Menurut Dr Melly ada 8 permasalahan autisme di indonesia yaitu:
1. Geografis Indonesia yang terlalu luas
Indonesia terdiri dari 17.000 pulau dan hanya sekitar 800 pulau yang berpenghuni. Hal inilah yang menimbulkan kesulitan dalam menjangkau anak-anak autis di daerah-daerah. Hingga kini diperkirakan anak autis di Indonesia bagian timur belum tertangani dengan baik. Selain itu anak-anak autis yang berada di pulau lain hanya sedikit yang bisa membawa anaknya ke Jakarta, sedangkan penanganan autisme itu membutuhkan waktu jangka panjang.
"Karena besarnya luas Indoensia jadinya sulit untuk melakukan survei atau pendataan mengenai penyandang autis di Indonesia," tambahnya.
2. Sulitnya penanganan autis di berbagai daerah
Banyaknya etnis yang ada di Indonesia juga terkadang menyebabkan adanya persepsi yang berbeda-beda mengenai penanganan autisme. Pada daerah yang memiliki kepercayan tinggi terhadap magis-mistis akan lebih percaya jika anaknya ditangani oleh dukun. Sementara itu didaerah lain ada yang memasung anak autis karena dianggap memiliki penyakit jiwa.
"Banyak dokter di daerah yang belum begitu mengerti mengenai autisme dan juga tidak adanya pusat terapi di daerah-daerah atau pusat kesahatan yang menyulitkan orangtua untuk melakukan penanganan lebih lanjut," ungkap dokter yang juga menjadi Ketua Yayasan Autisma Indoneisa.
3. Kurangnya tenaga profesional
Anak-anak yang menunjukkan gejala autisme timbul dalam waktu yang cepat, sehingga para praktisi kesehatan belum siap untuk mengimbanginya ditambah dengan pengetahuan yang masih terbatas mengenai autisme. Dr Melly mengungkapkan bahwa pengetahuan tentang autisme semakin berkembang. Hingga kini hanya ada sekitar 40 psikiater anak yang 50 persenya berada di Jakarta.
Selain itu banyaknya dokter yang belum mengerti tentang autisme serta kurangnya tenaga profesional menyebabkan seringnya salah diagnosa seperti dikira anak kurang stimulasi, mengalami gangguan bicara, ADHD atau keterbelakangan mental. Akibatnya penanganan yang diberikan menjadi tidak tepat, sehingga perbaikan gejala yang ada menjadi lebih lambat. Hal ini bisa membuat kondisi anak autis menjadi lebih berat.
4. Pandangan masyarakat mengenai autisme
Sebagian besar masyarakat Indonesia belum mengerti tentang autisme. Mereka memiliki pandangan berbeda-beda terhadap anak autis, ada yang bilang bahwa anak autis adalah anak nakal yang sulit diatur, anak keterbelakangan menta, sakit jiwa atau kemasukan roh jahat. Selain itu tidak semua orangtua mau mengakui kondisi anaknya, masih banyak yang menolak atau menyembunyikannya karena merasa malu.
"Sayangnya banyak juga masyarakat atau lingkungan yang tidak mendukung usaha dari orangtua anak autis. Tak jarang keluarga anak autis seringkali dijauhi karena dianggap bisa menulari anaknya, atau anak autis sering diejek dan dijadikan bulan-bulanan oleh teman sebayanya," tambahnya.
5. Terapi yang mahal
Kebanyakan pusat-pusat terapi hanya berada di Jakarta dan kota-kota besar lainnya serta sulitnya mendapatkan terapis yang benar-benar mengerti cara menangani anak autis. Tak sedikit pusat terapi yang hanya bertujuan mencari uang saja dan terapis tidak dibekali pengetahuan dan kemampuan yang cukup.
Penyebab autisme sangat kompleks, karenanya tidak ada satupun obat yang bisa menyembuhkan autisme dengan cepat. Untuk memperbaiki gangguan yang ada bisa memakan waktu lama bahkan hingga bertahun-tahun, karenanya tidak semua kalangan bisa membayar terapi untuk anaknya.
6. Asuransi tidak menerima anak autis
Asuransi kesehatan memang gencar mempromosikan diri menawarkan jasanya, tapi sulit sekali mencari asuransi yang mau menerima anak autis. Alasan yang sering dikemukakannya adalah autisme "penyakit bawaan" yang tidak bisa disembuhkan. Selain itu banyak kantor yang tidak mau menanggung pengobatan anak autis karyawannya. Akibatnya penanganan untuk anak autis ini harus ditanggung sendiri oleh orangtuanya.
7. Permasalahan di sekolah
Setelah melakukan berbagai terapi selama bertahun-tahun, maka anak-anak sudah siap untuk masuk sekolah formal. Namun banyak orangtua yang bingung kemana harus memasukkan anaknya, hampir sulit sekali mencari sekolah khusus untuk anak autis. Sedikit sekali sekolah umum yang mau menerima anak berkebutuhan khusus dan terkadang harus membayar lebih mahal.
"Tidak jarang keberadaan anak autis di sekolah diprotes oleh para orangtua teman-temannya. Selain itu anak autis juga sering menjadi bahan ejekan oleh teman-temannya, dan guru yang mengetahuinya kadang tidak melarang hal ini," ujar staf psikiatri anak di RS MMC Kuningan.
8. Peran pemerintah masih minim
Peran pemerintah hingga kini masih minim dan belum bisa berbuat banyak untuk anak-anak autis di Indonesia. Padahal jika anak-anak ini tidak tertangani dengan benar akan membuatnya tumbuh menjadi sosok dewasa yang tidak bisa mandiri dan tidak mampu menghidupi diri sendiri. Hal ini tentu saja akan menajdi beban bagi keluarga maupun pemerintah.
"Masyarakat yang belum megerti perlu diberikan edukasi mengenai autisme, sehingga tidak ada lagi penghinaan, ejekan, pelecehan ataupun bullying. Dan dibutuhkan kerja sama antara masyarakat dan pemerintah untuk membantu anak-anak autis," tambahnya.
sumber: http://www.childcare-center.com
Senin, 31 Mei 2010
Senin, 17 Mei 2010
Tips Tidur Sehat
1. Usahakan agar selalu tidur pada waktunya. Body timer kita akan bekerja dengan optimal ketika kita menepati jadwal tidur dan bangun yang teratur. Demikian pula pada saat bangun tidur, pengeluaran adrenaline pada tubuh kita akan senantiasa terjadi pada waktu yang sama, sehingga kita akan bangun dengan lebih segar.
2. Sebisa mungkin, rutinkan olah raga. Dengan melakukannya secara teratur kita menetralisir ketegangan fisik dan fikiran dengan cara yang lebih sehat.
3. Ciptakan suasana tidur yang nyaman, jaga cahaya, kelembaban dan suhu udara kamar tidur.
4. Lakukan ritual tidur yang menenangkan seperti berdoa, membaca bacaan ringan, dan memikirkan yang indah-indah.
5. Hindari memikirkan masalah pekerjaan dan beban pikiran yang berat pada saat hendak tidur. Hal ini akan terbawa pada alam bawah sadar kita, sehingga tubuh kita gagal memasuki fase “deep sleep”, sehingga meskipun waktu tidur kita lama, tapi tubuh kita tidak beristirahat optimal.
6. Hindarkan kejadian tidur karena kelelahan.
7. Jangan tidur pada selain jamnya.
8. Jangan tidur dalam keadaan lapar dan kekenyangan… karena keduanya akan menganggu tubuh kita beristirahat dengan baik, sehingga bangunnya pun akan terganggu.
sumber: http://www.drarief.com/tips-tidur-sehat/
2. Sebisa mungkin, rutinkan olah raga. Dengan melakukannya secara teratur kita menetralisir ketegangan fisik dan fikiran dengan cara yang lebih sehat.
3. Ciptakan suasana tidur yang nyaman, jaga cahaya, kelembaban dan suhu udara kamar tidur.
4. Lakukan ritual tidur yang menenangkan seperti berdoa, membaca bacaan ringan, dan memikirkan yang indah-indah.
5. Hindari memikirkan masalah pekerjaan dan beban pikiran yang berat pada saat hendak tidur. Hal ini akan terbawa pada alam bawah sadar kita, sehingga tubuh kita gagal memasuki fase “deep sleep”, sehingga meskipun waktu tidur kita lama, tapi tubuh kita tidak beristirahat optimal.
6. Hindarkan kejadian tidur karena kelelahan.
7. Jangan tidur pada selain jamnya.
8. Jangan tidur dalam keadaan lapar dan kekenyangan… karena keduanya akan menganggu tubuh kita beristirahat dengan baik, sehingga bangunnya pun akan terganggu.
sumber: http://www.drarief.com/tips-tidur-sehat/
Pergaulan Anak Berbakat
Anak berbakat seringkali lebih suka bergaul dengan anak-anak yang lebih tua dari segi usia, khususnya mereka yang memiliki keunggulan dalam bidang yang diminati. Misalnya saja ada anak kelas II Sekolah Dasar yang sangat suka bermain catur dengan orang-orang dewasa, karena jika ia bermain dengan teman sebayanya rasanya kurang berimbang. Dalam hal ini para orang tua dan guru harus memakluminya dan membiarkannya sejauh itu tidak merugikan perkembangan yang lain.
Di dalam keluarga pun oran gtua hendaknya mencarikan teman yang cocok bagi anak-anak berbakat sehingga ia tidak merasa kesepian dalam hidupnya. Jika ia tidak mendapat teman yang cocok, maka tidak jarang orang tua dan keluarga, menjadi teman pergaulan mereka. Umumnya anak berbakat lebih suka bertanya jawab hal-hal yang mendalam daripada hal-hal yang kecil dan remeh. Kesanggupan orang tua dan keluarga untuk bergaul dengan anak berbakat akan sangat membantu perkembangan dirinya.
sumber: http://www.bruderfic.or.id/h-63/deteksi-dini-terhadap-anak-anak-berbakat.html
Di dalam keluarga pun oran gtua hendaknya mencarikan teman yang cocok bagi anak-anak berbakat sehingga ia tidak merasa kesepian dalam hidupnya. Jika ia tidak mendapat teman yang cocok, maka tidak jarang orang tua dan keluarga, menjadi teman pergaulan mereka. Umumnya anak berbakat lebih suka bertanya jawab hal-hal yang mendalam daripada hal-hal yang kecil dan remeh. Kesanggupan orang tua dan keluarga untuk bergaul dengan anak berbakat akan sangat membantu perkembangan dirinya.
sumber: http://www.bruderfic.or.id/h-63/deteksi-dini-terhadap-anak-anak-berbakat.html
Pelayanan bagi Anak Berbakat
Mengingat bahwa anak berbakat memiliki kemampuan dan minat yang amat berbeda dari anak-anak sebayanya, maka agak sulit jika anak berbakat dimasukkan pada sekolah tradisional, bercampur dengan anak-anak lainnya. Di kelas-kelas seperti itu akan terjadi dua kerugian, yaitu: (1) anak berbakat akan frustrasi karena tidak mendapat pelayanan yang dibutuhkan, dan (2) guru dan teman-teman kelasnya akan bisa sangat terganggu oleh perilaku anak berbakat tadi.
Beberapa kemungkinan pelayanan anak berbakat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Menyelenggarakan program akselerasi khusus untuk anak-anak berbakat. Program akselerasi dapat dilakukan dengan cara "lompat kelas", artinya anak dari Taman Kanak-Kanak misalnya tidak harus melalui kelas I Sekolah Dasar, tetapi misalnya langsung ke kelas II, atau bahkan ke kelas III Sekolah Dasar. Demikian juga dari kelas III Sekolah Dasar bisa saja langsung ke kelas V jika memang anaknya sudah matang untuk menempuhnya. Jadi program akselerasi dapat dilakukan untuk: (1) seluruh mata pelajaran, atau disebut akselerasi kelas, ataupun (2) akselerasi untuk beberapa mata pelajaran saja. Dalam program akselerasi untuk seluruh mata pelajaran berarti anak tidak perlu menempuh kelas secara berturutan, tetapi dapat melompati kelas tertentu, misalnya anak kelas I Sekolah Dasar langsung naik ke kelas III. Dapat juga program akselerasi hanya diberlakukan untuk mata pelajaran yang luar biasa saja. Misalnya saja anak kelas I Sekolah Dasar yang berbakat istimewa dalam bidang matematika, maka ia diperkenankan menempuh pelajaran matematika di kelas III, tetapi pelajaran lain tetap di kelas I. Demikian juga kalau ada anak kelas II Sekolah Dasar yang sangat maju dalam bidang bahasa Inggris, ia boleh mengikuti pelajaran bahasa Inggris di kelas V atau VI.
2) Home-schooling (pendidikan non formal di luar sekolah). Jika sekolah keberatan dengan pelayanan anak berbakat menggunakan model akselerasi kelas atau akselerasi mata pelajaran, maka cara lain yang dapat ditempuh adalah memberikan pendidikan tambahan di rumah/di luar sekolah, yang sering disebut home-schooling. Dalam home-schooling orang tua atau tenaga ahli yang ditunjuk bisa membuat program khusus yang sesuai dengan bakat istimewa anak yang bersangkutan. Pada suatu ketika jika anak sudah siap kembali ke sekolah, maka ia bisa saja dikembalikan ke sekolah pada kelas tertentu yang cocok dengan tingkat perkembangannya.
3) Menyelenggarakan kelas-kelas tradisional dengan pendekatan individual. Dalam model ini biasanya jumlah anak per kelas harus sangat terbatas sehingga perhatian guru terhadap perbedaan individual masih bisa cukup memadai, misalnya maksimum 20 anak. Masing-masing anak didorong untuk belajar menurut ritmenya masing-masing. Anak yang sudah sangat maju diberi tugas dan materi yang lebih banyak dan lebih mendalam daripada anak lainnya; sebaliknya anak yang agak lamban diberi materi dan tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Demikian pula guru harus siap dengan berbagai bahan yang mungkin akan dipilih oleh anak untuk dipelajari. Guru dalam hal ini menjadi sangat sibuk dengan memberikan perhatian individual kepada anak yang berbeda-beda tingkat perkembangan dan ritme belajarnya.
4) Membangun kelas khusus untuk anak berbakat. Dalam hal ini anak-anak yang memiliki bakat/kemampuan yang kurang lebih sama dikumpulkan dan diberi pendidikan khusus yang berbeda dari kelas-kelas tradisional bagi anak-anak seusianya. Kelas seperti ini pun harus merupakan kelas kecil di mana pendekatan individual lebih diutamakan daripada pendekatan klasikal. Kelas khusus anak berbakat harus memiliki kurikulum khusus yang dirancang tersendiri sesuai dengan kebutuhan anak-anak berbakat. Sistem evaluasi dan pembelajarannyapun harus dibuat yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
sumber: http://www.bruderfic.or.id/h-63/deteksi-dini-terhadap-anak-anak-berbakat.html
Beberapa kemungkinan pelayanan anak berbakat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Menyelenggarakan program akselerasi khusus untuk anak-anak berbakat. Program akselerasi dapat dilakukan dengan cara "lompat kelas", artinya anak dari Taman Kanak-Kanak misalnya tidak harus melalui kelas I Sekolah Dasar, tetapi misalnya langsung ke kelas II, atau bahkan ke kelas III Sekolah Dasar. Demikian juga dari kelas III Sekolah Dasar bisa saja langsung ke kelas V jika memang anaknya sudah matang untuk menempuhnya. Jadi program akselerasi dapat dilakukan untuk: (1) seluruh mata pelajaran, atau disebut akselerasi kelas, ataupun (2) akselerasi untuk beberapa mata pelajaran saja. Dalam program akselerasi untuk seluruh mata pelajaran berarti anak tidak perlu menempuh kelas secara berturutan, tetapi dapat melompati kelas tertentu, misalnya anak kelas I Sekolah Dasar langsung naik ke kelas III. Dapat juga program akselerasi hanya diberlakukan untuk mata pelajaran yang luar biasa saja. Misalnya saja anak kelas I Sekolah Dasar yang berbakat istimewa dalam bidang matematika, maka ia diperkenankan menempuh pelajaran matematika di kelas III, tetapi pelajaran lain tetap di kelas I. Demikian juga kalau ada anak kelas II Sekolah Dasar yang sangat maju dalam bidang bahasa Inggris, ia boleh mengikuti pelajaran bahasa Inggris di kelas V atau VI.
2) Home-schooling (pendidikan non formal di luar sekolah). Jika sekolah keberatan dengan pelayanan anak berbakat menggunakan model akselerasi kelas atau akselerasi mata pelajaran, maka cara lain yang dapat ditempuh adalah memberikan pendidikan tambahan di rumah/di luar sekolah, yang sering disebut home-schooling. Dalam home-schooling orang tua atau tenaga ahli yang ditunjuk bisa membuat program khusus yang sesuai dengan bakat istimewa anak yang bersangkutan. Pada suatu ketika jika anak sudah siap kembali ke sekolah, maka ia bisa saja dikembalikan ke sekolah pada kelas tertentu yang cocok dengan tingkat perkembangannya.
3) Menyelenggarakan kelas-kelas tradisional dengan pendekatan individual. Dalam model ini biasanya jumlah anak per kelas harus sangat terbatas sehingga perhatian guru terhadap perbedaan individual masih bisa cukup memadai, misalnya maksimum 20 anak. Masing-masing anak didorong untuk belajar menurut ritmenya masing-masing. Anak yang sudah sangat maju diberi tugas dan materi yang lebih banyak dan lebih mendalam daripada anak lainnya; sebaliknya anak yang agak lamban diberi materi dan tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Demikian pula guru harus siap dengan berbagai bahan yang mungkin akan dipilih oleh anak untuk dipelajari. Guru dalam hal ini menjadi sangat sibuk dengan memberikan perhatian individual kepada anak yang berbeda-beda tingkat perkembangan dan ritme belajarnya.
4) Membangun kelas khusus untuk anak berbakat. Dalam hal ini anak-anak yang memiliki bakat/kemampuan yang kurang lebih sama dikumpulkan dan diberi pendidikan khusus yang berbeda dari kelas-kelas tradisional bagi anak-anak seusianya. Kelas seperti ini pun harus merupakan kelas kecil di mana pendekatan individual lebih diutamakan daripada pendekatan klasikal. Kelas khusus anak berbakat harus memiliki kurikulum khusus yang dirancang tersendiri sesuai dengan kebutuhan anak-anak berbakat. Sistem evaluasi dan pembelajarannyapun harus dibuat yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
sumber: http://www.bruderfic.or.id/h-63/deteksi-dini-terhadap-anak-anak-berbakat.html
Tanda-tanda Umum Anak Berbakat
Sejak usia dini sudah dapat dilihat adanya kemungkinan anak memiliki bakat yang istimewa. Sebagai contoh ada anak yang baru berumur dua tahun tetapi lebih suka memilih alat-alat mainan untuk anak berumur 6-7 tahun; atau anak usia tiga tahun tetapi sudah mampu membaca buku-buku yang diperuntukkan bagi anak usia 7-8 tahun. Mereka akan sangat senang jika mendapat pelayanan seperti yang mereka harapkan.
Anak yang memiliki bakat istimewa sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia perkembangan, misalnya: anak berusia tiga tahun, kalau sedang bermain seperti anak seusianya, tetapi kalau membaca seperti anak berusia 10 tahun, kalau mengerjakan matematika seperti anak usia 12 tahun, dan kalau berbicara seperti anak berusia lima tahun. Yang perlu dipahami adalah bahwa anak berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih cepat, tetapi juga sering menggunakan cara yang berbeda dari teman-teman seusianya. Hal ini tidak jarang membuat guru di sekolah mengalamai kesulitan, bahkan sering merasa terganggu dengan anak-anak seperti itu. Di samping itu anak berbakat istimewa biasanya memiliki kemampuan menerima informasi dalam jumlah yang besar sekaligus. Jika ia hanya mendapat sedikit informasi maka ia akan cepat menjadi "kehausan" akan informasi.
Di kelas-kelas Taman Kanak-Kanak atau Sekolah Dasar anak-anak berbakat sering tidak menunjukkan prestasi yang menonjol. Sebaliknya justru menunjukkan perilaku yang kurang menyenangkan, misalnya: tulsiannya tidak teratur, mudah bosan dengan cara guru mengajar, terlalu cepat menyelesaikan tugas tetapi kurang teliti, dan sebagainya. Yang menjadi minat dan perhatiannya kadang-kadang justru hal-hal yan gtidak diajarkan di kelas. Tulisan anak berbakat sering kurang teratur karena ada perbedaan perkembangan antara perkembangan kognitif (pemahaman, pikiran) dan perkembangan motorik, dalam hal ini gerakan tangan dan jari untuk menulis. Perkembangan pikirannya jauh ebih cepat daripada perkembangan motoriknya. Demikian juga seringkali ada perbedaan antara perkembangan kognitif dan perkembangan bahasanya, sehingga dia menjadi berbicara agak gagap karena pikirannya lebih cepat daripada alat-alat bicara di mulutnya.
sumber : http://www.bruderfic.or.id/h-63/deteksi-dini-terhadap-anak-anak-berbakat.html
Anak yang memiliki bakat istimewa sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia perkembangan, misalnya: anak berusia tiga tahun, kalau sedang bermain seperti anak seusianya, tetapi kalau membaca seperti anak berusia 10 tahun, kalau mengerjakan matematika seperti anak usia 12 tahun, dan kalau berbicara seperti anak berusia lima tahun. Yang perlu dipahami adalah bahwa anak berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih cepat, tetapi juga sering menggunakan cara yang berbeda dari teman-teman seusianya. Hal ini tidak jarang membuat guru di sekolah mengalamai kesulitan, bahkan sering merasa terganggu dengan anak-anak seperti itu. Di samping itu anak berbakat istimewa biasanya memiliki kemampuan menerima informasi dalam jumlah yang besar sekaligus. Jika ia hanya mendapat sedikit informasi maka ia akan cepat menjadi "kehausan" akan informasi.
Di kelas-kelas Taman Kanak-Kanak atau Sekolah Dasar anak-anak berbakat sering tidak menunjukkan prestasi yang menonjol. Sebaliknya justru menunjukkan perilaku yang kurang menyenangkan, misalnya: tulsiannya tidak teratur, mudah bosan dengan cara guru mengajar, terlalu cepat menyelesaikan tugas tetapi kurang teliti, dan sebagainya. Yang menjadi minat dan perhatiannya kadang-kadang justru hal-hal yan gtidak diajarkan di kelas. Tulisan anak berbakat sering kurang teratur karena ada perbedaan perkembangan antara perkembangan kognitif (pemahaman, pikiran) dan perkembangan motorik, dalam hal ini gerakan tangan dan jari untuk menulis. Perkembangan pikirannya jauh ebih cepat daripada perkembangan motoriknya. Demikian juga seringkali ada perbedaan antara perkembangan kognitif dan perkembangan bahasanya, sehingga dia menjadi berbicara agak gagap karena pikirannya lebih cepat daripada alat-alat bicara di mulutnya.
sumber : http://www.bruderfic.or.id/h-63/deteksi-dini-terhadap-anak-anak-berbakat.html
Tips Mengatasi Keringat Berlebih
Hindari mengkonsumsi makanan pedas.
Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam makanan pedas dapat menyebabkan suhu tubuh meningkat sehingga otak bereaksi cepat dan mengeluarkan keringat berlebih. Karena itu hindari asupan jenis makanan ini, jika tak ingin tubuh berkeringat dan menimbulkan bau tak sedap.
Diet yang tepat disertai dengan olahraga di yakini dapat mengurangi keringat berlebih.
Umumnya mereka yang mengalami obesitas cenderung mudah berkeringat dibandingkan dengan mereka yang memiliki berat badan normal. Asupan makanan yang berlebih ditengarai sebagai pemicunya. Makanan tersebut sulit dicerna sehingga metabolisme tubuh bekerja lebih keras dan suhu tubuh pun memanas. Mulailah mengganti menu makanan tidak sehat Anda dengan berbagai jenis sayur-mayur dan buah-buahan, agar tubuh mudah mencernannya.
Minuman berenergi dan kopi dapat menyebabkan masalah keringat.
Bahkan kedua jenis minuman ini diyakini dapat mempercepat laju sistem saraf, yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan suhu tubuh. Oleh karena itu disarankan sebaiknya Anda mengurangi jumlah asupan kopi, maksmial 2 kali dalam sehari.
Mengkonsumsi buah anggur adalah metode herbal yang patut dicoba untuk mengurangi pengeluaran keringat.
Buah anggur diklaim memiliki kemampuan untuk menjaga suhu tubuh tetap normal. Jus anggur sama baiknya dengan jus tomat yang berfungsi untuk menghilangkan keringat secara alami.
Kenakan busana yang terbuat dari bahan non-sintesis.
Bahan kantun atau kaos dapat menjaga sirkulasi udara sehingga tubuh mudah bernapas. Jenis bahan ini juga dapat menyerap keringat berlebih, sehingga menghindari tubuh dari bau tak sedap.
sumber: http://www.drarief.com/tips-mengatasi-keringat-berlebih/
Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam makanan pedas dapat menyebabkan suhu tubuh meningkat sehingga otak bereaksi cepat dan mengeluarkan keringat berlebih. Karena itu hindari asupan jenis makanan ini, jika tak ingin tubuh berkeringat dan menimbulkan bau tak sedap.
Diet yang tepat disertai dengan olahraga di yakini dapat mengurangi keringat berlebih.
Umumnya mereka yang mengalami obesitas cenderung mudah berkeringat dibandingkan dengan mereka yang memiliki berat badan normal. Asupan makanan yang berlebih ditengarai sebagai pemicunya. Makanan tersebut sulit dicerna sehingga metabolisme tubuh bekerja lebih keras dan suhu tubuh pun memanas. Mulailah mengganti menu makanan tidak sehat Anda dengan berbagai jenis sayur-mayur dan buah-buahan, agar tubuh mudah mencernannya.
Minuman berenergi dan kopi dapat menyebabkan masalah keringat.
Bahkan kedua jenis minuman ini diyakini dapat mempercepat laju sistem saraf, yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan suhu tubuh. Oleh karena itu disarankan sebaiknya Anda mengurangi jumlah asupan kopi, maksmial 2 kali dalam sehari.
Mengkonsumsi buah anggur adalah metode herbal yang patut dicoba untuk mengurangi pengeluaran keringat.
Buah anggur diklaim memiliki kemampuan untuk menjaga suhu tubuh tetap normal. Jus anggur sama baiknya dengan jus tomat yang berfungsi untuk menghilangkan keringat secara alami.
Kenakan busana yang terbuat dari bahan non-sintesis.
Bahan kantun atau kaos dapat menjaga sirkulasi udara sehingga tubuh mudah bernapas. Jenis bahan ini juga dapat menyerap keringat berlebih, sehingga menghindari tubuh dari bau tak sedap.
sumber: http://www.drarief.com/tips-mengatasi-keringat-berlebih/
Sabtu, 08 Mei 2010
Sikap - Sikap Tubuh Kurang Sehat
Sikap tubuh yang kurang tepat dapat memengaruhi postur tubuh. Bila didiamkan atau tidak mendapat penanganan yang semestinya dapat menyebabkan kelainan pada tulang belakang. Namun, ragam kelainan yang ditimbulkan tentunya berbeda-beda, yakni dapat berupa skoliosis (kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping), atau kyphosis (tulang belakang yang membengkok dan kelihatan bongkok dari arah samping).
Berikut beberapa sikap tubuh yang sebaiknya dihindari:
1. Posisi duduk membungkuk
Kebiasaan duduk membungkuk yang membuat anak merasa nyaman dengan posisi tersebut. Atau dapat pula terjadi karena pemakaian kursi yang tidak ergonomis. Kemungkinan lain, kursi yang digunakan lebih tinggi dibanding mejanya hingga anak akan membungkukkan badannya saat menulis. Meja yang terlalu rendah juga akan memaksa anak duduk membungkuk saat menulis ataupun kala melakukan aktivitas di meja tersebut.
Bila kebiasaan ini dibiarkan dapat memunculkan ketegangan otot pada wilayah leher dan punggung yang berujung pada keluhan rasa pegal-pegal atau kaku. Bila keluhan ini dibiarkan dalam waktu lama dapat menyebabkan terjadinya kyphosis. Untuk mengoreksinya (bila tergolong ringan), dapat dilakukan dengan latihan guna memperbaiki postur tubuh sekaligus menguatkan otot. Di samping melakukan senam untuk mendukung penguatan otot di sekitar wilayah punggung dan bahu. Sedangkan bila tergolong berat perlu dilakukan operasi.
2. Posisi duduk miring
Kursi yang tidak ergonomis atau ketinggian kursi yang tidak sama dapat menyebabkan anak duduk dengan kemiringan tertentu. Bila berlangsung terus-menerus, lambat laun akhirnya membentuk jadi kebiasaan. Otot-otot dan tulang belakangnya dipaksa bekerja ekstrakeras untuk melakukan penyesuaian dengan posisi tubuh. Akibatnya, terjadilah ketegangan otot. Jadi wajar, bila muncul keluhan rasa kaku atau pegal di wilayah punggung dan pinggang karena otot-otot yang tegang.
Bila posisi ini berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan kelainan postur yang dikenal dengan nama skoliosis. Namun, bila bengkoknya kurang dari 20 derajat cukup dilakukan senam untuk menguatkan otot dan pembentukan postur. Sedangkan bila tergolong skoliosis menengah, perlu dibantu alat dan bila tergolong berat harus dioperasi.
3. Membawa beban berat
Membawa beban yang berat pada satu sisi, misalnya, membawa tas pada bahu kanan terus-menerus juga dapat menimbulkan ketegangan otot di wilayah bahu kanan. Ditandai dengan rasa pegal-pegal atau kaku, nyeri pada wilayah tersebut. Bahkan, bila kondisi ini berlangsung terus-menerus dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan terjadinya perubahan postur meski bukan selalu skoliosis.
Bila perubahan postur tersebut sampai mengakibatkan bahu tinggi sebelah, kepala menjadi miring dan panggul tinggi sebelah maka perlu melakukan pemeriksaan rontgen. Bila diketahui tulang belakangnya melengkung hingga membentuk huruf “S”, maka dapat dinyatakan menderita skoliosis. Langkah selanjutnya, tinggal menentukan derajat kemiringan lengkungan tersebut guna menentukan terapi atau tindakan yang harus dilakukan.
4. Menulis sambil tiduran
Posisi menulis sambil tiduran di lantai dapat menyebabkan keluhan nyeri pada leher, bahu, dan punggung karena ketegangan otot kendati tidak sampai menyebabkan skoliosis. Akan tetapi, bila posisi tiduran, tengkurap, atau sikap duduk yang salah dibiarkan terus-menerus dan membentuk kebiasaan dapat berdampak buruk pada kesehatan.
Posisi tengkurap, contohnya, akan menekan dada dan juga paru-paru yang berarti akan menghambat sirkulasi oksigen. Padahal, kelancaran pasokan oksigen sangat diperlukan otak dalam berkonsentrasi. Akibat lainnya adalah mudah mengantuk. Selain itu, posisi tiduran atau tengkurap juga menyebabkan jarak pandang mata dan buku pelajaran menjadi lebih dekat sehingga kurang baik untuk kesehatan mata.
Diposkan oleh Sumari Sukotjo di 20:33
sumber:http://artikel-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
Berikut beberapa sikap tubuh yang sebaiknya dihindari:
1. Posisi duduk membungkuk
Kebiasaan duduk membungkuk yang membuat anak merasa nyaman dengan posisi tersebut. Atau dapat pula terjadi karena pemakaian kursi yang tidak ergonomis. Kemungkinan lain, kursi yang digunakan lebih tinggi dibanding mejanya hingga anak akan membungkukkan badannya saat menulis. Meja yang terlalu rendah juga akan memaksa anak duduk membungkuk saat menulis ataupun kala melakukan aktivitas di meja tersebut.
Bila kebiasaan ini dibiarkan dapat memunculkan ketegangan otot pada wilayah leher dan punggung yang berujung pada keluhan rasa pegal-pegal atau kaku. Bila keluhan ini dibiarkan dalam waktu lama dapat menyebabkan terjadinya kyphosis. Untuk mengoreksinya (bila tergolong ringan), dapat dilakukan dengan latihan guna memperbaiki postur tubuh sekaligus menguatkan otot. Di samping melakukan senam untuk mendukung penguatan otot di sekitar wilayah punggung dan bahu. Sedangkan bila tergolong berat perlu dilakukan operasi.
2. Posisi duduk miring
Kursi yang tidak ergonomis atau ketinggian kursi yang tidak sama dapat menyebabkan anak duduk dengan kemiringan tertentu. Bila berlangsung terus-menerus, lambat laun akhirnya membentuk jadi kebiasaan. Otot-otot dan tulang belakangnya dipaksa bekerja ekstrakeras untuk melakukan penyesuaian dengan posisi tubuh. Akibatnya, terjadilah ketegangan otot. Jadi wajar, bila muncul keluhan rasa kaku atau pegal di wilayah punggung dan pinggang karena otot-otot yang tegang.
Bila posisi ini berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan kelainan postur yang dikenal dengan nama skoliosis. Namun, bila bengkoknya kurang dari 20 derajat cukup dilakukan senam untuk menguatkan otot dan pembentukan postur. Sedangkan bila tergolong skoliosis menengah, perlu dibantu alat dan bila tergolong berat harus dioperasi.
3. Membawa beban berat
Membawa beban yang berat pada satu sisi, misalnya, membawa tas pada bahu kanan terus-menerus juga dapat menimbulkan ketegangan otot di wilayah bahu kanan. Ditandai dengan rasa pegal-pegal atau kaku, nyeri pada wilayah tersebut. Bahkan, bila kondisi ini berlangsung terus-menerus dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan terjadinya perubahan postur meski bukan selalu skoliosis.
Bila perubahan postur tersebut sampai mengakibatkan bahu tinggi sebelah, kepala menjadi miring dan panggul tinggi sebelah maka perlu melakukan pemeriksaan rontgen. Bila diketahui tulang belakangnya melengkung hingga membentuk huruf “S”, maka dapat dinyatakan menderita skoliosis. Langkah selanjutnya, tinggal menentukan derajat kemiringan lengkungan tersebut guna menentukan terapi atau tindakan yang harus dilakukan.
4. Menulis sambil tiduran
Posisi menulis sambil tiduran di lantai dapat menyebabkan keluhan nyeri pada leher, bahu, dan punggung karena ketegangan otot kendati tidak sampai menyebabkan skoliosis. Akan tetapi, bila posisi tiduran, tengkurap, atau sikap duduk yang salah dibiarkan terus-menerus dan membentuk kebiasaan dapat berdampak buruk pada kesehatan.
Posisi tengkurap, contohnya, akan menekan dada dan juga paru-paru yang berarti akan menghambat sirkulasi oksigen. Padahal, kelancaran pasokan oksigen sangat diperlukan otak dalam berkonsentrasi. Akibat lainnya adalah mudah mengantuk. Selain itu, posisi tiduran atau tengkurap juga menyebabkan jarak pandang mata dan buku pelajaran menjadi lebih dekat sehingga kurang baik untuk kesehatan mata.
Diposkan oleh Sumari Sukotjo di 20:33
sumber:http://artikel-kesehatan-masyarakat.blogspot.com
Belimbing Untuk Kecantikan
Vitamin C dan A dari buah belimbing efektif membantu mengecilkan pori-pori kulit wajah, menyegarkan dan menyejukkan wajah . Kandungan mineralnya membantu mengurangi kelelahan kulit, menjadikan wajah segar berseri.
Caranya :
- cuci bersih buah belimbing
- potong-potong tipis
- tempelkan pada bagian kulit yang banyak mengeluarkan minyak
- diamkan selama kurang lebih 5 menit
- bilas dengan air bersih
Kini Kamu bisa tampil dengan wajah segar dan bebas minyak.
sumber: http://www.infokulit.com
Caranya :
- cuci bersih buah belimbing
- potong-potong tipis
- tempelkan pada bagian kulit yang banyak mengeluarkan minyak
- diamkan selama kurang lebih 5 menit
- bilas dengan air bersih
Kini Kamu bisa tampil dengan wajah segar dan bebas minyak.
sumber: http://www.infokulit.com
Resep Agar Gigi Tetap Putih & Sehat
KESEHATAN gigi dan mulut tak cuma dipengaruhi oleh sikat dan pasta gigi, obat kumur, dan benang gigi. Kita juga harus bersahabat dengan makanan dan minuman yang membantu organ kunyah tetap sehat dan kuat.
Terkadang kita tidak menyadari bahwa makanan dan minuman yang kita konsumsi dapat memengaruhi kesehatan gigi. Kopi, teh, cola, red wine, dan minuman berwarna lainnya, sebenarnya bertanggung jawab terhadap perubahan warna gigi.
Selain itu, rokok dan obat-obatan yang kita konsumsi bisa berpengaruh buruk pada gigi. Padahal, gigi yang putih dapat mendukung penampilan. Hanya saja, kita sering kali mengabaikan hal tersebut.
Lantas apa saja yang tidak boleh diremehkan pada perawatan gigi agar tetap putih dan sehat? Ulasan Prevention berikut dapat membantu Anda.
Kalsium
Pola makan kaya kalsium membuat gigi tetap kuat dan tak mudah goyah. Asupan yang dianjurkan adalah 1.000 mg/hari bagi wanita di bawah 50 tahun.
Vitamin C
Ini adalah vitamin sahabat gigi dan gusi. Vitamin C mampu membantu memperbaiki jaringan oral yang rusak, sekaligus mencegah infeksi.
Serat
Sayur dan buah adalah surganya serat. Rasa serat yang renyah laksana deterjen alami untuk daerah gigi dan gusi. Selain itu, serat juga mampu menyingkirkan bakteri dan plak. Air liur yang keluar saat mengunyah serat dapat membantu mempertahankan keseimbangan pH mulut kita.
Teh hitam
Studi yang dilakukan oleh University of lllinois College of Dentistry menemukan bahwa teh hitam dapat menekan pertumbuhan bakteri yang menyebabkan gigi berlubang dan radang gusi.
Air putih
Ketika minum air putih, kita tidak cuma bisa menghilangkan rasa haus. Tanpa terasa, kotoran dan bakteri yang menumpuk di dalam mulut juga ikut tersingkirkan.
sumber:http://www.dechacare.com
Terkadang kita tidak menyadari bahwa makanan dan minuman yang kita konsumsi dapat memengaruhi kesehatan gigi. Kopi, teh, cola, red wine, dan minuman berwarna lainnya, sebenarnya bertanggung jawab terhadap perubahan warna gigi.
Selain itu, rokok dan obat-obatan yang kita konsumsi bisa berpengaruh buruk pada gigi. Padahal, gigi yang putih dapat mendukung penampilan. Hanya saja, kita sering kali mengabaikan hal tersebut.
Lantas apa saja yang tidak boleh diremehkan pada perawatan gigi agar tetap putih dan sehat? Ulasan Prevention berikut dapat membantu Anda.
Kalsium
Pola makan kaya kalsium membuat gigi tetap kuat dan tak mudah goyah. Asupan yang dianjurkan adalah 1.000 mg/hari bagi wanita di bawah 50 tahun.
Vitamin C
Ini adalah vitamin sahabat gigi dan gusi. Vitamin C mampu membantu memperbaiki jaringan oral yang rusak, sekaligus mencegah infeksi.
Serat
Sayur dan buah adalah surganya serat. Rasa serat yang renyah laksana deterjen alami untuk daerah gigi dan gusi. Selain itu, serat juga mampu menyingkirkan bakteri dan plak. Air liur yang keluar saat mengunyah serat dapat membantu mempertahankan keseimbangan pH mulut kita.
Teh hitam
Studi yang dilakukan oleh University of lllinois College of Dentistry menemukan bahwa teh hitam dapat menekan pertumbuhan bakteri yang menyebabkan gigi berlubang dan radang gusi.
Air putih
Ketika minum air putih, kita tidak cuma bisa menghilangkan rasa haus. Tanpa terasa, kotoran dan bakteri yang menumpuk di dalam mulut juga ikut tersingkirkan.
sumber:http://www.dechacare.com
Tips Merawat Wajah dengan Masker Buatan Sendiri
Semua perempuan pasti menginginkan kulit wajah yang halus, mulus, dan kenyal. Untuk mendapatkannya tentu memerlukan sebuah usaha yang ekstra.
Untuk mendapatkan perawatan kulit yang kontinyu, tak selalu harus pergi ke salon. Anda juga bisa melakukannya sendiri di rumah.
Berikut ini ada beberapa tips membuat masker sendiri dari bahan-bahan alami yang bisa didapatkan di sekeliling Anda dengan mudah.
1. Masker Gandum
Dengan bahan-bahan gandum, madu, yoghurt, dan almond tumbuk, Anda dapat mencampurkan semua bahan tersebut ke dalam mangkuk. Oleskan pada wajah dan tunggu beberapa saat hingga sedikit mengering. Setelah itu cuci wajah dengan air hangat untuk mendapati kulit wajah yang lebih halus dan lembut.
2. Masker Coklat
Untuk pemakaian harian, Anda bisa menggunakan 3 sendok teh bubuk coklat, 2 sendok teh madu, dan 3 sendok teh bubuk oatmeal. Campurkan semua bahan tadi dan aduk hingga merata. Setelah terbentuk menjadi krem yang pekat, oleskan secara merata pada wajah. Setelah 10-15 menit, bersihkan dengan air hangat. Jika digunakan setiap hari akan tampak perubahan yang nyata pada kondisi kulit wajah.
3. Masker untuk kulit kering
Bagi Anda yang berkulit kering, Anda bisa mencoba masker buatan sendiri yang terdiri dari kuning telur, minyak zaitun, dan air jeruk lemon. Campurkan semua bahan ini lalu aduk hingga berbentuk pasta. Selanjutnya oleskan seperti biasa pada wajah dan leher hingga merata. Setelah mengering, bilas wajah menggunakan air hangat agar semua kotoran terangkat. Setelah itu, dapatkan kulit wajah yang kenyal dan lembut.
4. Masker untuk Kulit Berminyak
Sementara bagi Anda yang memiliki kulit berminyak, gunakan campuran bahan dari oatmeal dan telur. Seperti biasa, campur kedua bahan ini hingga membentuk pasta lalu dioleskan pada wajah dan leher hingga merata. Biarkan hingga mengering lalu bilas dengan air hangat.
sumber: http://www.dechacare.com
Untuk mendapatkan perawatan kulit yang kontinyu, tak selalu harus pergi ke salon. Anda juga bisa melakukannya sendiri di rumah.
Berikut ini ada beberapa tips membuat masker sendiri dari bahan-bahan alami yang bisa didapatkan di sekeliling Anda dengan mudah.
1. Masker Gandum
Dengan bahan-bahan gandum, madu, yoghurt, dan almond tumbuk, Anda dapat mencampurkan semua bahan tersebut ke dalam mangkuk. Oleskan pada wajah dan tunggu beberapa saat hingga sedikit mengering. Setelah itu cuci wajah dengan air hangat untuk mendapati kulit wajah yang lebih halus dan lembut.
2. Masker Coklat
Untuk pemakaian harian, Anda bisa menggunakan 3 sendok teh bubuk coklat, 2 sendok teh madu, dan 3 sendok teh bubuk oatmeal. Campurkan semua bahan tadi dan aduk hingga merata. Setelah terbentuk menjadi krem yang pekat, oleskan secara merata pada wajah. Setelah 10-15 menit, bersihkan dengan air hangat. Jika digunakan setiap hari akan tampak perubahan yang nyata pada kondisi kulit wajah.
3. Masker untuk kulit kering
Bagi Anda yang berkulit kering, Anda bisa mencoba masker buatan sendiri yang terdiri dari kuning telur, minyak zaitun, dan air jeruk lemon. Campurkan semua bahan ini lalu aduk hingga berbentuk pasta. Selanjutnya oleskan seperti biasa pada wajah dan leher hingga merata. Setelah mengering, bilas wajah menggunakan air hangat agar semua kotoran terangkat. Setelah itu, dapatkan kulit wajah yang kenyal dan lembut.
4. Masker untuk Kulit Berminyak
Sementara bagi Anda yang memiliki kulit berminyak, gunakan campuran bahan dari oatmeal dan telur. Seperti biasa, campur kedua bahan ini hingga membentuk pasta lalu dioleskan pada wajah dan leher hingga merata. Biarkan hingga mengering lalu bilas dengan air hangat.
sumber: http://www.dechacare.com
Jumat, 07 Mei 2010
Karakteristik Anak dengan kebutuhan khusus (Tunalaras )
Tunalaras (anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku).
1. Bersikap membangkang,
2. Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah
3. Sering melakukan tindakan aggresif, merusak, mengganggu
4. Sering bertindak melanggar norma social/norma susila/hukum.
Nilai standarnya 4.
sumber: http://jakartahomeschoolingmyblog.wordpress.com
1. Bersikap membangkang,
2. Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah
3. Sering melakukan tindakan aggresif, merusak, mengganggu
4. Sering bertindak melanggar norma social/norma susila/hukum.
Nilai standarnya 4.
sumber: http://jakartahomeschoolingmyblog.wordpress.com
Karakteristik Anak dengan kebutuhan khusus (mengalami gangguan komunikasi
Anak yang mengalami gangguan komunikasi
1. Sulit menangkap isi pembicaraan orang lain,
2. Tidak lancar dalam berbicaraa/mengemukakan ide,
3. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi,
4. Kalau berbicara sering gagap/gugup,
5. Suaranya parau/aneh,
6. Tidak fasih mengucapkan kata-kata tertentu/celat/cadel,
7. Organ bicaranya tidak normal/sumbing.
Nilai standarnya 5.
sumber: http://jakartahomeschoolingmyblog.wordpress.com
1. Sulit menangkap isi pembicaraan orang lain,
2. Tidak lancar dalam berbicaraa/mengemukakan ide,
3. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi,
4. Kalau berbicara sering gagap/gugup,
5. Suaranya parau/aneh,
6. Tidak fasih mengucapkan kata-kata tertentu/celat/cadel,
7. Organ bicaranya tidak normal/sumbing.
Nilai standarnya 5.
sumber: http://jakartahomeschoolingmyblog.wordpress.com
Karakteristik Anak dengan kebutuhan khusus (mengalami kesulitan belajar spesifik)
Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik
• Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)
1. Perkembangan kemampuan membaca terlambat,
2. Kemampuan memahami isi bacaan rendah,
3. Kalau membaca sering banyak kesalahan
Nilai standarnya 3
• Anak yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia)
1. Kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai,
2. Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya,
3. Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca,
4. Tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang,
5. Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.
Nilai standarnya 4.
• Anak yang mengalami kesulitan belajar berhitung (diskalkulia)
1. Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =
2. Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan,
3. Sering salah membilang dengan urut,
4. Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya,
5. Sulit membedakan bangun-bangun geometri.
Nilai standarnya 4.
sumber: http://jakartahomeschoolingmyblog.wordpress.com
• Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)
1. Perkembangan kemampuan membaca terlambat,
2. Kemampuan memahami isi bacaan rendah,
3. Kalau membaca sering banyak kesalahan
Nilai standarnya 3
• Anak yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia)
1. Kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai,
2. Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya,
3. Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca,
4. Tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang,
5. Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.
Nilai standarnya 4.
• Anak yang mengalami kesulitan belajar berhitung (diskalkulia)
1. Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =
2. Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan,
3. Sering salah membilang dengan urut,
4. Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya,
5. Sulit membedakan bangun-bangun geometri.
Nilai standarnya 4.
sumber: http://jakartahomeschoolingmyblog.wordpress.com
Karakteristik Anak dengan kebutuhan khusus (Anak Lamban Belajar)
Anak Lamban Belajar
1. Rata-rata prestasi belajarnya selalu rendah (kurang dari 6),
2. Dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan teman-teman seusianya,
3. Daya tangkap terhadap pelajaran lambat,
4. Pernah tidak naik kelas.
Nilai Standar : 4
sumber:http://jakartahomeschoolingmyblog.wordpress.com
1. Rata-rata prestasi belajarnya selalu rendah (kurang dari 6),
2. Dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan teman-teman seusianya,
3. Daya tangkap terhadap pelajaran lambat,
4. Pernah tidak naik kelas.
Nilai Standar : 4
sumber:http://jakartahomeschoolingmyblog.wordpress.com
Karakteristik Anak dengan kebutuhan khusus (Tunagrahita)
Tunagrahita
1. Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/ besar,
2. Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia,
3. Perkembangan bicara/bahasa terlambat
4. Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong),
5. Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali),
6. Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler)
Nilai Standar : 6
sumber:http://jakartahomeschoolingmyblog.wordpress.com
1. Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/ besar,
2. Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia,
3. Perkembangan bicara/bahasa terlambat
4. Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong),
5. Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali),
6. Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler)
Nilai Standar : 6
sumber:http://jakartahomeschoolingmyblog.wordpress.com
Karakteristik Anak dengan kebutuhan khusus (Anak Berbakat)
Anak Berbakat/ memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
1. Membaca pada usia lebih muda,
2. Membaca lebih cepat dan lebih banyak,
3. Memiliki perbendaharaan kata yang luas,
4. Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat,
5. Mempunayi minat yang luas, juga terhadap masalah orang dewasa,
6. Mempunyai inisiatif dan dapat berkeja sendiri,
7. Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal,
8. Memberi jawaban-jawaban yang baik,
9. Dapat memberikan banyak gagasan
10. Luwes dalam berpikir
11. Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan,
12. Mempunyai pengamatan yang tajam,
13. Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati,
14. Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri,
15. Senang mencoba hal-hal baru,
16. Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi,
17. Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan-pemecahan masalah,
18. Cepat menangkap hubungan sebabakibat,
19. Berperilaku terarah pada tujuan,
20. Mempunyai daya imajinasi yang kuat,
21. Mempunyai banyak kegemaran (hobi),
22. Mempunyai daya ingat yang kuat,
23. Tidak cepat puas dengan prestasinya,
24. Peka (sensitif) serta menggunakan firasat (intuisi),
25. Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
Nilai Standar : 18
sumber:http://jakartahomeschoolingmyblog.wordpress.com
1. Membaca pada usia lebih muda,
2. Membaca lebih cepat dan lebih banyak,
3. Memiliki perbendaharaan kata yang luas,
4. Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat,
5. Mempunayi minat yang luas, juga terhadap masalah orang dewasa,
6. Mempunyai inisiatif dan dapat berkeja sendiri,
7. Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal,
8. Memberi jawaban-jawaban yang baik,
9. Dapat memberikan banyak gagasan
10. Luwes dalam berpikir
11. Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan,
12. Mempunyai pengamatan yang tajam,
13. Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati,
14. Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri,
15. Senang mencoba hal-hal baru,
16. Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi,
17. Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan-pemecahan masalah,
18. Cepat menangkap hubungan sebabakibat,
19. Berperilaku terarah pada tujuan,
20. Mempunyai daya imajinasi yang kuat,
21. Mempunyai banyak kegemaran (hobi),
22. Mempunyai daya ingat yang kuat,
23. Tidak cepat puas dengan prestasinya,
24. Peka (sensitif) serta menggunakan firasat (intuisi),
25. Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
Nilai Standar : 18
sumber:http://jakartahomeschoolingmyblog.wordpress.com
Karakteristik Anak dengan kebutuhan khusus (Tunadaksa)
Tunadaksa/anak yang mengalami kelainan angota tubuh/gerakan
1. Anggauta gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh,
2. Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali),
3. Terdapat bagian anggauta gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasa,
4. Terdapat cacat pada alat gerak,
5. Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam,
6. Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal
7. Hiperaktif/tidak dapat tenang.
Nilai Standar : 5
sumber: http://jakartahomeschoolingmyblog.wordpress.com
1. Anggauta gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh,
2. Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali),
3. Terdapat bagian anggauta gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasa,
4. Terdapat cacat pada alat gerak,
5. Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam,
6. Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal
7. Hiperaktif/tidak dapat tenang.
Nilai Standar : 5
sumber: http://jakartahomeschoolingmyblog.wordpress.com
Karakteristik Anak dengan kebutuhan khusus(Tunarungu)
Tunarungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran
1. Tidak mampu mendengar,
2. Terlambat perkembangan bahasa
3. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
4. Kurang/tidak tanggap bila diajak bicara
5. Ucapan kata tidak jelas
6. Kualitas suara aneh/monoton,
7. Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar
8. Banyak perhatian terhadap getaran,
9. Keluar cairan ‘nanah’ dari kedua telinga
Nilai Standar : 6 (di luar a), maksudnya jika a terpenuhi, maka berikutnya tidak perlu dihiung.
sumber: http://jakartahomeschoolingmyblog.wordpress.com
1. Tidak mampu mendengar,
2. Terlambat perkembangan bahasa
3. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
4. Kurang/tidak tanggap bila diajak bicara
5. Ucapan kata tidak jelas
6. Kualitas suara aneh/monoton,
7. Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar
8. Banyak perhatian terhadap getaran,
9. Keluar cairan ‘nanah’ dari kedua telinga
Nilai Standar : 6 (di luar a), maksudnya jika a terpenuhi, maka berikutnya tidak perlu dihiung.
sumber: http://jakartahomeschoolingmyblog.wordpress.com
Karakteristik Anak dengan kebutuhan khusus (Tunanetra)
Setiap anak dengan kebutuhan khusus memiliki karakteristik (ciri-ciri) tertentu yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk keperluan identifikasi, di bawah ini akan disebutkan ciri-ciri yang menonjol dari masing-masing jenis anak dengan kebutuhan khusus.
Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan
1. a. Tidak mampu melihat
2. b. Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter
3. Kerusakan nyata pada kedua bola mata,
4. Sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan,
5. Mengalami kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya,
6. Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/besisik/kering,
7. Peradangan hebat pada kedua bola mata,
8. Mata bergoyang terus.
Nilai standar : 4 (di luar a dan b), maksudnya, jika a dan b terpenuhi, maka tidak perlu menghitung urutan berikutnya.
sumber:http://jakartahomeschoolingmyblog.wordpress.com
Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan
1. a. Tidak mampu melihat
2. b. Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter
3. Kerusakan nyata pada kedua bola mata,
4. Sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan,
5. Mengalami kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya,
6. Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/besisik/kering,
7. Peradangan hebat pada kedua bola mata,
8. Mata bergoyang terus.
Nilai standar : 4 (di luar a dan b), maksudnya, jika a dan b terpenuhi, maka tidak perlu menghitung urutan berikutnya.
sumber:http://jakartahomeschoolingmyblog.wordpress.com
Resiko anak autisme naik lima kali lipat
Beberapa peneliti menyajikan satu studi yang menemukan bukti mengenai kaitan antara austisme dan usia ibu. Usia ayah nyaris tak memiliki dampak mengenai resiko autisme pada anak kecuali sang ayah lebih tua dan ibu lebih muda dari 30 tahun.
Demikian hasil studi selama 10 tahun, yang meneliti 4,9 juta kelahiran pada 1990-an. “Studi ini menantang teori saat ini di dalam epidemiologi autisme yang mengidentifikasi usia ayah sebagai faktor penting dalam peningkatan resiko orang memiliki anak yang menderita autisme,” kata pemimpin studi tersebut, Janie Shelton.
Shelton dan rekannya peneliti University of California mengkaji data dari semua kelahiran di negara bagian mereka selama satu dasawarsa.
Studi itu, yang disiarkan di dalam jurnal Autisme Research, terbitan Februari, mendapati bahwa resiko tambahan orang memiliki anak yang menderita autisme meningkat hampir lima kali lipat –18 persen– untuk setiap peningkatan lima tahun usia ibu.
Bagi ibu yang berusia lebih dari 30 tahun, ayah yang lebih tua tampaknya tak meningkatkan resiko autisme pada anak, gangguan perkembangan dalam ketrampilan berkomunikasi dan sosial, serta prilaku terbatas dan berulang.
Ketika sang ayah berusia lebih tua dan ibu di bawah 30 tahun, anak mereka juga memiliki resiko tinggi untuk terserang autisme, kata studi itu. Anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang berusia di bawah 25 tahun dan ayah berusia lebih dari 40 tahun dua kali lebih mungkin untuk terserang autisme seperti anak yang memiliki ayah yang berusia antara 25 dan 29 tahun.
Tetapi resiko tersebut hilang di kalangan ibu yang berusia di atas 30 tahun.
Kasus autisme di Amerika Serikat diperkirakan antara satu dalam 100 dan satu dalam 110 anak. Gangguan itu mulai muncul saat anak berusia tiga tahun.
Jumlah perempuan California yang berusia di atas 40 tahun dan melahirkan naik lebih dari 300 persen selama 1990-an, tapi jumlah kasus autisme meningkat sampai 600 persen. Meskipun demikian, para penulis studi tersebut mendapati bahwa ibu yang lebih tua hanya berjumlah sekitar lima persen dalam kenaikan itu.
Berbagai studi terdahulu juga telah mengaitkan usia orang-tua dengan resiko anak terserang autisme, tapi dengan hasil yang bertolak-belakang mengenai apakah ibu, ayah, atau keduanya memainkan peran yang paling besar.
Mereka juga telah mengamati usi ibu lebih lanjut dapat memberi sumbangan terhadap spektrum kondisi lain yang berkaitan dengan kelahiran, seperti kesuburan, rendahnya timbangan bayi, gangguan kromosom dan bayi cepat meninggal.
“Kami masih perlu memikirkan apakah itu berkaitan dengan usia orang-tua yang lebih tua sehingga anak mereka menghadapi resiko yang lebih besar mengenai autisme dan gangguan lain. Dengan begitu, kami dapat mulai merancang campur-tangan,” demikian penjelasan penulis senior studi itu Irva Hertz-Piccioto, sebagaimana dilaporkan AFP.
Satu studi pada 2008 oleh University of California Davis mendapati bahwa sebagian ibu yang melahirkan anak yang menderita autis memiliki anti-bodi terhadap protein otak bayi, tidak seperti ibu dari anak tertentu.
Para penulis studi itu menyatakan sebagian bahan kimia yang menetap di lingkungan hidup yang tertimbun di tubuh mungkin juga ikut menjadi penyebabnya.
sumber: http://www.solopos.com/
Demikian hasil studi selama 10 tahun, yang meneliti 4,9 juta kelahiran pada 1990-an. “Studi ini menantang teori saat ini di dalam epidemiologi autisme yang mengidentifikasi usia ayah sebagai faktor penting dalam peningkatan resiko orang memiliki anak yang menderita autisme,” kata pemimpin studi tersebut, Janie Shelton.
Shelton dan rekannya peneliti University of California mengkaji data dari semua kelahiran di negara bagian mereka selama satu dasawarsa.
Studi itu, yang disiarkan di dalam jurnal Autisme Research, terbitan Februari, mendapati bahwa resiko tambahan orang memiliki anak yang menderita autisme meningkat hampir lima kali lipat –18 persen– untuk setiap peningkatan lima tahun usia ibu.
Bagi ibu yang berusia lebih dari 30 tahun, ayah yang lebih tua tampaknya tak meningkatkan resiko autisme pada anak, gangguan perkembangan dalam ketrampilan berkomunikasi dan sosial, serta prilaku terbatas dan berulang.
Ketika sang ayah berusia lebih tua dan ibu di bawah 30 tahun, anak mereka juga memiliki resiko tinggi untuk terserang autisme, kata studi itu. Anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang berusia di bawah 25 tahun dan ayah berusia lebih dari 40 tahun dua kali lebih mungkin untuk terserang autisme seperti anak yang memiliki ayah yang berusia antara 25 dan 29 tahun.
Tetapi resiko tersebut hilang di kalangan ibu yang berusia di atas 30 tahun.
Kasus autisme di Amerika Serikat diperkirakan antara satu dalam 100 dan satu dalam 110 anak. Gangguan itu mulai muncul saat anak berusia tiga tahun.
Jumlah perempuan California yang berusia di atas 40 tahun dan melahirkan naik lebih dari 300 persen selama 1990-an, tapi jumlah kasus autisme meningkat sampai 600 persen. Meskipun demikian, para penulis studi tersebut mendapati bahwa ibu yang lebih tua hanya berjumlah sekitar lima persen dalam kenaikan itu.
Berbagai studi terdahulu juga telah mengaitkan usia orang-tua dengan resiko anak terserang autisme, tapi dengan hasil yang bertolak-belakang mengenai apakah ibu, ayah, atau keduanya memainkan peran yang paling besar.
Mereka juga telah mengamati usi ibu lebih lanjut dapat memberi sumbangan terhadap spektrum kondisi lain yang berkaitan dengan kelahiran, seperti kesuburan, rendahnya timbangan bayi, gangguan kromosom dan bayi cepat meninggal.
“Kami masih perlu memikirkan apakah itu berkaitan dengan usia orang-tua yang lebih tua sehingga anak mereka menghadapi resiko yang lebih besar mengenai autisme dan gangguan lain. Dengan begitu, kami dapat mulai merancang campur-tangan,” demikian penjelasan penulis senior studi itu Irva Hertz-Piccioto, sebagaimana dilaporkan AFP.
Satu studi pada 2008 oleh University of California Davis mendapati bahwa sebagian ibu yang melahirkan anak yang menderita autis memiliki anti-bodi terhadap protein otak bayi, tidak seperti ibu dari anak tertentu.
Para penulis studi itu menyatakan sebagian bahan kimia yang menetap di lingkungan hidup yang tertimbun di tubuh mungkin juga ikut menjadi penyebabnya.
sumber: http://www.solopos.com/
Permasalahan-Permasalahan Anak-Anak Berkebutuhan Khusus
Proses Pengolahan Ilmu di otak Anak-Anak Berkebutuhan Khusus itu relatif kurang. Pada awal kehidupan Sel-Sel Otak mulanya sedikit, ketika usia 6 tahun, Sel-Sel Otak mulai bertahmbah, hingga akhirnya pada usia 14 tahun dapat berkembang lebih pesat. Anak-Anak Berkebutuhan Khusus hanya tertuju pada 1 pusat perhatian (topik menarik) dalam proses otak.
·Yang berinteligensi tinggi akan menghadapi kesulitan dalam pembelajaran normal, suka merasa bosan dan cenderung main-main sendiri. Sedangkan yang inteligensinya rendah akan kesulitan dalam memahami materi pembelajaran dan kerap membutuhkan banyak pengulangan dalam membahas suatu pembelajaran.
·Dalam perihal Interaksi Sosial Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kurang kontak mata, represif, sulit berinteraksi baik dengan teman-teman maupun para guru, tak bisa berempati, memahami maksud orang lain, interaksi, kesulitan menyampaikan keinginan, takut dan cenderung menghindari orang lain dan sulit memahami isyarat verbal-nonverbal.
·Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kerap kali kurang tangkas dan keseimbangan dalam perihal Gerak Motorik Kasar (Gross), sedangkan dalam Gerak Motorik Halus (Fine) Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kerap kurang terampil dan terkordinir dalam melaksanakan salah satu tugas.
·Dalam Gerakan Sensorik, Anak-Anak Berkebutuhan Khusus cenderung Hiporeaktif (cuek) dan Hiperaktif (enggan belajar), fokus hanya pada detail tertentu/sempit/tak menyeluruh, dan mempunyai perhatian yang obsesif. Anak-Anak Berkebutuhan Khusus juga mempunyai minat terbatas, tak patuh, monoton, tantrum, mengganggu, agresif, impulsif, stimulasi diri, takut-cemas, kerap menangis.
·Ketika belajar, Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kerap melakukan kesalahan sensory memory karena memori mereka hanya pendek sekali jaraknya, mudah lupa, fakta tersimpan tetapi tidak dalam 1 kerangka konteks yang terjadi. Anak-Anak Berkebutuhan Khusus sebenarnya bisa memberi respon terhadap sesuatu dalam pembelajaran, tetapi mereka sulit menghadapi situasi baru.
·Sulit meniru aksi orang lain, namun bisa meniru kata-kata tetapi tidak memahami.
-asi Anak-Anak Berkebutuhan Khusus mempunyai keterbatasan kemampuan komunikasi, gangguan bahasa verbal-nonverbal, kesulitan menyampaikan keinginan, dan penggunaan bahasa repetitif (pengulangan).
· -Anak-Anak Berkebutuhan Khusus mempunyai kelemahan dalam sequencing seperti kesulitan dalam menguruskan aktivitas, bisa mengurutkan tetapi sulit mengembangkan sehingga kurang kreatif, jika urutan aktivitas dirubah Anak-Anak Berkebutuhan Khusus dapat mengalami stress.
· -Gangguan Executive Function juga terdapat pada Anak-Anak Berkebutuhan Khusus
seperti kesulitan mempertahankan atensi, mudah terdistraksi, tidak bisa menyelesaikan tugas, dan kurang kontrol diri serta sulit bergaul.
sumber:http://lppariau.weebly.com
·Yang berinteligensi tinggi akan menghadapi kesulitan dalam pembelajaran normal, suka merasa bosan dan cenderung main-main sendiri. Sedangkan yang inteligensinya rendah akan kesulitan dalam memahami materi pembelajaran dan kerap membutuhkan banyak pengulangan dalam membahas suatu pembelajaran.
·Dalam perihal Interaksi Sosial Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kurang kontak mata, represif, sulit berinteraksi baik dengan teman-teman maupun para guru, tak bisa berempati, memahami maksud orang lain, interaksi, kesulitan menyampaikan keinginan, takut dan cenderung menghindari orang lain dan sulit memahami isyarat verbal-nonverbal.
·Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kerap kali kurang tangkas dan keseimbangan dalam perihal Gerak Motorik Kasar (Gross), sedangkan dalam Gerak Motorik Halus (Fine) Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kerap kurang terampil dan terkordinir dalam melaksanakan salah satu tugas.
·Dalam Gerakan Sensorik, Anak-Anak Berkebutuhan Khusus cenderung Hiporeaktif (cuek) dan Hiperaktif (enggan belajar), fokus hanya pada detail tertentu/sempit/tak menyeluruh, dan mempunyai perhatian yang obsesif. Anak-Anak Berkebutuhan Khusus juga mempunyai minat terbatas, tak patuh, monoton, tantrum, mengganggu, agresif, impulsif, stimulasi diri, takut-cemas, kerap menangis.
·Ketika belajar, Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kerap melakukan kesalahan sensory memory karena memori mereka hanya pendek sekali jaraknya, mudah lupa, fakta tersimpan tetapi tidak dalam 1 kerangka konteks yang terjadi. Anak-Anak Berkebutuhan Khusus sebenarnya bisa memberi respon terhadap sesuatu dalam pembelajaran, tetapi mereka sulit menghadapi situasi baru.
·Sulit meniru aksi orang lain, namun bisa meniru kata-kata tetapi tidak memahami.
-asi Anak-Anak Berkebutuhan Khusus mempunyai keterbatasan kemampuan komunikasi, gangguan bahasa verbal-nonverbal, kesulitan menyampaikan keinginan, dan penggunaan bahasa repetitif (pengulangan).
· -Anak-Anak Berkebutuhan Khusus mempunyai kelemahan dalam sequencing seperti kesulitan dalam menguruskan aktivitas, bisa mengurutkan tetapi sulit mengembangkan sehingga kurang kreatif, jika urutan aktivitas dirubah Anak-Anak Berkebutuhan Khusus dapat mengalami stress.
· -Gangguan Executive Function juga terdapat pada Anak-Anak Berkebutuhan Khusus
seperti kesulitan mempertahankan atensi, mudah terdistraksi, tidak bisa menyelesaikan tugas, dan kurang kontrol diri serta sulit bergaul.
sumber:http://lppariau.weebly.com
Latihan Tidur untuk Anak Khusus
by The Asian Parent
Filed under Anak Istimewa, Umum
Meskipun hampir semua anak yang khusus bisa tidur biasa, tapi itu mungkin tidak mudah untuk semua anak khusus dari pada anak yang normal.
Ada disini titik-titik bisa membantu anda berlatih anak khusus tidur secara biasa:
1) Disiapkan: Mengerti bahwa itu mungkin perlukan waktu sedikit lama menidurkan anak khusus ke tempat tidur dari pada anak biasa lain.
2) Dapat Bantuan: Tidak menjadi malu minta bantuan oleh anggota keluarga anda dan teman-teman anda. Anda akan perlu banyak kerja bagi anda dan pasti akan kesulitan di jalan ini. Anda perlu isitrahat untuk diri sekali-kali.
3) Melihat keperluan Dia: Meskipun, hampir semua latihan tidur keterlibatan teknik kognitif dan perilaku, anak penyakit down syndrome contohnya mungkin sakit dengan masalah pernapasan. Untuk banyak anak penyakit down syndrome, operasi amandel membantu masalah pernapasan.
4) Menetapkan rutin terstruktur: Menetapkan rutin terstruktur akan membantu anak anda mengerti bahwa ada waktu tetap untuk kerja biasa sehari dan tidur juga satu kegiatan dalam kegiatan-kegiatan biasa sehari-hari.
5) Ketepatan Waktu: Memastikan bahwa waktu tidur hampir sama setiap malam.
6) Merasa Terikat Dengan: Latihan tidur untuk anak khusus perlu kesungguhan. Jika anda menyerahkan setelah beberapa hari, anak anda akan mempunyai ketetapan hati tidak mau tidur waktu tepat.
sumber: http://id.theasianparent.com
Filed under Anak Istimewa, Umum
Meskipun hampir semua anak yang khusus bisa tidur biasa, tapi itu mungkin tidak mudah untuk semua anak khusus dari pada anak yang normal.
Ada disini titik-titik bisa membantu anda berlatih anak khusus tidur secara biasa:
1) Disiapkan: Mengerti bahwa itu mungkin perlukan waktu sedikit lama menidurkan anak khusus ke tempat tidur dari pada anak biasa lain.
2) Dapat Bantuan: Tidak menjadi malu minta bantuan oleh anggota keluarga anda dan teman-teman anda. Anda akan perlu banyak kerja bagi anda dan pasti akan kesulitan di jalan ini. Anda perlu isitrahat untuk diri sekali-kali.
3) Melihat keperluan Dia: Meskipun, hampir semua latihan tidur keterlibatan teknik kognitif dan perilaku, anak penyakit down syndrome contohnya mungkin sakit dengan masalah pernapasan. Untuk banyak anak penyakit down syndrome, operasi amandel membantu masalah pernapasan.
4) Menetapkan rutin terstruktur: Menetapkan rutin terstruktur akan membantu anak anda mengerti bahwa ada waktu tetap untuk kerja biasa sehari dan tidur juga satu kegiatan dalam kegiatan-kegiatan biasa sehari-hari.
5) Ketepatan Waktu: Memastikan bahwa waktu tidur hampir sama setiap malam.
6) Merasa Terikat Dengan: Latihan tidur untuk anak khusus perlu kesungguhan. Jika anda menyerahkan setelah beberapa hari, anak anda akan mempunyai ketetapan hati tidak mau tidur waktu tepat.
sumber: http://id.theasianparent.com
Pengertian Anak dengan kebutuhan khusus
Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan (bermakna) mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, mental-intelektual, social, emosional) dalam proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Dengan demikian, meskipun seorang anak mengalami kelainan/ penyimpangan tertentu, tetapi kelainan/penyimpangan tersebut tidak signifikan sehingga mereka tidak memerlukan pelayanan pendidikan khusus, anak tersebut bukan termasuk anak dengan kebutuhan khusus.
Ada bermacam-macam jenis anak dengan kebutuhan khusus, tetapi khusus untuk keperluan pendidikan inklusi, anak dengan kebutuhan khusus akan dikelompokkan menjadi 9 jenis. Berdasarkan berbagai studi, ke 9 jenis ini paling sering dijumpai di sekolah-sekolah reguler. Jika di luar 9 jenis tersebut masih dijumpai di sekolah, maka guru dapat bekerjasama dengan pihak lain yang relevan untuk menanganinya, seperti anak-anak autis, anak korban narkoba, anak yang memiliki penyakit kronis, dan lain-lain. Secara singkat masing-masing jenis kelainan dijelaskan sebagai berikut :
1. Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan
2. Tunarungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran
3. Tunadaksa/mengalami kelainan angota tubuh/gerakan
4. Berbakat/memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
5. Tunagrahita
6. Lamban belajar (slow learner
7. Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik
8. Anak yang mengalami gangguan komunikasi
9. Tunalaras/anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku
sumber:http://jakartahomeschoolingmyblog.wordpress.com
Dengan demikian, meskipun seorang anak mengalami kelainan/ penyimpangan tertentu, tetapi kelainan/penyimpangan tersebut tidak signifikan sehingga mereka tidak memerlukan pelayanan pendidikan khusus, anak tersebut bukan termasuk anak dengan kebutuhan khusus.
Ada bermacam-macam jenis anak dengan kebutuhan khusus, tetapi khusus untuk keperluan pendidikan inklusi, anak dengan kebutuhan khusus akan dikelompokkan menjadi 9 jenis. Berdasarkan berbagai studi, ke 9 jenis ini paling sering dijumpai di sekolah-sekolah reguler. Jika di luar 9 jenis tersebut masih dijumpai di sekolah, maka guru dapat bekerjasama dengan pihak lain yang relevan untuk menanganinya, seperti anak-anak autis, anak korban narkoba, anak yang memiliki penyakit kronis, dan lain-lain. Secara singkat masing-masing jenis kelainan dijelaskan sebagai berikut :
1. Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan
2. Tunarungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran
3. Tunadaksa/mengalami kelainan angota tubuh/gerakan
4. Berbakat/memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
5. Tunagrahita
6. Lamban belajar (slow learner
7. Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik
8. Anak yang mengalami gangguan komunikasi
9. Tunalaras/anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku
sumber:http://jakartahomeschoolingmyblog.wordpress.com
Pendidikan untuk anak dengan kebutuhan khusus (special needs)
Assalamu'alaikum WW.
Perkenankan saya bercerita sekali lagi mengenai putri saya yang istimewa dalam
hubungannya dengan pendidikan. Mudah-mudahan cerita ini dapat menimbulkan
inspirasi pada teman-teman dalam berhubungan dengan anak-anak yang memiliki
kebutuhan khusus.
Anak saya didiagnosa Crouzon Syndrome pada usia 1,5 tahun oleh seorang dokter
dari Australia (kebetulan dia punya jadwal datang ke Jakarta 2 X setahun).
Perbedaannya sudah langsung tampak sejak lahir. Perbedaan penampilan fisik ini
diiringi pula dengan gejala lain, yaitu matanya mudah lelah dan iritasi,
tidurnya ngorok, sulit menelan makanan, kurang pendengaran, gigi rapuh. Pada
tahun pertamanya fisiknya lemah dan perkembangannya lambat. Dan yang paling
bikin ibunya stress, dia sangat sensitif, mudah menangis dan mengamuk. Kalau
menangis bisa menghabiskan waktu 1 jam tanpa bisa dibujuk, hingga akhirnya
berhenti karena kelelahan.
Setelah pertemuan saya dengan dokter dari Australia itu, diputuskan untuk
dilakukan operasi (rekonstruksi tulang tengkorak kepalanya) untuk menyelamatkan
perkembangan otak dan syaraf matanya, sebab bila tidak, akan mengganggu
perkembangan mental dan penglihatannya .
Pada usia 2 tahun (1996) putri saya di operasi di Women and Children Hospital
Adelaide Australia oleh Dr. David David. Kami berada di sana selama 1 bulan.
Sejauh yang saya tahu, operasi semacam itu belum dapat dilakukan di Indonesia
saat itu.
Terus terang saya sangat terkesan dengan sistem kerja di sana, yang terstruktur
dan melibatkan satu tim yang bekerja sinergi. Bukan hanya kesehatan fisik
pasiennya saja yang diperhatikan, tetapi juga kesehatan mentalnya. Oleh karena
itu peran psikolog dan pekerja sosialnya sangat besar. Mereka juga memberikan
dukungan yang sangat positif terhadap keluarga pasien agar selalu optimis.
Kondisi ini secara tidak langsung juga mendukung pada proses pemulihan anak.
Ini merupakan satu operasi dari serangkaian operasi yang mungkin akan
dihadapinya lagi. Operasi berikutnya baru dapat dilakukan bila anak sudah
berusia remaja. Dari beberapa kasus yang saya ketahui, kasus seperti ini
membutuhkan belasan kali operasi.
Sepulang dari sana, saya diberi PR untuk penanganan anak saya selanjutnya. Putri
saya (karena kurang pendengaran) harus mengikuti terapi bicara untuk
mengembangkan kemampuan komunikasinya, terapi ini dijalani selama 2 tahun,
sempat berhenti karena kondisi sosial politik di Jakarta tidak mendukung
(kebetulan tempat terapinya di Jalan Salemba yang seringkali demo mahasiswa).
Dilanjutkan lagi dengan terapi bahasa 6 bulan sebelum masuk SD.
Selain terapi, dia juga rajin ke dokter karena sering sakit pilek (konstruksi
hidungnya membuat dia gampang sakit dan susah sembuh), rajin ke dokter gigi
karena giginya yang rapuh, gampang bolong meski rajin disikat. Dia juga pakai
kacamata prisma, karena jarak antar matanya yang terlalu jauh menyebabkan otot
matanya bekerja lebih keras untuk melihat jarak dekat (padahal dia senang sekali
membaca, menulis dan menggambar). Saya juga nggak bisa mengharapkan ia makan
banyak, karena kerongkongannya yang kecil menghambat dia makan terlalu banyak.
Untuk masalah fisik, saya tinggal mengikuti panduan dari dokter saja. Namun
untuk masalah konsep diri, sosialisasi dan pendidikannya, keluarganya harus
berperan aktif.
Saya masukkan anak saya ke Kelompok Bermain pada usia 2,5 tahun karena saya
melihat dia sangat tidak percaya diri dan dependen. Saya berharap dia memperoleh
kesempatan bersosialisasi lebih banyak. Sayangnya dia sempat ditolak karena
disangka terbelakang dan kepseknya saat itu khawatir kalau teman-temannya yang
lain akan ketakutan.
Saya sedih sekali saat itu, saya katakan kepada kepala sekolahnya, bahwa saya
tahu benar kalau anak saya tidak terbelakang, dan dia tidak akan mengganggu
teman-temannya (misalnya, memukul), tapi memang anak saya berbeda. Justru di
sini saya berharap dengan keberadaan anak saya tidak hanya menguntungkan anak
saya saja, tapi juga menguntungkan anak lain, karena anak-anak lain menjadi
tahu, bahwa tidak ada orang yang sempurna di dunia ini, dan mereka juga jadi
tahu bagaimana caranya bergaul dengan teman yang memiliki kekurangan atau
keterbatasan tertentu.
Singkatnya akhirnya anak saya sekolah di situ sampai TK-B. Saya sengaja memilih
sekolah dengan kelas kecil (jumlah murid sedikit, hanya 12 orang dengan 1 orang
guru) dengan harapan perhatian guru tidak terlalu terbagi, karena dengan
keterbatasan pendengarannya, guru sering kali harus mengulang instruksi 2 sampai
3 kali pada anak saya (anak saya tidak mau pakai hearing aid karena dirasa
mengganggu).
Selama anak saya TK saya mulai hunting mencari SD yang kira-kira dapat menerima
anak saya dengan kondisinya. Menurut saya anak saya membutuhkan sekolah dengan
metode active learning, jumlah murid sedikit sehingga guru dapat menangani murid
secara individual dan yang terpenting lingkungan sekolah yang kondusif untuk
perkembangan konsep dirinya. Saya juga menghindari sekolah yang menerapkan
sistem seleksi dengan menggunakan tes kecerdasan, karena saya khawatir meski
anak saya berhasil masuk, namun akan mengalami stress karena beban belajar yang
tinggi (biasanya sekolah dengan sistem seleksi ini mengharapkan muridnya relatif
homogen untuk memudahkan penyampaian pelajaran).
Alhamdulillah saya mendapatkan sekolah yang sesuai dengan harapan. Sekolah
sangat welcome dengan anak saya (dan juga anak-anak lain yang mempunyai
kebutuhan khusus). Setelah anak saya mengikuti try out (bukan seleksi, tapi
lebih pada mengetahui sampai sejauh mana kemampuannya), saya bersama suami saya
diundang untuk berdiskusi dengan pihak sekolah.
Pertanyaan awal yang sangat menyentuh saya saat itu adalah ketika pihak sekolah
bertanya, "Apa yang Bapak dan Ibu harapkan dari sekolah untuk perkembangan putri
Bapak dan Ibu?"
Intinya, diskusi kami dengan pihak sekolah membicarakan apa saja yang akan
dilakukan oleh pihak sekolah (berkaitan dengan kebutuhan khusus anak) baik
menyangkut proses belajar mengajar di kelas, sosialisasi dengan teman dan juga
kebutuhan khusus fisiknya (harus gosok gigi setiap selesai makan, dan
sering-sering membersihkan mata), apa yang perlu dilakukan orang tua di rumah,
termasuk juga mempersiapkan kakaknya untuk menerima pertanyaan-pertanyaan dari
teman-temannya mengenai adiknya yang "berbeda". Pokoknya kami membahas segala
hal yang berpeluang menjadi masalah.
Alhamdulillah sekali lagi. Saat ini putri kami sangat bersemangat sekolah,
motivasi belajarnya sangat tinggi, terutama membaca, menulis dan menggambar.
Masih agak pasif dan pemalu, namun dia tidak menolak untuk bergaul dengan teman
yang mengajaknya.
Saya amati dengan metode active learning dan pendekatan anak secara individual
(memperlakukan anak sesuai dengan potensi dan kebutuhan anak), anak saya
memperoleh perkembangan pesat dalam pemahamannya terhadap materi pelajaran yang
diberikan. Di samping itu keberadaan anak-anak yang berkebutuhan khusus di
sekolah memberikan nilai tambah bagi anak-anak yang lain sehingga dapat
mengembangkan kemampuan empati terhadap temannya.
Dari hasil ngobrol-ngobrol dengan orang tua yang lain, perkembangan positif ini
tidak hanya dialami anak saya tapi juga anak-anak lain, misalnya, anak Autis,
ADD, ADHD, Asperger, dan lain-lain.
Satu hal yang mungkin agak mengganggu adalah masalah biaya yang tidak sedikit.
Akibatnya tidak setiap anak dapat memperoleh kesempatan menikmati pendidikan
yang baik.
Nggak ada salahnya kalau saya mengulangi lagi, nampaknya perlu dipikirkan cara
lain agar sedapat mungkin banyak sekolah/lembaga pendidikan yang dapat
memberikan kesempatan pada anak-anak baik yang normal maupun yang memiliki
kebutuhan khusus untuk dapat berkembang optimal, baik dari segi kognitif,
afektif, maupun psikomotoriknya.
Sekian dulu
Wassalamu'alaikum WW.
Yeti
sumber: http://groups.yahoo.com
Perkenankan saya bercerita sekali lagi mengenai putri saya yang istimewa dalam
hubungannya dengan pendidikan. Mudah-mudahan cerita ini dapat menimbulkan
inspirasi pada teman-teman dalam berhubungan dengan anak-anak yang memiliki
kebutuhan khusus.
Anak saya didiagnosa Crouzon Syndrome pada usia 1,5 tahun oleh seorang dokter
dari Australia (kebetulan dia punya jadwal datang ke Jakarta 2 X setahun).
Perbedaannya sudah langsung tampak sejak lahir. Perbedaan penampilan fisik ini
diiringi pula dengan gejala lain, yaitu matanya mudah lelah dan iritasi,
tidurnya ngorok, sulit menelan makanan, kurang pendengaran, gigi rapuh. Pada
tahun pertamanya fisiknya lemah dan perkembangannya lambat. Dan yang paling
bikin ibunya stress, dia sangat sensitif, mudah menangis dan mengamuk. Kalau
menangis bisa menghabiskan waktu 1 jam tanpa bisa dibujuk, hingga akhirnya
berhenti karena kelelahan.
Setelah pertemuan saya dengan dokter dari Australia itu, diputuskan untuk
dilakukan operasi (rekonstruksi tulang tengkorak kepalanya) untuk menyelamatkan
perkembangan otak dan syaraf matanya, sebab bila tidak, akan mengganggu
perkembangan mental dan penglihatannya .
Pada usia 2 tahun (1996) putri saya di operasi di Women and Children Hospital
Adelaide Australia oleh Dr. David David. Kami berada di sana selama 1 bulan.
Sejauh yang saya tahu, operasi semacam itu belum dapat dilakukan di Indonesia
saat itu.
Terus terang saya sangat terkesan dengan sistem kerja di sana, yang terstruktur
dan melibatkan satu tim yang bekerja sinergi. Bukan hanya kesehatan fisik
pasiennya saja yang diperhatikan, tetapi juga kesehatan mentalnya. Oleh karena
itu peran psikolog dan pekerja sosialnya sangat besar. Mereka juga memberikan
dukungan yang sangat positif terhadap keluarga pasien agar selalu optimis.
Kondisi ini secara tidak langsung juga mendukung pada proses pemulihan anak.
Ini merupakan satu operasi dari serangkaian operasi yang mungkin akan
dihadapinya lagi. Operasi berikutnya baru dapat dilakukan bila anak sudah
berusia remaja. Dari beberapa kasus yang saya ketahui, kasus seperti ini
membutuhkan belasan kali operasi.
Sepulang dari sana, saya diberi PR untuk penanganan anak saya selanjutnya. Putri
saya (karena kurang pendengaran) harus mengikuti terapi bicara untuk
mengembangkan kemampuan komunikasinya, terapi ini dijalani selama 2 tahun,
sempat berhenti karena kondisi sosial politik di Jakarta tidak mendukung
(kebetulan tempat terapinya di Jalan Salemba yang seringkali demo mahasiswa).
Dilanjutkan lagi dengan terapi bahasa 6 bulan sebelum masuk SD.
Selain terapi, dia juga rajin ke dokter karena sering sakit pilek (konstruksi
hidungnya membuat dia gampang sakit dan susah sembuh), rajin ke dokter gigi
karena giginya yang rapuh, gampang bolong meski rajin disikat. Dia juga pakai
kacamata prisma, karena jarak antar matanya yang terlalu jauh menyebabkan otot
matanya bekerja lebih keras untuk melihat jarak dekat (padahal dia senang sekali
membaca, menulis dan menggambar). Saya juga nggak bisa mengharapkan ia makan
banyak, karena kerongkongannya yang kecil menghambat dia makan terlalu banyak.
Untuk masalah fisik, saya tinggal mengikuti panduan dari dokter saja. Namun
untuk masalah konsep diri, sosialisasi dan pendidikannya, keluarganya harus
berperan aktif.
Saya masukkan anak saya ke Kelompok Bermain pada usia 2,5 tahun karena saya
melihat dia sangat tidak percaya diri dan dependen. Saya berharap dia memperoleh
kesempatan bersosialisasi lebih banyak. Sayangnya dia sempat ditolak karena
disangka terbelakang dan kepseknya saat itu khawatir kalau teman-temannya yang
lain akan ketakutan.
Saya sedih sekali saat itu, saya katakan kepada kepala sekolahnya, bahwa saya
tahu benar kalau anak saya tidak terbelakang, dan dia tidak akan mengganggu
teman-temannya (misalnya, memukul), tapi memang anak saya berbeda. Justru di
sini saya berharap dengan keberadaan anak saya tidak hanya menguntungkan anak
saya saja, tapi juga menguntungkan anak lain, karena anak-anak lain menjadi
tahu, bahwa tidak ada orang yang sempurna di dunia ini, dan mereka juga jadi
tahu bagaimana caranya bergaul dengan teman yang memiliki kekurangan atau
keterbatasan tertentu.
Singkatnya akhirnya anak saya sekolah di situ sampai TK-B. Saya sengaja memilih
sekolah dengan kelas kecil (jumlah murid sedikit, hanya 12 orang dengan 1 orang
guru) dengan harapan perhatian guru tidak terlalu terbagi, karena dengan
keterbatasan pendengarannya, guru sering kali harus mengulang instruksi 2 sampai
3 kali pada anak saya (anak saya tidak mau pakai hearing aid karena dirasa
mengganggu).
Selama anak saya TK saya mulai hunting mencari SD yang kira-kira dapat menerima
anak saya dengan kondisinya. Menurut saya anak saya membutuhkan sekolah dengan
metode active learning, jumlah murid sedikit sehingga guru dapat menangani murid
secara individual dan yang terpenting lingkungan sekolah yang kondusif untuk
perkembangan konsep dirinya. Saya juga menghindari sekolah yang menerapkan
sistem seleksi dengan menggunakan tes kecerdasan, karena saya khawatir meski
anak saya berhasil masuk, namun akan mengalami stress karena beban belajar yang
tinggi (biasanya sekolah dengan sistem seleksi ini mengharapkan muridnya relatif
homogen untuk memudahkan penyampaian pelajaran).
Alhamdulillah saya mendapatkan sekolah yang sesuai dengan harapan. Sekolah
sangat welcome dengan anak saya (dan juga anak-anak lain yang mempunyai
kebutuhan khusus). Setelah anak saya mengikuti try out (bukan seleksi, tapi
lebih pada mengetahui sampai sejauh mana kemampuannya), saya bersama suami saya
diundang untuk berdiskusi dengan pihak sekolah.
Pertanyaan awal yang sangat menyentuh saya saat itu adalah ketika pihak sekolah
bertanya, "Apa yang Bapak dan Ibu harapkan dari sekolah untuk perkembangan putri
Bapak dan Ibu?"
Intinya, diskusi kami dengan pihak sekolah membicarakan apa saja yang akan
dilakukan oleh pihak sekolah (berkaitan dengan kebutuhan khusus anak) baik
menyangkut proses belajar mengajar di kelas, sosialisasi dengan teman dan juga
kebutuhan khusus fisiknya (harus gosok gigi setiap selesai makan, dan
sering-sering membersihkan mata), apa yang perlu dilakukan orang tua di rumah,
termasuk juga mempersiapkan kakaknya untuk menerima pertanyaan-pertanyaan dari
teman-temannya mengenai adiknya yang "berbeda". Pokoknya kami membahas segala
hal yang berpeluang menjadi masalah.
Alhamdulillah sekali lagi. Saat ini putri kami sangat bersemangat sekolah,
motivasi belajarnya sangat tinggi, terutama membaca, menulis dan menggambar.
Masih agak pasif dan pemalu, namun dia tidak menolak untuk bergaul dengan teman
yang mengajaknya.
Saya amati dengan metode active learning dan pendekatan anak secara individual
(memperlakukan anak sesuai dengan potensi dan kebutuhan anak), anak saya
memperoleh perkembangan pesat dalam pemahamannya terhadap materi pelajaran yang
diberikan. Di samping itu keberadaan anak-anak yang berkebutuhan khusus di
sekolah memberikan nilai tambah bagi anak-anak yang lain sehingga dapat
mengembangkan kemampuan empati terhadap temannya.
Dari hasil ngobrol-ngobrol dengan orang tua yang lain, perkembangan positif ini
tidak hanya dialami anak saya tapi juga anak-anak lain, misalnya, anak Autis,
ADD, ADHD, Asperger, dan lain-lain.
Satu hal yang mungkin agak mengganggu adalah masalah biaya yang tidak sedikit.
Akibatnya tidak setiap anak dapat memperoleh kesempatan menikmati pendidikan
yang baik.
Nggak ada salahnya kalau saya mengulangi lagi, nampaknya perlu dipikirkan cara
lain agar sedapat mungkin banyak sekolah/lembaga pendidikan yang dapat
memberikan kesempatan pada anak-anak baik yang normal maupun yang memiliki
kebutuhan khusus untuk dapat berkembang optimal, baik dari segi kognitif,
afektif, maupun psikomotoriknya.
Sekian dulu
Wassalamu'alaikum WW.
Yeti
sumber: http://groups.yahoo.com
Anak Autis Butuh Perhatian Ekstra
Kak Seto:
BANDA ACEH - Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi menilai anak-anak berkebutuhan khusus (special needs) di Aceh sangat membutuhkan kepedulian dan dukungan dari semua pihak terutama pemerintah daerah. Upaya ini perlu dilakukan mengingat jumlah anak berkebutuhan khusus, terutama anak autis di Aceh terus bertambah.
“Sebagian besar anak berkebutuhan khusus berasal dari keluarga tidak mampu, padahal untuk memberikan pendidikan dan terapi yang tepat untuk mereka butuh biaya yang tidak sedikit. Mendidik anak special needs butuh ekstra tenaga dan ekstra dana,” kata psikolog Anak yang akrab disapa Kak Seto itu, di Banda Aceh, Selasa (27/10) pekan lalu.
Ia yakin pemerintah Aceh akan bertindak adil dalam hal pemberian kesempatan memperoleh pendidikan untuk semua masyarakat Aceh. “Tidak hanya terbatas pada memberikan kesempatan untuk anak-anak normal tapi juga untuk anak-anak berkebutuhan khusus atau special needs,” imbuh Ketua Yayasan Nakula Sadewa ini.
Ia mengaku bangga, Pemerintah Aceh melalui Wakil Gubernur Muhammad Nazar mengatakan komit mendukung keberlangsungan pendidikan anak special needs yang ada di daerah Serambi Mekkah ini. “Saya senang sekali berkesempatan berbincang dengan Wakil Gubernur Aceh saat dijamu makan malam di rumahnya. Beliau mengatakan komit mendukung dan menangani pendidikan anak berkebutuan khusus di Aceh. Ini perlu mendapat apresiasi, ternyata sudah ada niat dan langkah serius dari pemerintah daerah untuk menangani pendidikan anak special needs,” katanya.
Pada sesi audiensi dan makan malam yang difasilitasi di Rumah Dinas Wagub Aceh tersebut, Kak Seto juga mendengarkan Muhammad Nazar mendeklarasikan bahwasanya Pemerintah Aceh akan memberikan bantuan pendidikan bagi sekolah My Hope melalui APBA tahun 2010.
Pemerhati masalah anak-anak ini juga mengaku gembira mengetahui Darwati A Gani sebagai istri Gubernur Aceh memberi perhatian khusus membuka seminar nasional tentang anak special needs pada Rabu (28/10) lalu. “Bagi saya, keterlibatan Ibu Darwati A Gani, sebagai Istri Gubernur Aceh, Ibu Illiza sebagai Wakil Walikota Banda Aceh, dan pihak dari Dinas Pendidikan Aceh dalam serangkaian proses penggalangan bantuan pendidikan ABK, menjadi angin segar bagi orang tua dan anak special needs Aceh. Mudah-mudahan dukungan seperti ini terus mengalir dan terealisasi,” harapnya.
Kagumi ‘My Hope’
Saat berkunjung ke Sekolah My Hope di Jalan Singgahmata, Blower Banda Aceh, Kak Seto menyatakan kekagumannya pada apa yang telah dirintis Sekolah My Hope sebagai satu-satunya sekolah untuk anak berkebutuhan khusus di Aceh. “Saya melihat di Sekolah My Hope ternyata sarana dan prasarana pendidikan dan terapi di sana masih sederhana. Tapi saya melihat ada semangat, tekad, dan keikhlasan yang besar sekali dari guru-guru yang mengajar di sana,” akunya.
Malah, lanjut Kak Seto, di Sekolah My Hope menggunakan konsep terapi dan pendidikan untuk anak special needs yang berstandar internasional. “Dengan segala keterbatasan, pemimpin Sekolah My Hope menerapkan metode pendidikan dan terapi sesuai standar internasional dengan mengambil modul-modul dari Yayasan Autisme Indonesia. Ini merupakan langkah tepat karena sumber metode pembelajaran dan terapinya memang sudah sangat kompeten,” kata dia.
Kak Seto yang bertandang ke Banda Aceh beberapa hari lalu itu, menjadi nara sumber pada seminar nasional yang diadakan oleh Biro Psikologi Psikodinamika dan Sekolah My Hope, berjanji akan memberikan dukungan penuh bagi keberlangsungan pendidikan anak berkebutuhan khusus di Aceh. “Saya sendiri akan memberikan dukungan sebesar-besarnya untuk keberlangsungan pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus di Aceh. Saya bersedia datang ke Aceh kapan saja diperlukan jika saya punya kesempatan,” janji pria penerima Men’s Obsession Award 2006 itu
sumber;http://www.serambinews.com
BANDA ACEH - Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi menilai anak-anak berkebutuhan khusus (special needs) di Aceh sangat membutuhkan kepedulian dan dukungan dari semua pihak terutama pemerintah daerah. Upaya ini perlu dilakukan mengingat jumlah anak berkebutuhan khusus, terutama anak autis di Aceh terus bertambah.
“Sebagian besar anak berkebutuhan khusus berasal dari keluarga tidak mampu, padahal untuk memberikan pendidikan dan terapi yang tepat untuk mereka butuh biaya yang tidak sedikit. Mendidik anak special needs butuh ekstra tenaga dan ekstra dana,” kata psikolog Anak yang akrab disapa Kak Seto itu, di Banda Aceh, Selasa (27/10) pekan lalu.
Ia yakin pemerintah Aceh akan bertindak adil dalam hal pemberian kesempatan memperoleh pendidikan untuk semua masyarakat Aceh. “Tidak hanya terbatas pada memberikan kesempatan untuk anak-anak normal tapi juga untuk anak-anak berkebutuhan khusus atau special needs,” imbuh Ketua Yayasan Nakula Sadewa ini.
Ia mengaku bangga, Pemerintah Aceh melalui Wakil Gubernur Muhammad Nazar mengatakan komit mendukung keberlangsungan pendidikan anak special needs yang ada di daerah Serambi Mekkah ini. “Saya senang sekali berkesempatan berbincang dengan Wakil Gubernur Aceh saat dijamu makan malam di rumahnya. Beliau mengatakan komit mendukung dan menangani pendidikan anak berkebutuan khusus di Aceh. Ini perlu mendapat apresiasi, ternyata sudah ada niat dan langkah serius dari pemerintah daerah untuk menangani pendidikan anak special needs,” katanya.
Pada sesi audiensi dan makan malam yang difasilitasi di Rumah Dinas Wagub Aceh tersebut, Kak Seto juga mendengarkan Muhammad Nazar mendeklarasikan bahwasanya Pemerintah Aceh akan memberikan bantuan pendidikan bagi sekolah My Hope melalui APBA tahun 2010.
Pemerhati masalah anak-anak ini juga mengaku gembira mengetahui Darwati A Gani sebagai istri Gubernur Aceh memberi perhatian khusus membuka seminar nasional tentang anak special needs pada Rabu (28/10) lalu. “Bagi saya, keterlibatan Ibu Darwati A Gani, sebagai Istri Gubernur Aceh, Ibu Illiza sebagai Wakil Walikota Banda Aceh, dan pihak dari Dinas Pendidikan Aceh dalam serangkaian proses penggalangan bantuan pendidikan ABK, menjadi angin segar bagi orang tua dan anak special needs Aceh. Mudah-mudahan dukungan seperti ini terus mengalir dan terealisasi,” harapnya.
Kagumi ‘My Hope’
Saat berkunjung ke Sekolah My Hope di Jalan Singgahmata, Blower Banda Aceh, Kak Seto menyatakan kekagumannya pada apa yang telah dirintis Sekolah My Hope sebagai satu-satunya sekolah untuk anak berkebutuhan khusus di Aceh. “Saya melihat di Sekolah My Hope ternyata sarana dan prasarana pendidikan dan terapi di sana masih sederhana. Tapi saya melihat ada semangat, tekad, dan keikhlasan yang besar sekali dari guru-guru yang mengajar di sana,” akunya.
Malah, lanjut Kak Seto, di Sekolah My Hope menggunakan konsep terapi dan pendidikan untuk anak special needs yang berstandar internasional. “Dengan segala keterbatasan, pemimpin Sekolah My Hope menerapkan metode pendidikan dan terapi sesuai standar internasional dengan mengambil modul-modul dari Yayasan Autisme Indonesia. Ini merupakan langkah tepat karena sumber metode pembelajaran dan terapinya memang sudah sangat kompeten,” kata dia.
Kak Seto yang bertandang ke Banda Aceh beberapa hari lalu itu, menjadi nara sumber pada seminar nasional yang diadakan oleh Biro Psikologi Psikodinamika dan Sekolah My Hope, berjanji akan memberikan dukungan penuh bagi keberlangsungan pendidikan anak berkebutuhan khusus di Aceh. “Saya sendiri akan memberikan dukungan sebesar-besarnya untuk keberlangsungan pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus di Aceh. Saya bersedia datang ke Aceh kapan saja diperlukan jika saya punya kesempatan,” janji pria penerima Men’s Obsession Award 2006 itu
sumber;http://www.serambinews.com
Tingkatkan Rasa Percaya Diri Anak Berkebutuhan Khusus
Mita Zoelandari
Apakah anak Anda sering menghindar saat diajak mencoba kegiatan baru? Atau Anda sering mendengar si kecil mengeluh dirinya bodoh? Ini bukanlah hal yang wajar. Menganggap diri bodoh atau tak mampu merupakan tanda-tanda anak Anda kurang percaya diri. Apalagi jika anak menerima kritikan dan gagal menyelesaikan sesuatu, misalnya PR atau saat tidak mampu berlari hingga garis finish. Sayangnya, karena kurang percaya diri anak enggan berusaha maksimal agar tidak gagal.
Jangan pasrah dengan sikap anak. Anda bisa mendorong kepercayaan diri anak dan menyemangatinya saat anak merasa gagal. Semakin tinggi rasa percaya diri anak maka semakin mudah anak menghadapi tantangan dalam hidupnya terutama untuk anak berkebutuhan khusus. Tak ada anak yang menolak diberi pujian terutama saat anak telah berhasil mengerjakan pekerjaannya dengan baik dan bersikap positif. Sedangkan, pada anak berkebutuhan khusus, pujian menjadi minim karena anak seringkali bersikap tidak pada tempatnya. Psikolog perkembangan anak dari Developmental Pediatrician of New Hyde Park, New York, Kate Rauch, mengatakan standar pujian pada anak umumnya berbeda dengan anak berkebutuhan khusus. Berikan pujian saat anak berhasil melakukan hal-hal yang sederhana, misalnya anak bertahan duduk di meja makan selagi menghabiskan sarapannya. Hindari terfokus hanya pada perilaku buruk anak. Sebaiknya sesuaikan pandangan Anda dengan kemampuan anak.
Kesuksesan tidak akan didapat jika anak tidak pernah diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya. Bantu anak menemukan minatnya. Jauhkan kekhawatiran Anda bahwa anak akan mengalami pengalaman yang buruk. Berikan anak kepercayaan untuk mencoba hal yang diminati, misalnya Anda mendaftarkan anak bergabung dalam tim sepak bola, namun anak lebih mahir berenang dibandingkan bermain sepak bola. Mungkin anak sulit mengikuti permainan yang terdiri dari banyak anggota. Izinkan anak meningkatkan kemampuannya di olahraga renang. "Orangtua perlu bersikap realistis dalam menaruh harapannya pada anak, dan membuka mata pada potensi anak lalu bantu anak mengembangkannya," ujar Helen Neville, parent educator di Rumah Sakit Kaiser, Oakland, California.
Kendati anak kesulitan menyelesaikan sesuatu bukan berarti Anda yang menyelesaikannya. Katakan pada anak, bahwa Anda akan menemaninya menyelesaikan sesuatu. Contoh sederhana, saat makan siang, minta anak duduk selama 15 menit. Jika anak mulai bersikap hiperaktif atau tidak fokus, cobalah menarik perhatiannya dengan bercerita, lalu lakukan kontak mata dan katakan bahwa anak hanya perlu beberapa suapan untuk menghabiskan makanannya. Anda tak perlu terus mengikuti keinginan anak, sesekali anak perlu belajar beradaptasi dan berusaha menyelesaikan pekerjaannya.
Helen mengingatkan, sebaiknya orangtua jangan membanding-bandingkan anak dengan anak-anak seusianya. Tanpa perlakuan yang berbeda dari Anda sebenarnya anak sudah memahami keadaan dirinya. Setelah menjalani beberapa tahun di bangku sekolah anak bisa mengamati perbedaan dari cara pengajaran guru yang spesial atau perlakuan teman-temannya. Hindari mengatakan "Kakak kamu bisa, mengapa kamu tidak bisa?" sebaiknya katakan, "Lihat dia berhasil. Kamu juga pasti bisa". Tanamkan dalam pikiran anak, bahwa Anda adalah penggemar nomor satunya. Anak akan merasa dirinya bukan berbeda melainkan unik dan spesial.
sumber:http://www.inspiredkidsmagazine.com
Apakah anak Anda sering menghindar saat diajak mencoba kegiatan baru? Atau Anda sering mendengar si kecil mengeluh dirinya bodoh? Ini bukanlah hal yang wajar. Menganggap diri bodoh atau tak mampu merupakan tanda-tanda anak Anda kurang percaya diri. Apalagi jika anak menerima kritikan dan gagal menyelesaikan sesuatu, misalnya PR atau saat tidak mampu berlari hingga garis finish. Sayangnya, karena kurang percaya diri anak enggan berusaha maksimal agar tidak gagal.
