sye Siti Aisyah Berbagi Pengalaman Menangani Anak-Anak Learning Differences
Membimbing anak yang mengalami learning differences (LD) tidaklah mudah. Pasalnya, anak LD memiliki disfungsi minimum otak sehingga memiliki gangguan kosentrasi dan hiperaktivitas. Itulah yang mendorong Isye Siti Aisyah bergabung dengan Yayasan Pantara, wadah yang khusus menangani anak-anak LD.
YERIDVLORIDA
SEJAK 2006, Isye bergabung dengan yayasan tersebut. Menurut perempuan kelahiran Bandung,
1950, itu sebelum populer dengan sebutan LD, awalnya dikenal dengan learning disability atau ketidakmampuan belajar. Namun, isu lah itu memberikan konotasi negatif dan ank-anak tidak mampu bela jar dengan baik. Dalam perkembangannya, learning differences dianggap istilah yang lebih manusiawi. Istilah lainnya disebut pula anak yang memiliki kebutuhan khusus I children with special need).
Melalui kegiatan yayasan itu, Isye bersama para pembimbing di sekolah sangat membantu para orangtua. Tak kurang dari 45 murid SD Pantara yang kini dinaungi yayasan itu. Tidak hanya mengikuti kegiatan di internal sekolah saja, Isye juga aktif sosialisasi tentang LD di masyarakat.
"Terkadang orangtua bingung dan tidak tahu harus berbuat apa jika punya anak LD. Pengetahuan yang minim membuat orangtua yang tidak Mempersiapkan Hasa Depan mengerti justru menganggap kondisi anak tetap normal. Padahal anak ter-sebut perlu perhatian serius untuk dibimbing," ucapnya Isye yang saat ini menjadi ketua Yayasan Pantara itu. Untuk sosialisasi tentang LD itu.
kata Isye, tim yayasan sering mengikuti berbagai kegiatan sosial. Misalnya mengikuti acara yang kerap digelar di perkantoran atau pun di mal. Upaya itu untuk memberitahukan kepada masyarakat tentang anak LD.
Anak-anak LD sambung Isye. sebetulnya memiliki kecerdasan normal, bahkan di atas normal, tapi memiliki masalah dalam pemrosesan di otaknya ketika menerima stimulasi melalui indera. Karena disfungsi otak itu menyebabkan tercampur aduknya sinyal-sinyal di antara indera dao otak. Termasuk di dalamnya mereka yang memiliki ganguan kosentrasi dan hiperak-tivitas." ucapnya.
Lantaran masalah yang dialami sering kali ditemukan perbedaan yang nyata antara hasil tes IQ dengan prestasi akademiknya Anak LD biasanya tampil kurang dewasa dibanding degan anak seusianya. Cendrung mempengaruhi koordinasi fisik dan perkembangan emosional mereka. Kebanyakan pula LD sulit mengenah hal-hal yang memungkinkan manusia mampu berfungsi dengan tepat dalam situasi sosial.
"Tak jarang anak LD dianggap
tidak normal dan dikucilkan dalam pergaulan karena merasa terganggu. Akibatnya kehadinan anak LD ditolak bahkan tak jarang mendapat perlakuan khusus. Mereka dianggap bodoh, nakal dan troublemaker, "jelasnya.
Untuk memahami anak LD, lanjut Isye. dapat dilihat dari beberapa gejala. Misalnya melihat huruf atau angka dengan posisi berbeda dari yang ditulis. Menuliskan huruf dengan urutan yang salah misalnya ibu ditulis ubi. Bingung membedakan obyek utama dan latar belakang. Sulit mengkoordinasikan antara mata dan tindakan. Canggung dalam aktivitas fisik.
Sedangkan untuk ganguan persepsi auditori dapat diketahui dengan sulitnya menangkap dan membedakan bunyi. Sulit memahami perintah sekaligus dan bingung dengan bunyi yang datang dari beberapa penjuru. Tidak itu saja, anak LD juga juga mengalami kesulitan mengatakan apa yang dipikirkan.
Kalau untuk ganguan perseptual motorik halus, anak LD sulit mewarnai, menempel, dan menggunting. Memiliki masalah dalam koordinasi dan disorientasi yang mengakibatkan canggung dan kaku gerakannya.
sumber: http://bataviase.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar