua orang atau lebih
• Berinteraksi satu sama lain
• Saling membagi beberapa tujuan yang sama
• Melihat dirinya sebagai suatu kelompok
Kesimpulan dari berbagai pendapat ahli tentang pengertian kelompok adalah kelompok tidak terlepas dari elemen keberadaan dua orang atau lebih yang melakukan interaksi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.


SUMBER: RETNO PURWANDARI,S.Kep.Ns

Pengertian dinamika

Pengertian dinamika

Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat kelompok (group spirit) terus-menerus ada dalam kelompok itu, oleh karena itu kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah


SUMBER: RETNO PURWANDARI,S.Kep.Ns

Status Dinamika Kelompok

Pertumbuhan dan perkembangan dinamika kelompok tidak lepas dari pandangan para ahli dari berbagai disiplin ilmu. Berikut ini pandangan para ahli dari berbagai disiplin ilmu:
1. Cabang sosiologi
Ahli sosiologi seperti Homans, Moreno, dan Mitschell berpendapat bahwa masalah kelompok/group dan struktur kelompok yang menjadi obyek dinamika kelompok merupakan sebagian bahan yang menjadi obyek sosiologi. Moreno berpendapat bahwa dalam suatu kelompok pasti terdapat social distance (jarak social) antara angota kelompok tersebut.
2. Cabang psikologi
Robert F. Bales memasukkan dinamika kelompok ke dalam cabang psikologi. Alasannya karena dalam dinamika kelompok titik beratnya bukan masalah kelompok itu sendiri, tetapi yang pokok adalah proses kejiwaan yang terjadi/timbul pada individu dan pengaruhnya terhadap kelompok.
3. Cabang psikologi sosial
Para ahli psikologi sosial, seperti Otto Klineberg berpendapat bahwa dinamika kelompok lebih ditekankan pada peninjauan psiokologi sosial karena yang terpenting sampai sejauh mana pengaruh interaksi sosial individu di dalam kelompok terhadap masing-masing individu sebagai anggota kelompok. Hal ini berarti dinamika kelompok ingin mempelajari hubungan timbal balik antar anggota dalam kehidupan berkelompok.
4. Bidang eksperimen
Di dalam buku Group Dynamic yang disusun oleh Cartwright dan Zender, disebutkan bahwa dinamika kelompok sebenarnya adalah bidang eksperimen, walaupun sifatnya cenderung mengarah pada persoalan psikologi.



SUMBER: RETNO PURWANDARI,S.Kep.Ns

Sejarah Dinamika Kelompok

Sejarah munculnya dinamika kelompok dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Zaman Yunani
Pada masa ini berkembang ajaran Plato, bahwa daya-daya pada individu tercermin dalam struktur masyarakat dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Masing-masing struktur masyarakat tersebut merupakan kelompok yang terpisah satu sama lain dan tiap-tiap golongan memiliki norma yang berfungsi sebagai pemersatu dan pedoman dalam interaksi sosial antar anggota masing-masing golongan. Pada masa ini ikatan persatuan dan interaksi sosial terjalin dengan kuat, sehingga masing-masing golongan dapat mempertahankan kesatuannya dan tidak terpecah-pecah dalam kelompok/golongan yang lebih kecil.
2. Zaman liberalisme
Pengaruh cara berfikir bebas mengakibatkan individu bebas menentukan segala sesuatu bagi dirinya dan tiap individu tidak bisa menetukan individu lain dalam kehidupan. Kebebasan ini justru membawa malapetaka pada individu, karena individu merasa tidak mempunyai pedoman dalam kehidupan, sehingga mereka merasa tidak memiliki kepastian. Kondisi tersebut membuat individu merasa ketakutan, sehingga berbagai cara mereka tempuh untuk untuk menghilangkan ketakutan dan memperoleh pedoman dalam menjalani hidup. Gagasan individu yang muncul pada saat itu adalah mengadakan perjanjian social antara sesamanya dan hal tersebut dirumuskan dalam Leviathan atau Negara yang diharapkan dapat menjamin hidup mereka.