Jangan pasrah dengan sikap anak. Anda bisa mendorong kepercayaan diri anak dan menyemangatinya saat anak merasa gagal. Semakin tinggi rasa percaya diri anak maka semakin mudah anak menghadapi tantangan dalam hidupnya terutama untuk anak berkebutuhan khusus. Tak ada anak yang menolak diberi pujian terutama saat anak telah berhasil mengerjakan pekerjaannya dengan baik dan bersikap positif. Sedangkan, pada anak berkebutuhan khusus, pujian menjadi minim karena anak seringkali bersikap tidak pada tempatnya. Psikolog perkembangan anak dari Developmental Pediatrician of New Hyde Park, New York, Kate Rauch, mengatakan standar pujian pada anak umumnya berbeda dengan anak berkebutuhan khusus. Berikan pujian saat anak berhasil melakukan hal-hal yang sederhana, misalnya anak bertahan duduk di meja makan selagi menghabiskan sarapannya. Hindari terfokus hanya pada perilaku buruk anak. Sebaiknya sesuaikan pandangan Anda dengan kemampuan anak.
Kesuksesan tidak akan didapat jika anak tidak pernah diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya. Bantu anak menemukan minatnya. Jauhkan kekhawatiran Anda bahwa anak akan mengalami pengalaman yang buruk. Berikan anak kepercayaan untuk mencoba hal yang diminati, misalnya Anda mendaftarkan anak bergabung dalam tim sepak bola, namun anak lebih mahir berenang dibandingkan bermain sepak bola. Mungkin anak sulit mengikuti permainan yang terdiri dari banyak anggota. Izinkan anak meningkatkan kemampuannya di olahraga renang. "Orangtua perlu bersikap realistis dalam menaruh harapannya pada anak, dan membuka mata pada potensi anak lalu bantu anak mengembangkannya," ujar Helen Neville, parent educator di Rumah Sakit Kaiser, Oakland, California.
Kendati anak kesulitan menyelesaikan sesuatu bukan berarti Anda yang menyelesaikannya. Katakan pada anak, bahwa Anda akan menemaninya menyelesaikan sesuatu. Contoh sederhana, saat makan siang, minta anak duduk selama 15 menit. Jika anak mulai bersikap hiperaktif atau tidak fokus, cobalah menarik perhatiannya dengan bercerita, lalu lakukan kontak mata dan katakan bahwa anak hanya perlu beberapa suapan untuk menghabiskan makanannya. Anda tak perlu terus mengikuti keinginan anak, sesekali anak perlu belajar beradaptasi dan berusaha menyelesaikan pekerjaannya.
Helen mengingatkan, sebaiknya orangtua jangan membanding-bandingkan anak dengan anak-anak seusianya. Tanpa perlakuan yang berbeda dari Anda sebenarnya anak sudah memahami keadaan dirinya. Setelah menjalani beberapa tahun di bangku sekolah anak bisa mengamati perbedaan dari cara pengajaran guru yang spesial atau perlakuan teman-temannya. Hindari mengatakan "Kakak kamu bisa, mengapa kamu tidak bisa?" sebaiknya katakan, "Lihat dia berhasil. Kamu juga pasti bisa". Tanamkan dalam pikiran anak, bahwa Anda adalah penggemar nomor satunya. Anak akan merasa dirinya bukan berbeda melainkan unik dan spesial.
sumber:http://www.inspiredkidsmagazine.com
Bintang Bukan Anak Kecil (Kisah Anak Indigo)
Pertama bertemu dengan Bintang yang baru berumur 8 tahun ,saya merasakan dan melihat dia sebagai anak yang sangat cerdas.
Perawakan badanya yang agak besar serta sorot matanya yang tajam ditambah lagi dengan kepintarannya berdialog dan berargumen layaknya orang dewasa.
Namun ibu dan bapaknya teryata sudah pusing tujuh keliling menghadapi anak mereka yang katanya sangat nakal ini.
Di sekolah dulu kerjanya berantem melulu serta ketika mengikuti pelajaran malah ia berteriak teriak di kelas dan mengangu teman teman sekelasnya terutama yang wanita.
Dan suatu hari ia pulang sekolah dan lansung berkata :
“Aku ndak mau sekolah lagi bu ,karena yang mengajar saya gurunya masih anak kecil semua dan ilmu dan pengetahuannya tak ada guna ,aku lebih tahu daripada mereka hal hal yang diajarkan oleh mereka”
Dan bagaimanapun cara orangtuanya menbujuk Bintang tetap tak mau bersekolah.
Dan sering orang kampung datang meminta ganti rugi akibat kenakalan Bintang ini .
Pernah suatu hari datang tukang mie ayam bercerita :
“Bu anak ibu keterlaluan dia tadi minta mie gratis pada saya ,dan tak dikasih dia langsung memasukan pasir di mie dan kuah mie saya ,dan langsung lari “
Sudah berbagai cara di coba untuk mengobati kenakalan Bintang ini ,dengan menyekolahkan ke sekolah anak berkebutuhan khusus ,dan iapun mengamuk dan berkata:
“Ibu sadar ngak sih ? ,itu sekolah buat anak yang agak kurang kemanpuannya ,saya kan pintar ? Sekolah umun aja nilaiku bagus semua tanpa aku perlu belajar ,tapi aku lebih tua dari mereka ,termasuk kalian orang tuaku kalian masih anak kecil kalah jauh dengan aku “
Kemudian ia mengebrak meja dan mejapun hancur jadi dua.
Pernah juga seorang paranormal diundang kerumah mereka untuk mengobati atau mendoakan agar si Bintang tak nakal lagi ,dan apa yang terjadi ?
Bintang malah dengan santainya berkata :
“Pinjem dong cincinnya om ‘ dan iapun memegang cincin itu sebentar dan berkta :
“ki pulang aja sana ilmumu masih tangung ,sana belajar yang benar dulu ,” sambil mengembalikan cincin itu ,ketika paranormal itu memakai kembali cincin itu ia malah muntah darah.
Dan bintangpun ketawa dan berkata :
“Kubilang juga apa ,sana pulang ngelmu lagi yang tekun”
Ketika ibunya bercerita padaku iapun ikut menyimak dan ikut menimpali serta menberikan alasan alasan kenakalanya.
Terlihat dia seperti anak normal dan terkesan dewasa.
Waktu itu kamipun mengajak keluarga Bintang ketempat romo ,guru medetasiku.
Ketika sampai disana dan bertemu dengan romo ,romoku pun langsung bertanya :
“Kamu sama saya tua siapa? “
Dan Bintang menjawab :
“Ampun romo saya ngaku kamu lebih tua dan saya lakunya kalah jauh sama anda ,maukah anda menerima aku jadi muridmu ? “
Orang tua Bintangpun terheran heran melihat anak mereka begitu sopan pada romoku, dan akhirnya merekapun datang semingu sekali untuk sowan ke romoku serta Bintangpun mau belajar meditasi dan sedikit sedikit kenakalannya berkurang ,namun ia tetap tak mau bersekolah.
Lama sudah saya tak bertemu Bintang anak sakti dan nakal ini .
Dan banyak sekali fenomena anak anak indigo yang lahir sekarang yang menpunyai kemanpuan lebih ,dan tak mau mengikuti aturan umun serta sekolah umun.
Disebut indigo karena aura inti mereka nila tua ,yang biasanya dimiliki seorang yang tingkat spritualnya sudah matang seperti tokoh agama dan tokoh spritual yang sudah menjalani laku yang cukup sempurna.
Secara Budhisme anak anak indigo ini adalah roh tua ,yaitu putaran kelahirannya sudah banyak dan dalam setiap kelahirannya ia menbina diri dan punya tingkat spritual yang lumayan ,namum belum sempurna ,hinga kadang mereka bingung dan ego mereka agak tinggi karena merasa diri mereka tua dan hebat.
Hinga harus mendapat bimbingan dan arahan yang sesuai dan tak bisa dengan sistem paksa.
Dan munkin dilain kesempatan saya akan mengupas lagi tentang anak anak indigo ini.
sumber: http://sosbud.kompasiana.com
Perawakan badanya yang agak besar serta sorot matanya yang tajam ditambah lagi dengan kepintarannya berdialog dan berargumen layaknya orang dewasa.
Namun ibu dan bapaknya teryata sudah pusing tujuh keliling menghadapi anak mereka yang katanya sangat nakal ini.
Di sekolah dulu kerjanya berantem melulu serta ketika mengikuti pelajaran malah ia berteriak teriak di kelas dan mengangu teman teman sekelasnya terutama yang wanita.
Dan suatu hari ia pulang sekolah dan lansung berkata :
“Aku ndak mau sekolah lagi bu ,karena yang mengajar saya gurunya masih anak kecil semua dan ilmu dan pengetahuannya tak ada guna ,aku lebih tahu daripada mereka hal hal yang diajarkan oleh mereka”
Dan bagaimanapun cara orangtuanya menbujuk Bintang tetap tak mau bersekolah.
Dan sering orang kampung datang meminta ganti rugi akibat kenakalan Bintang ini .
Pernah suatu hari datang tukang mie ayam bercerita :
“Bu anak ibu keterlaluan dia tadi minta mie gratis pada saya ,dan tak dikasih dia langsung memasukan pasir di mie dan kuah mie saya ,dan langsung lari “
Sudah berbagai cara di coba untuk mengobati kenakalan Bintang ini ,dengan menyekolahkan ke sekolah anak berkebutuhan khusus ,dan iapun mengamuk dan berkata:
“Ibu sadar ngak sih ? ,itu sekolah buat anak yang agak kurang kemanpuannya ,saya kan pintar ? Sekolah umun aja nilaiku bagus semua tanpa aku perlu belajar ,tapi aku lebih tua dari mereka ,termasuk kalian orang tuaku kalian masih anak kecil kalah jauh dengan aku “
Kemudian ia mengebrak meja dan mejapun hancur jadi dua.
Pernah juga seorang paranormal diundang kerumah mereka untuk mengobati atau mendoakan agar si Bintang tak nakal lagi ,dan apa yang terjadi ?
Bintang malah dengan santainya berkata :
“Pinjem dong cincinnya om ‘ dan iapun memegang cincin itu sebentar dan berkta :
“ki pulang aja sana ilmumu masih tangung ,sana belajar yang benar dulu ,” sambil mengembalikan cincin itu ,ketika paranormal itu memakai kembali cincin itu ia malah muntah darah.
Dan bintangpun ketawa dan berkata :
“Kubilang juga apa ,sana pulang ngelmu lagi yang tekun”
Ketika ibunya bercerita padaku iapun ikut menyimak dan ikut menimpali serta menberikan alasan alasan kenakalanya.
Terlihat dia seperti anak normal dan terkesan dewasa.
Waktu itu kamipun mengajak keluarga Bintang ketempat romo ,guru medetasiku.
Ketika sampai disana dan bertemu dengan romo ,romoku pun langsung bertanya :
“Kamu sama saya tua siapa? “
Dan Bintang menjawab :
“Ampun romo saya ngaku kamu lebih tua dan saya lakunya kalah jauh sama anda ,maukah anda menerima aku jadi muridmu ? “
Orang tua Bintangpun terheran heran melihat anak mereka begitu sopan pada romoku, dan akhirnya merekapun datang semingu sekali untuk sowan ke romoku serta Bintangpun mau belajar meditasi dan sedikit sedikit kenakalannya berkurang ,namun ia tetap tak mau bersekolah.
Lama sudah saya tak bertemu Bintang anak sakti dan nakal ini .
Dan banyak sekali fenomena anak anak indigo yang lahir sekarang yang menpunyai kemanpuan lebih ,dan tak mau mengikuti aturan umun serta sekolah umun.
Disebut indigo karena aura inti mereka nila tua ,yang biasanya dimiliki seorang yang tingkat spritualnya sudah matang seperti tokoh agama dan tokoh spritual yang sudah menjalani laku yang cukup sempurna.
Secara Budhisme anak anak indigo ini adalah roh tua ,yaitu putaran kelahirannya sudah banyak dan dalam setiap kelahirannya ia menbina diri dan punya tingkat spritual yang lumayan ,namum belum sempurna ,hinga kadang mereka bingung dan ego mereka agak tinggi karena merasa diri mereka tua dan hebat.
Hinga harus mendapat bimbingan dan arahan yang sesuai dan tak bisa dengan sistem paksa.
Dan munkin dilain kesempatan saya akan mengupas lagi tentang anak anak indigo ini.
sumber: http://sosbud.kompasiana.com
Rabu, 05 Mei 2010
CERAI GARA-GARA SI KECIL BERKEBUTUHAN KHUSUS
Bisa jadi masalah sudah menumpuk sejak awal perkawinan. Si kecil yang tergolong anak dengan kebutuhan khusus hanya pemicu saja.
Tak banyak kasus pasangan bercerai gara-gara memiliki anak berkebutuhan khusus. Karena seharusnya dengan adanya masalah, perkawinan akan semakin kuat karena banyak hikmah yang dapat diambil dari kejadian tersebut. Jadi kalaupun terjadi perceraian, pada dasarnya fondasi perkawinan tersebut memang sudah goyah. Jangankan pemicu yang berat -seperti memiliki anak berkebutuhan khusus- pemicu ringan pun akan dapat membuat mereka memutuskan untuk berpisah.
Penyebabnya bisa karena suami istri tak memunyai kemampuan yang baik dalam mengelola stres; karena keduanya memiliki karakter yang keras sehingga tak ada yang mau saling mengalah dalam menghadapi suatu persoalan. Penyebab lainnya, suami-istri tak terbiasa menyelesaikan konflik dan menerima musibah sebagai suatu cobaan yang pada akhirnya akan membawa hikmah. Dengan kata lain, ada atau tidaknya anak berkebutuhan khusus, si pasangan tetap rawan untuk bercerai.
KONFLIK PADA AYAH
Biasanya kasus perceraian yang dipicu hadirnya anak berkebutuhan khusus terjadi pada pasangan yang baru memiliki anak pertama. Mengapa? Karena tahun-tahun pertama perkawinan merupakan masa penyesuaian diri suami-istri. Ketika anak pertama yang terlahir kebetulan cacat atau memiliki kelainan, suami atau istri cenderung saling menyalahkan sehingga timbul konflik. Berbeda bila hal itu menimpa anak selanjutnya. Rasa saling menyalahkan biasanya tak begitu kuat sebab anak sebelumnya sudah terbukti normal.
Selanjutnya, ikatan batin seorang ibu akan membuatnya berjuang demi anak yang memiliki kelainan. Sementara suami tidak selalu demikian. Ada yang bisa menerima kondisi anak apa adanya namun ada yang tidak. Apalagi pada budaya dengan garis keturunan ayah (patriarkal), memunyai anak yang tak sempurna bisa merupakan suatu pukulan bagi seorang di antara mereka. Bagi suami yang bisa menerima, ia tidak akan merasa malu mengakui anaknya yang tidak sempurna, turun tangan dalam pengasuhan, juga mau tahu akan segala perkembangan dan kemajuan yang dialami si kecil. Sementara suami yang menolak, akan berlaku sebaliknya; malu dan tak menerima bila keturunannya cacat.
Kondisi ini dapat diperparah jika keluarga besar suami juga menganggap hal itu sebagai aib dan mempersalahkan pihak istri. Sering, pasangan dengan anak special needs mempunyai perbedaan pendapat dalam berbagai hal, termasuk asal usul penyebab kelainan yang diderita anak. Bila memang pada dasarnya perkawinan sejak awal sudah bermasalah, katakanlah tak disetujui orang tua, suami bisa-bisa menyesali pernikahannya sehingga ia memutuskan untuk menceraikan istri dan tidak memberi perhatian kepada anak; tak pernah menanyakan kabar, kondisi dan perkembangannya.
PERBEDAAN PENDAPAT
Perbedaan pendapat juga sering memicu konflik antarsuami-istri yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Penyebabnya antara lain:
* Ibu merasa paling tahu. Pasalnya ia yang merasa banyak memperoleh informasi soal kelainan yang diderita anaknya. Sementara suami sibuk dengan pekerjaan sehingga yang tadinya ikut terlibat menangani anak jadi menarik diri dan merasa tak perlu ikut campur lagi dalam penanganan.
* Perbedaan cara penanganan. Katakanlah begini, suami percaya pada penanganan secara spiritual di samping medis. Sementara istri hanya menyetujui terapi medis. Masing-masing meyakini metode mereka yang paling benar dan saling menyalahkan metode yang lain. "Tuh kan si Adek jadi tambah parah kalau pakai caramu itu."
* Kondisi keuangan. Terlebih bila istri terpaksa berhenti bekerja karena ingin mencurahkan waktu untuk mengasuh anaknya. Ini berarti pemasukan hanya dari pihak suami. Dari situlah dapat muncul percekcokan. Istri ingin si kecil memperoleh penanganan yang terbaik, sementara suami terpentok keterbatasan dana. Keadaan ini lama-lama dapat membuat suami stres sehingga mudah marah yang akhirnya menjadi sumber pertengkaran.
* Psikis istri lebih sensitif. Lantaran itu, sering terjadi kesalahpahaman dengan suami. Umpamanya, ketika suami meminta istri agar jangan terlalu capek mengurus anak, istri malah merasa segala usahanya tak dihargai suami.
YANG BISA DILAKUKAN ISTRI
Perpisahan dengan suami dalam kondisi seperti ini pastilah tidak akan menguntungkan pihak istri. Namun setidaknya ada yang bisa dilakukan istri, seperti:
* Introspeksi diri
Istri hendaknya melakukan introspeksi diri mengapa perceraian bisa terjadi. Ini dimaksudkan agar yang bersangkutan jangan hanya dapat menyalahkan suami dan menganggap suami tak berperikemanusian karena meninggalkannya dalam keadaan terpuruk. Sering kan karena sibuk mengurus si kecil yang berkebutuhan khusus, anak yang lain terabaikan, demikian juga suami. Atau mungkin istri terlalu memaksakan kehendak soal keuangan tanpa memandang keberatan-keberatan yang diajukan suami. Bisa juga istri sering memaksakan kehendak atau dianggap sok tahu sehingga membuat suami merasa tak dihargai.
* Mencari dukungan
Tradisi kekeluargaan yang kental di Indonesia membuat keluarga besar masih mudah dimintai bantuannya untuk peduli. Namun jika ada keterbatasan pada pihak keluarga istri, terbukalah untuk membicarakannya pada keluarga pihak suami tentang keadaan anak. Termasuk masalah perhatian yang dibutuhkannya atau masalah materi.
Selain dukungan keluarga, ibu juga dapat bergabung dengan mailing list atau grup-grup orang tua yang memiliki anak dengan kondisi yang sama. Di sini, ibu dapat berbagi cerita, informasi dan pengalaman.
* Jika memungkinkan, bekerjalah
Kondisi ini tentu tidak akan mudah. Terlebih pikiran ibu pastilah berat untuk meninggalkan si kecil berkebutuhan khusus di rumah. Jadi tak perlu memaksakan diri. Namun buatlah waktu untuk membangun tekad. Umpamanya, "Aku akan bekerja kembali saat terapi yang dijalani anakku sudah lebih baik dan bisa dilakukan di rumah." Agar lebih plong, sebelum kembali bekerja, ibu harus sudah memiliki orang yang dapat dipercaya membantu mengasuh si kecil di rumah.
SUMBER: http://www.tabloid-nakita.com
Tak banyak kasus pasangan bercerai gara-gara memiliki anak berkebutuhan khusus. Karena seharusnya dengan adanya masalah, perkawinan akan semakin kuat karena banyak hikmah yang dapat diambil dari kejadian tersebut. Jadi kalaupun terjadi perceraian, pada dasarnya fondasi perkawinan tersebut memang sudah goyah. Jangankan pemicu yang berat -seperti memiliki anak berkebutuhan khusus- pemicu ringan pun akan dapat membuat mereka memutuskan untuk berpisah.
Penyebabnya bisa karena suami istri tak memunyai kemampuan yang baik dalam mengelola stres; karena keduanya memiliki karakter yang keras sehingga tak ada yang mau saling mengalah dalam menghadapi suatu persoalan. Penyebab lainnya, suami-istri tak terbiasa menyelesaikan konflik dan menerima musibah sebagai suatu cobaan yang pada akhirnya akan membawa hikmah. Dengan kata lain, ada atau tidaknya anak berkebutuhan khusus, si pasangan tetap rawan untuk bercerai.
