Sabtu, 27 Februari 2010

Tips Pacaran Hemat

 Nonton bioskop lebih baik kita beli cemilan di luar/ supermarket murah dan banyak lagi.
 Kalau enggak sebelum jalan kita makan dulu dari rumah, sehat dan gratis.
 Masalah transport mending kita bawa kendaraan sendiri, kalau ga punya naik kendaraan umum aja.
 Kalau pacar lapar mending kita ajak makan di foodcourt atau pinggir jalan, enak dan murah
 Kasih pacar barang hasil kreasi kita sendiri, unik dan ga ada yang punya.

Selamat mencobaaaa y!!
^_^

Jumat, 26 Februari 2010

Tanda-tanda ADHD

Ada tiga tanda utama anak yang menderita ADHD, yaitu:

1. Tidak ada perhatian. Ketidakmampuan memusatkan perhatian pada beberapa hal seperti membaca, menyimak pelajaran, atau melakukan permainan. Seseorang yang menderita ADHD akan mudah sekali teralih perhatiannya karena bunyi-bunyian, gerakan, bau-bauan atau pikiran, tetapi dapat memusatkan perhatian dengan baik jika ada yang menarik minatnya.
2. Hiperaktif. Mempunyai terlalu banyak energi. Misalnya berbicara terus menerus, tidak mampu duduk diam, selalu bergerak, dan sulit tidur.
3. Impulsif. Bertindak tanpa dipikir, misalnya mengejar bola yang lari ke jalan raya, menabrak pot bunga pada waktu berlari di ruangan, atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu akibatnya.

Setiap anak yang seringkali bertindak seperti contoh-contoh diatas selama lebih dari enam bulan berturut-turut, dibandingkan dengan anak seusianya, dapat didiagnosa menderita ADHD. Gejala ini biasanya muncul sebelum si anak berusia enam tahun.

Jenis Skizofrenia

1. Skizofrenia paranoid
• Ciri-ciri utamanya adalah wahamyang sistematis atau halusinasi pendengaran.
• Individu ini dapat penuh curiga, argumentatif, kasar, dan agresif.
• Perilaku kurang regresif, kerusakan social lebih sedikit, dan prognosisnya lebih baik dibanding jenis-jenis lain
2. Skizofrenia hebefrenik
• Ciri-ciri utamanya adalah percakapan dan perilaku yang kacau, serta afek yang datar atau tidak tepat, gangguan asosiasi juga banyak terjadi.
• Individu tersebut juga mempunyai sikap yang aneh, menunjukkan perilaku menaik dirisecara social yang ekstrim, mengabaikan hygiene dan penampilan diri.
• Awitan biasanya terjadi sebelum 25 tahun dan dapat bersifat kronis.
• Perilaku regresif, dengan interaksi social dan kontak dengan realitas yang buruk
3. Skizofrenia katatonik
• Ciri-ciri utamanya adalah ditandai dengan gangguan psikomotor, yang melibatkan imobilitas atau justru aktivitas yang berlebihan.
• Stupor katatonik. Individu dapat menunjukan ketidakaktifan, negativisme, dan kelenturan tubuh yang berlebihan (postur abnormal).
• Catatonic excitement melibatkan agitasi yang ekstrim dan dapat disertai dengan ekolalia dan ekopraksia
4. Skizofrenia yang tidak digolongkan
• Ciri-ciri utamanya adalah waham, halusinasi, percakapan yang tidak koheren dan perilaku yang kacau.
• Klasifikasi ini digunakan bila kriteria untuk jenis lain tidak terpenuhi
5. Skizofrenia residu
• Ciri-ciri utamanya adalah tidak adanya gejala-gejala akut saat ini, melainkan terjadi di masa lalu.
• Dapat terjadi gejala-gejala negative, seperti isolai social yang nyata, menarik diri dan gangguan fungsi peran