3. Zaman ilmu jiwa bangsa-bangsa
Pada masa ini Moritz Lazarus dan Stanley Hall memelopori untuk mengadakan suatu penyelidikan terhadap bangsa primitive yang memiliki ciri khas di dalam kehidupannya. Penyelidikan dilakukan terhadap adat dan bahasa rakyat dan hubungannya dengan tingkah laku masyarakat primitif. Hasil penyelidikan, pengaruh adat dan bahasa menimbulkan homogenitas pada masyarakat sehingga setiap sikap dan tingkah laku anggota masyarakat tidak berbeda satu sama lain. Hal ini disebabkan karena adat dan bahasa rakyat menimbulkan kesamaan psikologi, dan ini tercermin dalam tingkah laku. Terori ini berkembang, bahwa setiap masyarakat yang mempunyai kesamaan psikologi menjadi suku bangsa tertentu, lengkap dengan kepribadian masing-masing.
4. Zaman gerakan massa
Adanya bentuk pemerintahan otokrasi dengan segala bentuk penekanannya mengakibatkan masyarakat menunjukkan pergolakan untuk membebaskan diri dan membentuk pemerintahan yang diinginkan. Gerakan massa ini mendorong Gustave Le Bon melakukan penyelidikan secara intensif dan mendalam pada gerakan massa. Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa dalam gerakan massa tiombul apa yang dinamakan sugesti, yang mengakibatkan gerakan massa tersebut dala setiap individu kehilangan control diri terhadap mereka. Apabila ditinjau, massa yang memiliki gerakan sedemikian hebat, tentu massa tersebut mempunyai anggota, norma, pimpinan dan tujuan yang hal ini tidak ubahnya seperti bentuk suatu kelompok.
5. Zaman psikologi sosial
Penyelidikan terhadap massa memberikan motivasi kepada ahli untuk mengadakan penyelidikan lebih mendalam terhadap massa, meskipun risikonya besar. Pada abad ke-20, para ahli mengubah arah penyelidikannya dan mereka lebih tertarik untuk mengadakan penyelidikan terhadap gejala-gejala psikis dalam situasi tertentu. Edward A. Ross mengadakan penyelidikan terhadap hubungan psikis antara individu dengan lingkungannya. Dalam meninjau situasi sosial maka situasi tersebut adalah situasi yang mengakibatkan berkumpulnyasejumlah individu pada saat tertentu. Hal ini tidak berbeda dengan anggapan bahwa situasi sosial berarti membawa pula adanya kelompok.
6. Zaman dinamika kelompok
Erich Fromm mengawali kegiatan penyelidikannya yang disusun dalam buku Escape From Freedom untuk menunjukkan perlunya individu bekerja sama dengan individu lain, hingga timbul solidaritas dalam kehidupannya. Hal ini disebabkan karena terdorong oleh adanya keinginan individu untuk memperoleh kepastian dalam kehidupan ketika hasrat kepastian ini hanya diperoleh apabila masing-masing individu memiliki rasa solidaritas. Moreno mengemukakan bahwa perlunya kelompok-kelompok kecil seperti keluarga, regu kerja, regu belajar, ketika di dalam kelompok itu terdapat suasana saling menolong, hingga kohesi menjadi kuat, dan kelompok yang makin kuat kohesinya, makin kuat moralnya. Kurt Lewin menyimpulkan bahwa tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh kelompok yang menjadi anggotanya. Jadi jelaslah bahwa kelompok itu memang benar-benar mempunyai pengaruh terhadap kehidupan individu.

SUMBER: RETNO PURWANDARI,S.Kep.Ns

Mutual Influence

a) Shaw (1979) : dua atau lebih individu yang berinteraksi satu
dengan yang lain dimana masing-masing anggota mempengaruhi
satu dengan yang lain.

Defini Lain:
• Baron & Byrne (1979) : kelompok memiliki 2 tanda psikologis, yaitu
pertama, adanya sense of belonging ; kedua, nasib anggota kelompok
tergantung satu sama lain sehingga hasil setiap anggota terkait dengan
anggota yang lain.

• Forsyth (1983) : kelompok adalah dua atau lebih individu yang saling
mempengaruhi melalui interaksi sosial.

• Cartwright & Zander (1968) : kelompok adalah kumpulan individu yang
saling berhubungan sehingga saling bergantung pada derajat tertentu.

Karakteristik Kelompok
1. Interaksi interpersonal → mutual influence
2. Struktur → roles, norm, intermember relations
3. Tujuan → motivasi
4. Persepsi kekelompokan → merasa sebagai satu entitas (kesatuan yang
tunggal)
5. Kesalingtergantungan


sumber:
PSIKOLOGI KELOMPOK
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

Organisasi Terstruktur

a) Mc David dan Harari : organisasi sebagai kelompok adalah sistem
terorganisasi dimana ada dua orang atau lebih individu yang
berhubungan dalam fungsi yang sama, mempunyai seperangkat
standar tentang hubungan peran anggota dan mempunyai morma
yang mengatur tingkah laku anggota kelompok.

b) Sherif dan Sherif (1959) : kelompok adalah unit sosial yang
ditandai sejumlah individu yang mempunyai status, hubungan
peran, norma tertentu yang semuanya itu mengatur tingkah laku
anggota kelompok.

c) Stogdill (1959) : satu sistem interaksi terbuka dimana pola interaksi
tersebut ditentukan oleh struktur sistem tersebut.





sumber:
PSIKOLOGI KELOMPOK
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

Motivasi

a) Catell (1951) : kelompok adalah sekumpulan organisme yang saling
berhubungan satu dengan lain untuk memenuhi kebutuhan tiap
anggota.