KONFLIK PADA AYAH
Biasanya kasus perceraian yang dipicu hadirnya anak berkebutuhan khusus terjadi pada pasangan yang baru memiliki anak pertama. Mengapa? Karena tahun-tahun pertama perkawinan merupakan masa penyesuaian diri suami-istri. Ketika anak pertama yang terlahir kebetulan cacat atau memiliki kelainan, suami atau istri cenderung saling menyalahkan sehingga timbul konflik. Berbeda bila hal itu menimpa anak selanjutnya. Rasa saling menyalahkan biasanya tak begitu kuat sebab anak sebelumnya sudah terbukti normal.
Selanjutnya, ikatan batin seorang ibu akan membuatnya berjuang demi anak yang memiliki kelainan. Sementara suami tidak selalu demikian. Ada yang bisa menerima kondisi anak apa adanya namun ada yang tidak. Apalagi pada budaya dengan garis keturunan ayah (patriarkal), memunyai anak yang tak sempurna bisa merupakan suatu pukulan bagi seorang di antara mereka. Bagi suami yang bisa menerima, ia tidak akan merasa malu mengakui anaknya yang tidak sempurna, turun tangan dalam pengasuhan, juga mau tahu akan segala perkembangan dan kemajuan yang dialami si kecil. Sementara suami yang menolak, akan berlaku sebaliknya; malu dan tak menerima bila keturunannya cacat.
Kondisi ini dapat diperparah jika keluarga besar suami juga menganggap hal itu sebagai aib dan mempersalahkan pihak istri. Sering, pasangan dengan anak special needs mempunyai perbedaan pendapat dalam berbagai hal, termasuk asal usul penyebab kelainan yang diderita anak. Bila memang pada dasarnya perkawinan sejak awal sudah bermasalah, katakanlah tak disetujui orang tua, suami bisa-bisa menyesali pernikahannya sehingga ia memutuskan untuk menceraikan istri dan tidak memberi perhatian kepada anak; tak pernah menanyakan kabar, kondisi dan perkembangannya.
PERBEDAAN PENDAPAT
Perbedaan pendapat juga sering memicu konflik antarsuami-istri yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Penyebabnya antara lain:
* Ibu merasa paling tahu. Pasalnya ia yang merasa banyak memperoleh informasi soal kelainan yang diderita anaknya. Sementara suami sibuk dengan pekerjaan sehingga yang tadinya ikut terlibat menangani anak jadi menarik diri dan merasa tak perlu ikut campur lagi dalam penanganan.
* Perbedaan cara penanganan. Katakanlah begini, suami percaya pada penanganan secara spiritual di samping medis. Sementara istri hanya menyetujui terapi medis. Masing-masing meyakini metode mereka yang paling benar dan saling menyalahkan metode yang lain. "Tuh kan si Adek jadi tambah parah kalau pakai caramu itu."
* Kondisi keuangan. Terlebih bila istri terpaksa berhenti bekerja karena ingin mencurahkan waktu untuk mengasuh anaknya. Ini berarti pemasukan hanya dari pihak suami. Dari situlah dapat muncul percekcokan. Istri ingin si kecil memperoleh penanganan yang terbaik, sementara suami terpentok keterbatasan dana. Keadaan ini lama-lama dapat membuat suami stres sehingga mudah marah yang akhirnya menjadi sumber pertengkaran.
* Psikis istri lebih sensitif. Lantaran itu, sering terjadi kesalahpahaman dengan suami. Umpamanya, ketika suami meminta istri agar jangan terlalu capek mengurus anak, istri malah merasa segala usahanya tak dihargai suami.
YANG BISA DILAKUKAN ISTRI
Perpisahan dengan suami dalam kondisi seperti ini pastilah tidak akan menguntungkan pihak istri. Namun setidaknya ada yang bisa dilakukan istri, seperti:
* Introspeksi diri
Istri hendaknya melakukan introspeksi diri mengapa perceraian bisa terjadi. Ini dimaksudkan agar yang bersangkutan jangan hanya dapat menyalahkan suami dan menganggap suami tak berperikemanusian karena meninggalkannya dalam keadaan terpuruk. Sering kan karena sibuk mengurus si kecil yang berkebutuhan khusus, anak yang lain terabaikan, demikian juga suami. Atau mungkin istri terlalu memaksakan kehendak soal keuangan tanpa memandang keberatan-keberatan yang diajukan suami. Bisa juga istri sering memaksakan kehendak atau dianggap sok tahu sehingga membuat suami merasa tak dihargai.
* Mencari dukungan
Tradisi kekeluargaan yang kental di Indonesia membuat keluarga besar masih mudah dimintai bantuannya untuk peduli. Namun jika ada keterbatasan pada pihak keluarga istri, terbukalah untuk membicarakannya pada keluarga pihak suami tentang keadaan anak. Termasuk masalah perhatian yang dibutuhkannya atau masalah materi.
Selain dukungan keluarga, ibu juga dapat bergabung dengan mailing list atau grup-grup orang tua yang memiliki anak dengan kondisi yang sama. Di sini, ibu dapat berbagi cerita, informasi dan pengalaman.
* Jika memungkinkan, bekerjalah
Kondisi ini tentu tidak akan mudah. Terlebih pikiran ibu pastilah berat untuk meninggalkan si kecil berkebutuhan khusus di rumah. Jadi tak perlu memaksakan diri. Namun buatlah waktu untuk membangun tekad. Umpamanya, "Aku akan bekerja kembali saat terapi yang dijalani anakku sudah lebih baik dan bisa dilakukan di rumah." Agar lebih plong, sebelum kembali bekerja, ibu harus sudah memiliki orang yang dapat dipercaya membantu mengasuh si kecil di rumah.
SUMBER: http://www.tabloid-nakita.com
Anak Berkebutuhan Khusus – Jangan Sisihkan Anak-anak “Down Syndrome” Itu…
By susuwongi
Meski anak-anak down syndrome memiliki keterbatasan, mereka tetap mampu berprestasi. Karena itu, anak-anak down syndrome perlu perhatian, didampingi, dan jangan disisihkan.
“Semua anak haruslah dianggap sama. Janganlah mereka disisihkan. Sebaiknya mereka pun dibekali keterampilan,” kata Ny Mufidah Jusuf Kalla saat hadir pada acara wisuda lulusan SD, SMP, dan alumni Sekolah Luar Biasa (SLB) Dian Grahita, Jakarta, Senin (6/8).
Menurut suster Joanni, Kepala SLB Dian Grahita, wisuda ini sangat berarti bagi anak-anak down syndrome. “Inilah bukti cinta orangtua dan sekolah kepada anak-anak kami. Mudah- mudahan ini titik awal. Saatnya masyarakat menerima dan mencintai anak-anak kami,” katanya.
Down syndrome disebabkan adanya gangguan pada kromosom yang ke-21. Manusia memiliki 23 pasang kromosom. Pada anak down syndrome, kromosom mereka yang ke-21 tidak sepasang (dua), melainkan tiga kromosom (trisomi). Dengan kata lain, down syndrome adalah gangguan genetik.
Pada wisuda hari Senin lalu, ada 30 anak yang diwisuda. Tujuh anak adalah lulusan SD, 11 lulusan SMP, dan 12 anak adalah alumnus SLB Dian Grahita. Mengenakan jubah dan toga berwarna ungu, mereka sangat antusias mengikuti acara wisuda yang dimeriahkan tari-tarian dari rekan-rekan mereka.
Menurut Ketua Ikatan Sindroma Down Indonesia (ISDI) Aryanti Rosihan Yacub, setelah tamat sekolah, anak-anak pada umumnya akan mengejar masa depan. Akan tetapi, para orangtua anak-anak down syndrome justru mengalami ketakutan bagaimana masa depan anak-anak mereka karena keterbatasannya.
“Karena itu ada ISDI, agar kehidupan mereka berguna dan berarti. Ada banyak rintangan dan cucuran air mata. Asuransi kesehatan pun menolak mereka karena takut rugi. Tetapi, dengan keterbatasan mereka, anak-anak ini sebetulnya juga dapat berprestasi mengangkat nama bangsa dan negara di dunia internasional,” kata Aryanti.
Kimberly, yang baru saja lulus SD (biasa dipanggil Kim Kim) pada SLB Dian Grahita, misalnya. Walaupun untuk berjalan saja Kim Kim mengalami kesulitan, tetapi begitu “nyemplung” ke kolam renang, ia bak ikat pesut yang bergerak cepat.
Michael Rosihan Yacub, yang lulus SMP, telah berpraktik kerja di British International School. Ia pun mampu mandiri. Robby Eko Raharja yang juga lulus SMP, selain lincah memainkan keyboard juga menang terus dalam acara-acara pekan olahraga.
Alumni SLB Dian Grahita, seperti Adrian Raharja, pun pernah menjadi juara I renang Porcaba 2005, mendapatkan medali perak Bocce di Taipei (Taiwan), juara I Bocce Porcaba 2007.
Tak semua anak down syndrome menyusahkan keluarganya. Seperti Marisa (16), siswa SMA Triasih di Kebun Jeruk, Jakarta Barat. Ia bisa mandiri dan sangat senang menari.
Betapa pun anak-anak, down syndrome ada di sekeliling kita. Adalah kewajiban kita untuk membekali mereka dengan keterampilan guna menghadapi masa depan…. (LOK)
Sumber: http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0708/08/humaniora/3749099.htm, Rabu, 08 Agustus 2007
Meski anak-anak down syndrome memiliki keterbatasan, mereka tetap mampu berprestasi. Karena itu, anak-anak down syndrome perlu perhatian, didampingi, dan jangan disisihkan.
“Semua anak haruslah dianggap sama. Janganlah mereka disisihkan. Sebaiknya mereka pun dibekali keterampilan,” kata Ny Mufidah Jusuf Kalla saat hadir pada acara wisuda lulusan SD, SMP, dan alumni Sekolah Luar Biasa (SLB) Dian Grahita, Jakarta, Senin (6/8).
Menurut suster Joanni, Kepala SLB Dian Grahita, wisuda ini sangat berarti bagi anak-anak down syndrome. “Inilah bukti cinta orangtua dan sekolah kepada anak-anak kami. Mudah- mudahan ini titik awal. Saatnya masyarakat menerima dan mencintai anak-anak kami,” katanya.
Down syndrome disebabkan adanya gangguan pada kromosom yang ke-21. Manusia memiliki 23 pasang kromosom. Pada anak down syndrome, kromosom mereka yang ke-21 tidak sepasang (dua), melainkan tiga kromosom (trisomi). Dengan kata lain, down syndrome adalah gangguan genetik.
Pada wisuda hari Senin lalu, ada 30 anak yang diwisuda. Tujuh anak adalah lulusan SD, 11 lulusan SMP, dan 12 anak adalah alumnus SLB Dian Grahita. Mengenakan jubah dan toga berwarna ungu, mereka sangat antusias mengikuti acara wisuda yang dimeriahkan tari-tarian dari rekan-rekan mereka.
Menurut Ketua Ikatan Sindroma Down Indonesia (ISDI) Aryanti Rosihan Yacub, setelah tamat sekolah, anak-anak pada umumnya akan mengejar masa depan. Akan tetapi, para orangtua anak-anak down syndrome justru mengalami ketakutan bagaimana masa depan anak-anak mereka karena keterbatasannya.
“Karena itu ada ISDI, agar kehidupan mereka berguna dan berarti. Ada banyak rintangan dan cucuran air mata. Asuransi kesehatan pun menolak mereka karena takut rugi. Tetapi, dengan keterbatasan mereka, anak-anak ini sebetulnya juga dapat berprestasi mengangkat nama bangsa dan negara di dunia internasional,” kata Aryanti.
Kimberly, yang baru saja lulus SD (biasa dipanggil Kim Kim) pada SLB Dian Grahita, misalnya. Walaupun untuk berjalan saja Kim Kim mengalami kesulitan, tetapi begitu “nyemplung” ke kolam renang, ia bak ikat pesut yang bergerak cepat.
Michael Rosihan Yacub, yang lulus SMP, telah berpraktik kerja di British International School. Ia pun mampu mandiri. Robby Eko Raharja yang juga lulus SMP, selain lincah memainkan keyboard juga menang terus dalam acara-acara pekan olahraga.
Alumni SLB Dian Grahita, seperti Adrian Raharja, pun pernah menjadi juara I renang Porcaba 2005, mendapatkan medali perak Bocce di Taipei (Taiwan), juara I Bocce Porcaba 2007.
Tak semua anak down syndrome menyusahkan keluarganya. Seperti Marisa (16), siswa SMA Triasih di Kebun Jeruk, Jakarta Barat. Ia bisa mandiri dan sangat senang menari.
Betapa pun anak-anak, down syndrome ada di sekeliling kita. Adalah kewajiban kita untuk membekali mereka dengan keterampilan guna menghadapi masa depan…. (LOK)
Sumber: http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0708/08/humaniora/3749099.htm, Rabu, 08 Agustus 2007
Memberikan Perhatian Lebih Pada SLB
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk sekolah inklusi dan SLB tidak bisa disamakan dengan sekolah reguler. Harus ada BOS khusus sekolah inklusi dan SLB, karena kebutuhan anak berkebutuhan khusus lebih besar dibanding siswa normal.
MULAI tahun depan Mendiknas berenacan untuk memberikan perhatian lebih pada sekolah-sekolah berkebutuhan khusus seperti sekolah inklusi dan SLB.
Yang perlu diperhatikan, peningkatan biaya pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus (ABK). Biaya untuk pendidikan ABK lebih mahal dibanding pendidikan reguler. Jika hal itu dibebankan kepada orang tua siswa, maka akan memberatkan mereka. Maka, yang perlu dikaji adalah kebijakan program bantuan oprasional sekolah (BOS). BOS untuk sekolah inklusi dan SLB tidak bisa disamakan dengan sekolah reguler. "Harus ada BOS khusus sekolah inkJusi dan SLB," kata Mendiknas Mohammad Nuh.
Bantuan itu tidak bisa disamakan karena kebutuhan ABK lebih besar dibanding siswa normal. Dengan cara seperti itu, maka biaya pendidikan ABK tidak dibebankan sepenuhnya kepada orang tua siswa. "Namanya pendidikan khusus, ya perhatiannya juga harus khusus," katanya.
Selain BOS khusus, guru yang menangani juga harus guru yang khusus, yakni guru yang mempunyai kemampuan dalam mendidik ABK. Guru siswa ABK butuh kesabaran. Kalau tidak sabar bisa stress.
Diakui, untuk mendapatkan guru spesial bagi ABK, dibutuhkan pelatihan khusus. Selain itu, rekrutmennya juga tidak sama dengan guru lainnya. Ada persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu sabar, kasih sayang, dan mempunyai kemapuan khusus lainnya.
Soal fasilitas, sekolah-sekolah inklusi dan berkebutuhan khusus lainnya seperti SLB, umumnya juga belum dilengkapi fasilitas peraga yang memadai untuk siswa berkebutuhan khusus. Guru-guru yang mengajar siswa berkebutuhan khusus juga belum dipersiapkan, kecuali beberapa guru dari sekolah luar biasa yang diperbantukan.
Saat Mendiknas meninjau SD Negeri KJampis Ngasem, Surabaya. Dari 639 siswa SDN Klampis Ngasem, sebanyak 165 siswa di antaranya berkebutuhan khusus. Siswa berkebutuhan khusus terbanyak adalah yang berkategori lambat berpikir (slow learner), autis, tunarungu, dan hiperaktif. Selain itu, terdapat seorang siswa tunanetra dan empat siswa tunadaksa.
Di SDN KJampis Ngasem, dari 40 guru, hanya delapan yang berstatus pegawai negen sipil. Sebagian besar guru pendamping siswa difabcl berstatus honorer yang honornya dibebankan kepada orangtua siswa.
Koordinator Inklusi SDN KJampis Ngasem Dadang Bagus menambahkan, kendati sekolah ini menerima siswa dari semuajenis cacat, fasilitasnya tidak ada. Alat untuk terapi, alat bantu dengar, peraga, dan bahari ajar berhuruf braille belum ada, demikian pula kurikulum dan metode ajar. Karena itu, semua diadaptasi dari kurikulum yang ada.
Itu sebannya, selain perhatian khusus kepada ABK, Mendiknas Mohammad Nuh berjanji guru-gurunya juga perlu mendapatkan penghargaan dengan mengangkat mereka menjadi PNS.
Guru yang mcrgijar di sekolah berkebutuhan khusus diusulkan mendapatkan perhatian khusus Pemerintah mengusahakan kenaikan pangkat dari honorer menjadi guru tetap. Usulan itu melihat masih banyaknya guru honorer yang mengajar di sekolah inklusi.
Kenaikan pangkat menjadi PNS itu selain melihat faktor beban biaya juga melihat faktor kebiasaan guru itu mengajar, siswa berkebutuhan khusus. Sehingga tidak semua guru bisa mengajar siswa berkebutuhan khusus.
Pemerintah pusat akan bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk membagi beban pendidikan. Rincian mengenai kerjasama itu masih akan dibicarakan. (RMB)
SUMBER: http://bataviase.co.id
MULAI tahun depan Mendiknas berenacan untuk memberikan perhatian lebih pada sekolah-sekolah berkebutuhan khusus seperti sekolah inklusi dan SLB.
Yang perlu diperhatikan, peningkatan biaya pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus (ABK). Biaya untuk pendidikan ABK lebih mahal dibanding pendidikan reguler. Jika hal itu dibebankan kepada orang tua siswa, maka akan memberatkan mereka. Maka, yang perlu dikaji adalah kebijakan program bantuan oprasional sekolah (BOS). BOS untuk sekolah inklusi dan SLB tidak bisa disamakan dengan sekolah reguler. "Harus ada BOS khusus sekolah inkJusi dan SLB," kata Mendiknas Mohammad Nuh.
Bantuan itu tidak bisa disamakan karena kebutuhan ABK lebih besar dibanding siswa normal. Dengan cara seperti itu, maka biaya pendidikan ABK tidak dibebankan sepenuhnya kepada orang tua siswa. "Namanya pendidikan khusus, ya perhatiannya juga harus khusus," katanya.
Selain BOS khusus, guru yang menangani juga harus guru yang khusus, yakni guru yang mempunyai kemampuan dalam mendidik ABK. Guru siswa ABK butuh kesabaran. Kalau tidak sabar bisa stress.
Diakui, untuk mendapatkan guru spesial bagi ABK, dibutuhkan pelatihan khusus. Selain itu, rekrutmennya juga tidak sama dengan guru lainnya. Ada persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu sabar, kasih sayang, dan mempunyai kemapuan khusus lainnya.
Soal fasilitas, sekolah-sekolah inklusi dan berkebutuhan khusus lainnya seperti SLB, umumnya juga belum dilengkapi fasilitas peraga yang memadai untuk siswa berkebutuhan khusus. Guru-guru yang mengajar siswa berkebutuhan khusus juga belum dipersiapkan, kecuali beberapa guru dari sekolah luar biasa yang diperbantukan.
Saat Mendiknas meninjau SD Negeri KJampis Ngasem, Surabaya. Dari 639 siswa SDN Klampis Ngasem, sebanyak 165 siswa di antaranya berkebutuhan khusus. Siswa berkebutuhan khusus terbanyak adalah yang berkategori lambat berpikir (slow learner), autis, tunarungu, dan hiperaktif. Selain itu, terdapat seorang siswa tunanetra dan empat siswa tunadaksa.
Di SDN KJampis Ngasem, dari 40 guru, hanya delapan yang berstatus pegawai negen sipil. Sebagian besar guru pendamping siswa difabcl berstatus honorer yang honornya dibebankan kepada orangtua siswa.
Koordinator Inklusi SDN KJampis Ngasem Dadang Bagus menambahkan, kendati sekolah ini menerima siswa dari semuajenis cacat, fasilitasnya tidak ada. Alat untuk terapi, alat bantu dengar, peraga, dan bahari ajar berhuruf braille belum ada, demikian pula kurikulum dan metode ajar. Karena itu, semua diadaptasi dari kurikulum yang ada.
Itu sebannya, selain perhatian khusus kepada ABK, Mendiknas Mohammad Nuh berjanji guru-gurunya juga perlu mendapatkan penghargaan dengan mengangkat mereka menjadi PNS.
Guru yang mcrgijar di sekolah berkebutuhan khusus diusulkan mendapatkan perhatian khusus Pemerintah mengusahakan kenaikan pangkat dari honorer menjadi guru tetap. Usulan itu melihat masih banyaknya guru honorer yang mengajar di sekolah inklusi.
Kenaikan pangkat menjadi PNS itu selain melihat faktor beban biaya juga melihat faktor kebiasaan guru itu mengajar, siswa berkebutuhan khusus. Sehingga tidak semua guru bisa mengajar siswa berkebutuhan khusus.
Pemerintah pusat akan bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk membagi beban pendidikan. Rincian mengenai kerjasama itu masih akan dibicarakan. (RMB)
SUMBER: http://bataviase.co.id
Memberikan Perhatian Lebih Pada SLB
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk sekolah inklusi dan SLB tidak bisa disamakan dengan sekolah reguler. Harus ada BOS khusus sekolah inklusi dan SLB, karena kebutuhan anak berkebutuhan khusus lebih besar dibanding siswa normal.