GEJALA-GEJALA SKIZOFRENIA

Ada 2 gejala skizofrenia yaitu:
1. Gejala positif /gejala tipe I
A. Delusi adalah kepercayaan yang tidak sesuai realita;.mis. Merasa dirinya Nabi
B. Halusinasi adalah pengalaman indrawi yang tidak nyata; mis. Merasa melihat, mendengar, atau membaui sesuatu yang sebenarnya tidak ada
C. Pikiran dan bicara kacau adalah pola bicara yang kacau; mis. ‘tidak nyambung’, menyambung kata berdasar bunyinya yang tidak ada artinya
D. Perilaku kacau atau katatonik adalah perilaku sangat tidak dapat diramalkan, aneh, dan sangat tidak bertanggung jawab; mis. Tidak bergerak sama sekali dalam waktu lama, tiba-tiba melompat-lompat tanpa tujuan.
2. Gejala negative/ gejala II
A. Afek datar adalah secara emosi tidak mampu memberi respon thd lingkungan sekitarnya; mis. Ketika bicara ekspresi tidak sesuai, tidak ada ekspresi sedih ketika situasi sedih.
B. Alogia adalah tidak mau bicara atau minimal; mis. Membisu beberapa hari.
C. Avolition adalah tidak mampu melakukan tugas berdasar tujuan tertentu (dalam jangka lama); mis. Tidak mampu mandi sendiri, makan sampai selesai, dll.


Selain gejala2 tersebut terdapat beberapa ciri lain skizofrenia, yang sebenarnya bukan kriteria formal untuk diagnosa namun sering muncul sebagai gejala, yaitu:
1. afek yang tidak tepat (mis. Tertawa saat sedih dan menangis saat bahagia),
2. anhedonia (kehilangan kemampuan untuk merasakan emosi tertentu, apapun yang dialami tidak dapat merasakan sedih atau gembira), dan
3. ketrampilan sosial yang terganggu (mis. kesulitan memulai pembicaraan, memelihara hubungan sosial, dan mempertahankan pekerjaan).

PENGERTIAN SKIZOFRENIA

Skozofrenia berasal dari dua kata, yaitu “ Skizo “ yang artinya retak atau pecah (split), dan “ frenia “ yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian ( Hawari, 2003).

Skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri. Skizofrenia Tipe I ditandai dengan menonjolnya gejala-gejala positif seperti halusinasi, delusi, dan asosiasi longgar, sedangkan pada Skizofrenia Tipe II ditemukan gejala-gejala negative seperti penarikan diri, apati, dan perawatan diri yang buruk.

Skizofrenia terjadi dengan frekuensi yang sangat mirip di seluruh dunia. Skizofrenia terjadi pada pria dan wanita dengan frekuensi yang sama. Gejala-gejala awal biasanya terjadi pada masa remaja atau awal dua puluhan.Pria biasanya mengalami perjalanan gangguan yang lebih berat dibanding wanita. Sepuluh persen penderita skizofrenia meninggal karena bunuh diri.

Faktor resiko penyakit ini termasuk :
1. Riwayat skizofrenia dalam keluarga
2. Perilaku premorbid yang ditandai dengan kecurigaan, eksentrik, penarikan diri, dan/atau impulsivitas.
3. Stress lingkungan
4. Kelahiran pada musim dingin. Faktor ini hanya memiliki nilai prediktif yang sangat kecil.
5. Status sosial ekonomi yang rendah sekurang-kurangnya sebagian adalah karena dideritanya gangguan ini.

PENERAPAN TERAPI BERMAIN BAGI ANAK ADHD

Berdasarkan luasnya batasan terapi bermain maka penerapannya bagi penyandang ADHD memerlukan batasan-batasan yang lebih spesifik, disesuaikan dengan karakteristik penyandang ADHD sendiri. Pada anak penyandang ADHD, terapi bermain dapat dilakukan untuk membantu mengendalikan aktivitas yang berlebihan (hiperaktivitas), melatih kemampuan mempertahankan perhatian pada objek tertentu, mengembangkan ketrampilan menunggu giliran, dan mengendalikan tingkat agresivitas. Tentu saja pemberian terapi perilaku ini akan kurang efektif tanpa dibarengi dengan tritmen yang berupa obat-obatan yang membantu untuk mengendalikan agresivitas, memberikan ketenangan kepada anak, dan mengurangi kecemasan.
Pada prinsipnya terapi bermain digunakan untuk menjadi media bagi anak untuk:
1. mengalihkan perhatiannya dari aktivitas yang berlebihan namun tidak bermanfaat
2. melatih anak melakukan tugas satu persatu
3. melatih anak menunggu giliran
4. mengalihkan sasaran agresivitas.



Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian terapi bermain bagi anak ADHD adalah:
1. Tujuan dan target setiap sesi terapi bermain harus spesifik berdasarkan kondisi dan ketrampilan anak, dilakukan dengan bertahap, terstruktu,r dan konsistensi. Salah satu yang perlu diperhatikan pada anak ADHD adalah sensitivitas mereka terhadap perubahan sehingga kita harus membantu menciptakan sesuatu yang rutin untuk mereka. Dalam hal ini konsistensi yang dapat diciptakan terapis misalnya dalam hal waktu, aturan bermain, tempat, dan jumlah alat permainan. Pemilihan ini harus didasarkan pada kondisi anak dan target perilaku yang dituju.
2. Permainan yang digunakan harus dipecah-pecah menjadi komponen-komponen kecil yang diajarkan satu persatu dengan tahap dan cara yang sama. Mereka selalu sulit mengorganisasikan waktu sehingga kita harus membantu untuk memecah-mecah tugas menjadi komponen-komponen kecil yang sederhana. Misalnya: acara menggambar di bagi dalam kegiatan mengambil kertas, mengambil pensil, mengambil crayon, dst.
3. Terapi diberikan dalam beberapa tahap, pertama dengan satu anak satu terapis dalam tempat terapi khusus, kemudian perlahan-lahan anak akan dilibatkan dalam permainan bersama anak lain (sebaiknya yang tidak ADHD), dan jika sudah memungkinkan maka anak dilibatkan dalam kelompok yang lebih besar. Permainan sosial ini harus dirancang terapis dan orang tua untuk membantu anak mengembangkan ketrampilan bersosialisasi.
4. Terapi bagi anak penyandang ADHD tidak dapat dilakukan hanya dengan terapi tunggal. Mengingat bahwa gangguannya berkaitan dengan sirkuit di dalam otak, maka terapi bermain sebaiknya dilakukan bersama-sama dengan terapi yang lain, yaitu terapi farmakologi. Rencana program terapi yang dijalankan pun harus disusun dengan terpadu dan terstruktur dengan baik, begitu juga proses evaluasinya.
5. Terapi bermain ini harus dilakukan oleh tenaga terapis yang sudah terlatih dan betul-betul mencintai dunia anak dan pekerjaannya. Hal ini terlebih pada penyandang ADHD karena menangani anak ADHD memerlukan kesabaran dan keteguhan hati yang tinggi. Jika pada anak non ADHD target perubahan perilaku yang dibuat mungkin dapat dicapai dengan cepat dan lebih mudah, maka bagi penyandang ADHD untuk mengendalikan perilaku mereka saja mungkin sulit.
6. Keberhasilan program terapi bermain sangat ditentukan oleh bagus tidaknya kerja sama terapis dengan orang tua dan orang-orang lain yang terlibat dalam pengasuhan anak sehari-hari. Hal ini berkaitan dengan proses transfer ketrampilan yang sudah diperoleh selama terapi yang harus terus dipelihara dan ditingkatkan dalam kehidupan di luar program terapi.
7. Jika secara umum terapi bermain memberikan kebebasan kepada anak untuk berekspresi dan eksplorasi, maka pada anak ADHD hal ini justru akan digunakan untuk memperkenalkan aturan-aturan dan mengendalikan perilaku
8. Terapi bermain bagi penyandang ADHD dapat ditujukan untuk meminimalkan/menghilangkan perilaku agresif, perilaku menyakiti diri sendiri, dan menghilangkan perilaku berlebihan yang tidak bermanfaat. Hal ini dapat dilakukan dengan melatihkan gerakan-gerakan tertentu kepada anak, misalnya tepuk tangan, merentangkan tangan, menyusun balok, bermain palu dan pasak, dan alat bermain yang lain. Dengan mengenalkan gerakan yang lain dan berbagai alat bermain yang dapat digunakan maka diharapkan dapat digunakan untuk mengalihkan agresivitas yang muncul, juga jika anak sering berlarian tak bertujuan. Mengenalkan anak pada permainan konstruktif seperti menyusun balok juga akan membantu anak mengenal urutan dan membantu mengembangkan ketrampilan motorik.