b) Bass (1960) : kelompok adalah sekumpulan individu dimana
keberadaannya sebagai kelompok menjadi reward.


sumber:
PSIKOLOGI KELOMPOK
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

Tujuan

a) Mills (1967) : kelompok adalah satu unit yang terdiri dari dua orang
atau lebih yang bekerja sama atau melakukan kontak untuk
mencapai satu tujuan dan yang mempertimbangkan kerjasama
diantara kelompok sebagai satu yang berarti.

b) Freedman (1936) : orang masuk dalam kelompok antara lain dalam
rangka mencapai tujuan kelompok tersebut.


sumber:
PSIKOLOGI KELOMPOK
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

Kesaling tergantungan

a) Lewin (1951) : konsep tentang kelompok sebagai satu dinamika
haruslah memasuki definisi tentang kesaling tergantungan anggota.

b) Friedler (1967) : kelompok itu adalah individu yang mempunyai
takdir bersama dimana jika satu kejadian mempengaruhi seseorang
dalam kelompok maka anggota lain akan terpengaruh.

c) Cartwright dan Zender (1968) : kelompok itu sekumpulan individu
yang mempunyai hubungan antar anggota yang satu dengan yang
lain yang membuat mereka saling tergantung dalam tingkatan
tertentu.


sumber:
PSIKOLOGI KELOMPOK
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

Persepsi Keanggotaan

a) Smith (1945) : kelompok sosial adalah satu unit yang terdiri dari
sejumlah organisme yang mempunyai persepsi kolektif tentang
kesatuan mereka dan mempunyai kemampuan untuk berbuat dan
bertingkah laku dengan cara yang sama terhadap lingkungan

b) Bales (1950) : kelompok kecil adalah sejumlah orang yang
berinteraksi secara langsung dimana masing-masing anggota
menerima persepsi dan impresi pertama dengan yang lain dan
memberi reaksi satu dengan yang lain.



sumber:
PSIKOLOGI KELOMPOK
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)
1

Interaksi Interpersonal

a) Homans (1950) : kelompok adalah sejumlah individu berkomunikasi satu dengan yanglain dalam jangka waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga
tiap orang dapat berkomunikasi dengan semua anggota secara langsung.

b) Bonner (1959) : kelompok adalah sejumlah individu yang berinteraksi dengan individu yang lain.

c) Stogdill (1959) : satu sistem interaksi terbuka dimana pola interaksi
tersebut ditentukan oleh struktur sistem tersebut.



sumber:
PSIKOLOGI KELOMPOK
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

PENGERTIAN KELOMPOK

KELOMPOK adalah sekumpulan orang/individu yang terorganisir, dengan kesamaan kegiatan dan tujuan yang sama. Maka, imbasnya, tujuan kelompok hendaknya ditentukan bersama-sama. Sebagai titik awal dalam membangun kelompok, tujuan kelompok adalah arah bagi berjalannya kelompok dalam melakukan aktifitas atau kegiatan yang akan dilakukan, dan ini menjadi begitu penting dalam membangun kelompok.

Hal kedua yang menjadi penting dalam pembangunan kelompok adalah bagaimana melanggengkan atau mengupayakan eksisnya suatu kelompok. Tentang ini, sangat ditentukan oleh individu-individu yang ada dalam kelompok itu sendiri. Untuk itu, yang harus dimiliki individu-individu yang berkelompok adalah adanya sebuah ikatan sosial diantara mereka yang diharapkan akan menimbulkan rasa kepemilikan dan kepedulian individu pada kelompok yang telah didirikan.


SUMBER:
(Penulis: Kasan Pribadi, Faskel Tim 10 Korkot 2, KMW 5 P2KP 2/1; Yanti)

PENGANTAR

A. Psikologi Kelompok – Psikologi Sosial
1. Psikologi Kelompok
􀂃 Agregrat : karakteristik tertentu, tidak saling mengenal atau
pun berinteraksi
􀂃 Audiens : melakukan hal yang sama disatu waktu, tidak saling
mengenal dan kurang berinteraksi
􀂃 Crowd : kedekatan secara fisik, berinteraksi terhadap suatu
stimulus atau situasi umum
􀂃 Tim : berinteraksi secara teratur, aktivitas atau tujuan
tertentu
􀂃 Keluarga : diikat oleh hubungan kelahiran atau ikatan hukum,
biasanya tinggal dalam suatu tempat
􀂃 Organisasi formal : saling bekerja sama, berstruktur jelas, adanya
tujuan bersama

2. Psikologi Sosial
􀂃 Individu
􀂃 Kelompok
􀂃 Interelationship : - diantara individu
- diantara kelompok


sumber:
PSIKOLOGI KELOMPOK
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)