http://klinis.wordpress.com

TERAPI UNTUK ANAK ADHD

TERAPI UNTUK PENYANDANG ADHD
Sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan ADHD, namun telah tersedia beberapa pilihan tritmen yang telah terbukti efektif untuk menangani anak-anak dengan gejala ADHD. Strategi penanganan tersebut melibatkan aspek farmasi, perilaku, dan metode multimodal.
Metode perubahan perilaku bertujuan untuk memodifikasi lingkungan fisik dan sosial anak untuk mendukung perubahan perilaku (AAP, 2001). Pihak yang dilibatkan biasanya adalah orang tua, guru, psikolog, terapis kesehatan mental, dan dokter. Tipe pendekatan perilakuan meliputi training perilaku untuk guru dan orang tua, program yang sistematik untuk anak (penguatan positif dan token economy), terapi perilaku klinis (training pemecahan masalah dan ketrampilan sosial), dan tritmen kognitif-perilakuan/CBT (monitoring diri, self-reinforcement, instruksi verbal untuk diri sendiri, dll) (AAP, 2001).
Metode farmasi meliputi penggunaan psikostimulan, antidepresan, obat untuk cemas, antipsikotik, dan stabilisator suasana hati (NIMH, 2000). Harus diperhatikan bahwa penggunaan obat-obatan ini harus dibawah pengawasan ketat dokter dan ahli farmasi yang terus-menerus melakukan evaluasi terhadap efektivitas penggunaan dan dampaknya terhadap subjek tertentu.
Beberapa penelitian terakhir membuktikan bahwa cara terbaik untuk menangani anak dengan ADHD adalah dengan mengkombinasikan beberapa pendekatan dan metode penanganan. Penelitian yang dilakukan NIMH terhadap 579 anak ADHD menunjukkan bahwa kombinasi terapi obat dan perilaku lebih efektif dibandingkan jika digunakan sendiri-sendiri. Tritmen multimodal khususnya efektif untuk meningkatkan ketrampilan sosial pada anak-anak ADHD yang diikuti gejala kecemasan atau depresi. Ternyata dosis obat yang digunakan lebih rendah jika diikuti dengan terapi perilaku daripada jika diberikan tanpa terapi perilaku.
Salah satu terapi perilaku yang dapat diberikan bagi anak-anak ADHD adalah dalam bentuk permainan, yang kemudian sering disebut terapi bermain.


http://klinis.wordpress.com

Gejala klinis ADHD

Gejala Klinis
Gejala yang timbul dapat bervariASI mulai dari yang ringan hingga yang berat, gejala ADHD sudah dapat dilihat sejak usia bayi, gejala yang harus dicermati adalah sensitive terhadap suara dan cahaya, menangis, suka menjerit dan sulit tidur. Waktu tidur yang kurang sehingga bayi seringkali terbangun. Sulit makan ASI dan minum ASI. Tidak senang digendong, suka membenturkan kepala dan sering marah berlebihan. Keluhan yang terlihat pada anak yang lebih besar adalah, tampak canggung, sering mengalami kecelakaan, perilaku berubah-ubah, gerakan konstan atau monoton, lebih ribut dibandingkan anak-anak lainnya, kurang konsentrASI, tidak bisa diam, mudah marah, nafsu makan buruk, koordinASI mata dan tangan tidak baik, suka menyakiti diri sendiri dan gangguan tidur.
Untuk mempermudah diagnosis pada ADHD harus memiliki tiga gejala utama yang nampak pada perilaku seorang anak yaitu:

* Inatensi

Kurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian

* Hiperaktif

Perilaku yang tidak bisa diam

* Impulsive

Kesulitan untuk menunda respon (dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak sabar

www.klinik.dokter

Kamis, 25 Februari 2010

Penyebab ADHD pada Anak

Belum tahu pasti apa penyebab ADHD pada anak-anak,tapi ada beberapa faktor yaitu misalnya faktor keturunan, karena kondisi lingkungan, pengaruh dari makanan, atau gangguan ketidak-harmonisan di dalam keluarganya; perceraian, penyalahgunaan zat adiktif dll. Sehingga orangtua sangat memperhatikan perkembangan anaknya.


Teori-teori penyebab ADHD:
 Cedera otak.
ADHD bisa terjadi akibat dari infeksi, luka berat, atau komplikasi yang tejadi semasa hamil atau persalinan.
 Merokok.
Orangtua terutama ibunya semasa hamil suka merokok, dan perilaku merokok dianggap sebagai pelarian karena sedang mengalami gangguan perhatian, depresi, atau stres, dapat mempengaruhi janin.
 Cedera kelahiran.
Hasil penelitian mencurigai penyebab utama ADHD adalah berkaitan dengan neurologis masa kanak-kanak akibat cedera, atau sakit waktu kelahiran.
 Kematangan otak yang tertunda.
Hasil riset mengatakan belum ada bukti neurologis yang mendukung teori ini, dan sifatnya masih hipotesis, meski pun perilaku anak-anak ADHD tampak ada gejala-gejala defisit sosial; kurang perhatian, impulsif, dan susah diatur
 Makanan tidak sehat.
Disarankan mengonsumsi yang rendah gula dan bahkan bebas susu, jika di keluarga ada yang mempunyai masalah mengonsumsi susu sapi. Riset Dr. Conners menyimpulkan bahwa gula dan karbohidrat yang dimakan sendirian saat sarapan bisa menimbulkan masalah perilaku, hal ini bisa dicegah jika digabung dengan protein.
 Obat-obatan.
Hasil penelitian mengatakan bahwa obat-obatan seperti obat penenangakan memicu munculnya ADHD terhadap anak-anak. Obat-obat penenang itu bisa ditemukan pada obat flu, obat asma, obat alergi.
 Faktor keturunan.
Penelitian yang mengejutkan para orangtua adalah bahwa faktor keturunan merupakan faktor tunggal yang dipercaya sebagai denominator umum pada anak-anak ADHD. Anak-anak ADHD empat kali lebih mungkin memiliki saudara kandung dan orangtua yang juga mengidap ADHD ketimbang anak-anak normal. Juga, anak-anak yang mengidap ADHD dibesarkan oleh sebuah keluarga adopsi empat kali lebih mungkin memiliki orangtua biologis ADHD dari pada anak-anak tanpa ADHD yang diadopsi.

Selasa, 23 Februari 2010

Bulmia Nervosa dan Anorexia Nervosa

Bulmia Nervosa dan Anorexia Nervosa merupakan gangguan pada pola makan. Sekitar 90% penderita bulimia berjenis kelamin wanita, terutama dewasa muda dan remaja. Mereka umumnya bekerja di bidang penampilan seperti model, artis dan peragawati. Risiko tinggi terjadi pada golongan tersebut untuk menderita penyakit ini, karena mereka perlu menjaga tubuhnya agar tetap langsing.

Anorexia nervosa, penderita dengan sengaja melaparkan dirinya karena ingin mempertahankan berat badan normal yang minimal/menolak menambah berat badan. Penderita penyakit ini biasanya terlihat agak kurus dan lemah.

Bulimia nervosa, penderita makan sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat, lalu memuntahkan kembali makanan tersebut dengan cara tidak layak dan keadaan ini terjadi berulang-ulang.

Jenis-Jenis ADHD (atention deficit hyperactivity disorder)

1. Inattentive Symptoms
Anak ADHD yang jenis inattentive symptoms tidak dapat memusatkan pada satu perhatian. Anak ini juga sulit berkonsentrasi dan tidak bias menyelesaikan pekerjaan sehingga sering terbengkalai.
2. Hiperactive Impulsive
Anak ADHD yang jenis hyperactive impulsive selalu menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan, sering menginterupsi pembicaraan orang lain, suka sekali mengganggu temannya, terkadang suka membuat keributan, cenderung energik, suka berlari-larian atau melompat-lompat

Minggu, 21 Februari 2010

Mata Kedutan

Kedutan terjadi secara tiba-tiba pada kelopak mata atas atau bawah. Biasanya semua orang akan mengalami kedutan dari segala umur, tapi jarang-jarang tidak setiap saat. Orang yang kedutan biasanya beranggapan bahwa dia akan mendapat keberuntungan atau bisa juga musibah.
Kedutan bukan merupakan penyakit jadi jangan khawatir apabila anda mengalami kedutan. Menurut Burt Dubow, OD, FAAO, pakar mata dari Contact Lens and Cornea Section of the American Optometric Association, kedutan bukan masalah medis yang serius. Kedutan adalah kontraksi yang melibatkan otot orbicularis oculi.
Ada 7 faktor penyebab kedutan, yaitu:
1) Stres
2) Kelelahan
3) Mata lelah
4) Kafein dan alkohol
5) Mata kering
6) Ketidakseimbangan nutrisi
7) Alergi

Definisi ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di otak), Minimal Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu banyak bergerak / aktif), dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 ñ 5% anak usia sekolah menderita ADHD.
Pada anak normal seringkali menunjukkan tanda-tanda: kurang perhatian, mudah teralihkan perhatiannya, emosi yang meledak-ledak bahkan aktifitas yang berlebihan. Hanya saja pada anak dengan kelainan ADHD, gejala-gejala ini lebih sering muncul dan lebih berat kualitasnya dibandingkan anak normal seusianya.
Pola perhatian anak terhadap suatu hal terbagi menjadi beberapa klasifikasi. Kelompok yang paling berat adalah over exklusif dimana seorang anak hanya terfokus pada sesuatu yang menarik perhatiannya tanpa mempedulikan hal lain secara ekstrem (misalnya pada bayi yang sedang memperhatikan kancing bajunya dan tidak mempedulikan rangsangan lain), pola ini disebut autisme. Kelompok dengan derajat sedang terjadi fokus perhatian anak mudah teralihkan. Perhatian hanya mampu bertahan beberapa saat saja oleh suatu rangsangan lain yang mungkin tidak adekuat. Hal ini dinamakan kesulitan perhatian (attention deficit hyperactivity disorder). Kondisi normal adalah pola yang paling baik karena anak mampu memperhatikan sesuatu dan mengalihkannya terhadap yang lain pada saat yang tepat tanpa kehilangan daya konsentrasi, pola ini merupakan pola normal perkembangan mental anak secara matang.
Definisi hiperaktifitas adalah suatu peningkatan aktifitas motorik hingga pada tingkatan tertentu yang menyebabkan gangguan perilaku yang terjadi, setidaknya pada dua tempat dan suasana yang berbeda. Aktifitas anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan yang ditandai dengan gangguan perasaan gelisah, selalu menggerak-gerakkan jari-jari tangan, kaki, pensil, tidak dapat duduk dengan tenang dan selalu meninggalkan tempat duduknya meskipun pada saat dimana dia seharusnya duduk degan tenang.. Terminologi lain yang dipakai mencakup beberapa kelainan perilaku meliputi : perasaan yang meletup-letup, aktifitas yang berlebihan, suka membuat keributan, membangkang dan destruktif yang menetap.
Temperamen seorang anak adalah suatu karakteristik yang hidup dan dinamis, meski terkadang pada seorang anak lebih dinamis dibandingkan anak lain. Bila terjadi peningkatan aktifitas motorik yang berlebihan pada seorang anak dibandingkan anak lain sebayanya, maka sering kali 'si-anak' dikeluhkan sebagai hiperaktif oleh orang tuanya. Penilaian semacam ini sangat subyektif dan tergantung dari standar yang dipakai oleh orang tua dalam menilai tingkat aktifitas normal seorang anak. Anggapan bahwa si-anak 'hiperaktif' mungkin tidak tepat jika hanya karena si-anak menunjukkan tanda-tanda 'nakal' dan 'bikin ribut' pada saat tertentu tetapi secara keseluruhan menunjukkan aktifitas yang normal. Dalam hal 'anak-ini' justru kepada orang tuanya yang harus diberikan pengertian dan pengetahuan tentang bagaimana membimbing dan mengarahkan secara benar seorang anak dengan pola perilaku yang 'menurut orang tua' berlebihan


Sumber: Dr Widodo Judarwanto SpA,