MULAI tahun depan Mendiknas berenacan untuk memberikan perhatian lebih pada sekolah-sekolah berkebutuhan khusus seperti sekolah inklusi dan SLB.
Yang perlu diperhatikan, peningkatan biaya pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus (ABK). Biaya untuk pendidikan ABK lebih mahal dibanding pendidikan reguler. Jika hal itu dibebankan kepada orang tua siswa, maka akan memberatkan mereka. Maka, yang perlu dikaji adalah kebijakan program bantuan oprasional sekolah (BOS). BOS untuk sekolah inklusi dan SLB tidak bisa disamakan dengan sekolah reguler. "Harus ada BOS khusus sekolah inkJusi dan SLB," kata Mendiknas Mohammad Nuh.
Bantuan itu tidak bisa disamakan karena kebutuhan ABK lebih besar dibanding siswa normal. Dengan cara seperti itu, maka biaya pendidikan ABK tidak dibebankan sepenuhnya kepada orang tua siswa. "Namanya pendidikan khusus, ya perhatiannya juga harus khusus," katanya.
Selain BOS khusus, guru yang menangani juga harus guru yang khusus, yakni guru yang mempunyai kemampuan dalam mendidik ABK. Guru siswa ABK butuh kesabaran. Kalau tidak sabar bisa stress.
Diakui, untuk mendapatkan guru spesial bagi ABK, dibutuhkan pelatihan khusus. Selain itu, rekrutmennya juga tidak sama dengan guru lainnya. Ada persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu sabar, kasih sayang, dan mempunyai kemapuan khusus lainnya.
Soal fasilitas, sekolah-sekolah inklusi dan berkebutuhan khusus lainnya seperti SLB, umumnya juga belum dilengkapi fasilitas peraga yang memadai untuk siswa berkebutuhan khusus. Guru-guru yang mengajar siswa berkebutuhan khusus juga belum dipersiapkan, kecuali beberapa guru dari sekolah luar biasa yang diperbantukan.
Saat Mendiknas meninjau SD Negeri KJampis Ngasem, Surabaya. Dari 639 siswa SDN Klampis Ngasem, sebanyak 165 siswa di antaranya berkebutuhan khusus. Siswa berkebutuhan khusus terbanyak adalah yang berkategori lambat berpikir (slow learner), autis, tunarungu, dan hiperaktif. Selain itu, terdapat seorang siswa tunanetra dan empat siswa tunadaksa.
Di SDN KJampis Ngasem, dari 40 guru, hanya delapan yang berstatus pegawai negen sipil. Sebagian besar guru pendamping siswa difabcl berstatus honorer yang honornya dibebankan kepada orangtua siswa.
Koordinator Inklusi SDN KJampis Ngasem Dadang Bagus menambahkan, kendati sekolah ini menerima siswa dari semuajenis cacat, fasilitasnya tidak ada. Alat untuk terapi, alat bantu dengar, peraga, dan bahari ajar berhuruf braille belum ada, demikian pula kurikulum dan metode ajar. Karena itu, semua diadaptasi dari kurikulum yang ada.
Itu sebannya, selain perhatian khusus kepada ABK, Mendiknas Mohammad Nuh berjanji guru-gurunya juga perlu mendapatkan penghargaan dengan mengangkat mereka menjadi PNS.
Guru yang mcrgijar di sekolah berkebutuhan khusus diusulkan mendapatkan perhatian khusus Pemerintah mengusahakan kenaikan pangkat dari honorer menjadi guru tetap. Usulan itu melihat masih banyaknya guru honorer yang mengajar di sekolah inklusi.
Kenaikan pangkat menjadi PNS itu selain melihat faktor beban biaya juga melihat faktor kebiasaan guru itu mengajar, siswa berkebutuhan khusus. Sehingga tidak semua guru bisa mengajar siswa berkebutuhan khusus.
Pemerintah pusat akan bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk membagi beban pendidikan. Rincian mengenai kerjasama itu masih akan dibicarakan. (RMB)
SUMBER: http://bataviase.co.id
MULAI tahun depan Mendiknas berenacan untuk memberikan perhatian lebih pada sekolah-sekolah berkebutuhan khusus seperti sekolah inklusi dan SLB.
Yang perlu diperhatikan, peningkatan biaya pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus (ABK). Biaya untuk pendidikan ABK lebih mahal dibanding pendidikan reguler. Jika hal itu dibebankan kepada orang tua siswa, maka akan memberatkan mereka. Maka, yang perlu dikaji adalah kebijakan program bantuan oprasional sekolah (BOS). BOS untuk sekolah inklusi dan SLB tidak bisa disamakan dengan sekolah reguler. "Harus ada BOS khusus sekolah inkJusi dan SLB," kata Mendiknas Mohammad Nuh.
Bantuan itu tidak bisa disamakan karena kebutuhan ABK lebih besar dibanding siswa normal. Dengan cara seperti itu, maka biaya pendidikan ABK tidak dibebankan sepenuhnya kepada orang tua siswa. "Namanya pendidikan khusus, ya perhatiannya juga harus khusus," katanya.
Selain BOS khusus, guru yang menangani juga harus guru yang khusus, yakni guru yang mempunyai kemampuan dalam mendidik ABK. Guru siswa ABK butuh kesabaran. Kalau tidak sabar bisa stress.
Diakui, untuk mendapatkan guru spesial bagi ABK, dibutuhkan pelatihan khusus. Selain itu, rekrutmennya juga tidak sama dengan guru lainnya. Ada persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu sabar, kasih sayang, dan mempunyai kemapuan khusus lainnya.
Soal fasilitas, sekolah-sekolah inklusi dan berkebutuhan khusus lainnya seperti SLB, umumnya juga belum dilengkapi fasilitas peraga yang memadai untuk siswa berkebutuhan khusus. Guru-guru yang mengajar siswa berkebutuhan khusus juga belum dipersiapkan, kecuali beberapa guru dari sekolah luar biasa yang diperbantukan.
Saat Mendiknas meninjau SD Negeri KJampis Ngasem, Surabaya. Dari 639 siswa SDN Klampis Ngasem, sebanyak 165 siswa di antaranya berkebutuhan khusus. Siswa berkebutuhan khusus terbanyak adalah yang berkategori lambat berpikir (slow learner), autis, tunarungu, dan hiperaktif. Selain itu, terdapat seorang siswa tunanetra dan empat siswa tunadaksa.
Di SDN KJampis Ngasem, dari 40 guru, hanya delapan yang berstatus pegawai negen sipil. Sebagian besar guru pendamping siswa difabcl berstatus honorer yang honornya dibebankan kepada orangtua siswa.
Koordinator Inklusi SDN KJampis Ngasem Dadang Bagus menambahkan, kendati sekolah ini menerima siswa dari semuajenis cacat, fasilitasnya tidak ada. Alat untuk terapi, alat bantu dengar, peraga, dan bahari ajar berhuruf braille belum ada, demikian pula kurikulum dan metode ajar. Karena itu, semua diadaptasi dari kurikulum yang ada.
Itu sebannya, selain perhatian khusus kepada ABK, Mendiknas Mohammad Nuh berjanji guru-gurunya juga perlu mendapatkan penghargaan dengan mengangkat mereka menjadi PNS.
Guru yang mcrgijar di sekolah berkebutuhan khusus diusulkan mendapatkan perhatian khusus Pemerintah mengusahakan kenaikan pangkat dari honorer menjadi guru tetap. Usulan itu melihat masih banyaknya guru honorer yang mengajar di sekolah inklusi.
Kenaikan pangkat menjadi PNS itu selain melihat faktor beban biaya juga melihat faktor kebiasaan guru itu mengajar, siswa berkebutuhan khusus. Sehingga tidak semua guru bisa mengajar siswa berkebutuhan khusus.
Pemerintah pusat akan bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk membagi beban pendidikan. Rincian mengenai kerjasama itu masih akan dibicarakan. (RMB)
SUMBER: http://bataviase.co.id
Toilet training
Toilet training merupakan cara untuk melatih anak-anak agar bias menahan buang air besar dan kecil sehingga bisa buang pada tempatnya yaitu toilet.
Pada teori Freud tentang tahap perkembangan psikoseksual dimana fase anal pada usia 1-3 tahun kenikmatan berpusat pada daerah anus dan dubur. Disini rangsangan pada anus berkaitan dengan buang air besar dan kecil. Disini anak-anak diajarkan tentang toilet training. Awalnya anak-anak akan merasa takut untuk melakukan toilet training, tapi peranan orangtua sangatlah penting untuk mengajarkan anak-anaknya agar menjaga kebersihan.
Orangtua harus sabar dan tekun mengajarkan anaknya untuk melakukan kegiatan toilet training. Saya pernah dengar gara-gara anaknya tidak mau buang air besar atau kecil di toilet, anaknya dipukulin pakai sapu sehingga luka. Padahal tindakan seperti itu anak akan menjadi terpaksa atau takut untuk melakukan buang air besar atau kecil. Sehingga ia menahan kotorannya, padahal itu akan menimbulkan penyakit.
Banyak sekali keuntungan yang didapat dari toilet training. Anak akan mandiri dan pandai menjaga kebersihan. Tumbuh kembang anak dapat melatihnya untuk membuka celana luar dan celana dalam,lalu memakainya kembali, membersihkan diri,menyiram bekas buang air besar dan kecil.
Ada beberapa cara agar anak tidak bosan atau takut melakukannya, yaitu:
1) Jangan terlalu dipaksa apabila anak belum siap
2) Berikan cerita-cerita yang menarik ke anak untuk menarik perhatiannya
3) Berikan pujian atau hadia kecil apabila anak berhasil melakukannya.
4) Hias kamar mandi dengan tokoh kartun yang anak-anak disenangi
5) Jangan pernah memarahinya dengan kasar
Pada teori Freud tentang tahap perkembangan psikoseksual dimana fase anal pada usia 1-3 tahun kenikmatan berpusat pada daerah anus dan dubur. Disini rangsangan pada anus berkaitan dengan buang air besar dan kecil. Disini anak-anak diajarkan tentang toilet training. Awalnya anak-anak akan merasa takut untuk melakukan toilet training, tapi peranan orangtua sangatlah penting untuk mengajarkan anak-anaknya agar menjaga kebersihan.
Orangtua harus sabar dan tekun mengajarkan anaknya untuk melakukan kegiatan toilet training. Saya pernah dengar gara-gara anaknya tidak mau buang air besar atau kecil di toilet, anaknya dipukulin pakai sapu sehingga luka. Padahal tindakan seperti itu anak akan menjadi terpaksa atau takut untuk melakukan buang air besar atau kecil. Sehingga ia menahan kotorannya, padahal itu akan menimbulkan penyakit.
Banyak sekali keuntungan yang didapat dari toilet training. Anak akan mandiri dan pandai menjaga kebersihan. Tumbuh kembang anak dapat melatihnya untuk membuka celana luar dan celana dalam,lalu memakainya kembali, membersihkan diri,menyiram bekas buang air besar dan kecil.
Ada beberapa cara agar anak tidak bosan atau takut melakukannya, yaitu:
1) Jangan terlalu dipaksa apabila anak belum siap
2) Berikan cerita-cerita yang menarik ke anak untuk menarik perhatiannya
3) Berikan pujian atau hadia kecil apabila anak berhasil melakukannya.
4) Hias kamar mandi dengan tokoh kartun yang anak-anak disenangi
5) Jangan pernah memarahinya dengan kasar
Tips Melatih Kesehatan Pikiran
Memang, pikiran bukanlah sesuatu yang dapat dilihat dan diraba seperti halnya fisik. Tetapi Anda perlu melatihnya sebagaimana upaya Anda menyehatkan fisik! Seperti halnya pada fisik, Anda pun perlu melakukan olahraga untuk pikiran Anda. Tapi bagaimana caranya... ? Mungkin saran dari Phil Krumft dari Dreamlife.com berikut ini bisa Anda praktekkan:
Singkirkan rutinitas Anda
Seseorang yang terpaku pada kegiatan ritual yang sama setiap harinya maka pola pikirnya pun akan mengikuti pola yang sama, begitu pula dengan emosinya. Maka, sesekali singkirkan rutinitas Anda. Lakukan sesuatu yang berbeda dari biasanya. Misalnya lakukan perjalanan ke kantor lewat jalur yang berbeda dari yang biasa Anda lewati. Anda juga bisa makan siang pada waktu dan tempat yang berbeda. Gunakan busana yang lain dari hari-hari kemarin. Sesuatu yang baru, diyakini dapat menyegarkan pikiran dan berdampak positif bagi Anda.
Cobalah sesuatu yang baru bagi mental Anda
Banyak sekali kelas kursus atau organisasi bagi orang dewasa yang dapat Anda ikuti untuk memperluas wawasan berpikir Anda. Dan Anda bisa memilihnya salah satu. Misalnya kursus merangkai bunga, kursus montir mobil, memasak, atau mengikuti organisasi pecinta alam. Keikutsertaan Anda dalam aktivitas tersebut dapat memberi kekayaan batin dan menambah wawasan Anda. Walau mungkin apa yang Anda pelajari tidak langsung Anda butuhkan dalam kehidupan sehari-hari tapi kegiatan itu dapat merangsang kerja otak dan pikiran Anda yang tengah jenuh dalam rutinitas.
Lakukan aktivitas yang baru bagi fisik Anda
Meskipun latihan ini dalam rangka menyegarkan pikiran Anda, tetapi Anda dianjurkan juga untuk melakukan aktivitas fisik yang baru. Karena, pikiran akan bekerja lebih aktif selama Anda melakukan kegiatan fisik. Anda bisa melakukan olahraga yang belum pernah Anda coba atau rekreasi ke tempat yang belum pernah Anda kunjungi. Pikiran Anda akan bekerja lebih aktif selama Anda melakukan aktivitas baru tersebut, tanpa Anda sadari. Dan Anda pun akan merasakan kepuasan dan ketenangan batin yang belum pernah Anda rasakan sebelumnya!
Konsumsi berbagai macam bacaan
Bacaan yang variatif selain dapat memperkaya wawasan dan intelektualitas, juga dapat menambah pengalaman batin Anda. Maka, jangan terfokus hanya pada satu jenis bacaan. Jika selama ini Anda doyan melahap bacaan politik atau teknologi, bacalah novel-novel dengan cerita romantis. Baca juga berita-berita olahraga, fashion, gosip, kesehatan, dsb. Percayalah, bacaan yang variatif ini akan membuat pikiran Anda lebih 'fresh' dari sebelumnya.
Sempatkan meditasi setiap hari
Meditasi berguna sebagai relaksasi dan peregangan otot-otot pikiran Anda. So, sebelum Anda memulai aktivitas harian, lakukan meditasi beebrapa saat. Lakukan di tempat yang cukup tenang dan nyaman. Pejamkan mata, tarik nafas dalam-dalam, dan lepaskan beban pikiran Anda. Kosongkan otak Anda, seperti halnya isi batre handhone yang terkuras kemudian di charge lagi. Ulangi latihan ini setiap harinya.
SUMBER: http://www.macam-2.com
Singkirkan rutinitas Anda
Seseorang yang terpaku pada kegiatan ritual yang sama setiap harinya maka pola pikirnya pun akan mengikuti pola yang sama, begitu pula dengan emosinya. Maka, sesekali singkirkan rutinitas Anda. Lakukan sesuatu yang berbeda dari biasanya. Misalnya lakukan perjalanan ke kantor lewat jalur yang berbeda dari yang biasa Anda lewati. Anda juga bisa makan siang pada waktu dan tempat yang berbeda. Gunakan busana yang lain dari hari-hari kemarin. Sesuatu yang baru, diyakini dapat menyegarkan pikiran dan berdampak positif bagi Anda.
Cobalah sesuatu yang baru bagi mental Anda
Banyak sekali kelas kursus atau organisasi bagi orang dewasa yang dapat Anda ikuti untuk memperluas wawasan berpikir Anda. Dan Anda bisa memilihnya salah satu. Misalnya kursus merangkai bunga, kursus montir mobil, memasak, atau mengikuti organisasi pecinta alam. Keikutsertaan Anda dalam aktivitas tersebut dapat memberi kekayaan batin dan menambah wawasan Anda. Walau mungkin apa yang Anda pelajari tidak langsung Anda butuhkan dalam kehidupan sehari-hari tapi kegiatan itu dapat merangsang kerja otak dan pikiran Anda yang tengah jenuh dalam rutinitas.
Lakukan aktivitas yang baru bagi fisik Anda
Meskipun latihan ini dalam rangka menyegarkan pikiran Anda, tetapi Anda dianjurkan juga untuk melakukan aktivitas fisik yang baru. Karena, pikiran akan bekerja lebih aktif selama Anda melakukan kegiatan fisik. Anda bisa melakukan olahraga yang belum pernah Anda coba atau rekreasi ke tempat yang belum pernah Anda kunjungi. Pikiran Anda akan bekerja lebih aktif selama Anda melakukan aktivitas baru tersebut, tanpa Anda sadari. Dan Anda pun akan merasakan kepuasan dan ketenangan batin yang belum pernah Anda rasakan sebelumnya!
Konsumsi berbagai macam bacaan
Bacaan yang variatif selain dapat memperkaya wawasan dan intelektualitas, juga dapat menambah pengalaman batin Anda. Maka, jangan terfokus hanya pada satu jenis bacaan. Jika selama ini Anda doyan melahap bacaan politik atau teknologi, bacalah novel-novel dengan cerita romantis. Baca juga berita-berita olahraga, fashion, gosip, kesehatan, dsb. Percayalah, bacaan yang variatif ini akan membuat pikiran Anda lebih 'fresh' dari sebelumnya.
Sempatkan meditasi setiap hari
Meditasi berguna sebagai relaksasi dan peregangan otot-otot pikiran Anda. So, sebelum Anda memulai aktivitas harian, lakukan meditasi beebrapa saat. Lakukan di tempat yang cukup tenang dan nyaman. Pejamkan mata, tarik nafas dalam-dalam, dan lepaskan beban pikiran Anda. Kosongkan otak Anda, seperti halnya isi batre handhone yang terkuras kemudian di charge lagi. Ulangi latihan ini setiap harinya.
SUMBER: http://www.macam-2.com
Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus adalah meraka yang memerlukan penanganan khusus yang berkaitan dengan kekhususannya. Anak berkebutuhan khusus saat ini menjadi istilah baru bagi masyarakat kota Malang pada umumnya. Padahal jika kita memahami lebih dalam lagi maksud dari istilah anak-anak berkebutuhan khusus, istilah ini tidaklah terlalu asing. Di Indonesia istilah yang terlebih dahulu populer untuk mengacu pada anak berkebutuhan khusus adalah berkaitan dengan istilah anak luar biasa. Pada profesi psikologi klinis/kedokteran istilah yang populer adalah anak-anak dengan handaya perkembangan.
Hingga saat ini anak-anak berkebutuhan khusus yang mendapat perhatian yang cukup luas di masyarakat adalah mereka yang tergolong kedalam Pervasive Developmental Disorder atau Autism Spectrum Disorder.
1.Autistic Disorder
Autisme adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
1.Asperger Disorder
Secara umum performa anak Asperger Disorder hampir sama dengan anak autisme, yaitu memiliki gangguan pada kemampuan komunikasi, interaksi sosial dan tingkah lakunya. Namun gangguan pada anak Asperger lebih ringan dibandingkan anak autisme dan sering disebut dengan istilah ”High-fuctioning autism”. Hal-hal yang paling membedakan antara anak Autisme dan Asperger adalah pada kemampuan bahasa bicaranya. Kemampuan bahasa bicara anak Asperger jauh lebih baik dibandingkan anak autisme. Intonasi bicara anak asperger cendrung monoton, ekspresi muka kurang hidup cendrung murung dan berbibicara hanya seputar pada minatnya saja. Bila anak autisme tidak bisa berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, anak asperger masih bisa dan memiliki kemauan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Kecerdasan anak asperger biasanya ada pada great rata-rata keatas. Memiliki minat yang sangat tinggi pada buku terutama yang bersifat ingatan/memori pada satu kategori. Misalnya menghafal klasifikasi hewan/tumbuhan yang menggunakan nama-nama latin.
1.Rett’s Disorder
Rett’s Disorder adalah jenis gangguan perkembangan yang masuk kategori ASD. Aspek perkembangan pada anak Rett’s Disorder mengalami kemuduran sejak menginjak usia 18 bulan yang ditandai hilangnya kemampuan bahasa bicara secara tiba-tiba. Koordinasi motorinya semakin memburuk dan dibarengi dengan kemunduran dalam kemampuan sosialnya. Rett’s Disorder hampir keseluruhan penderitanya adalah perempuan.
1.Childhood Disintegrative Disorder.
Yang membedakan anak Childhood Disintegrative Disorder (CCD) dengan anak autisme adalah bahwa umumnya anak CCD sempat berkembang secara normal sampai beberapa tahun termasuk kemampuan bahasa bicaranya. Biasanya anak-anak itu mengalami kemunduran setelah menginjak 2 tahun. Kemunduran kemampuan pada anak CDD bisa samapai pada kondisi anak dengan ganggaun autisme berat (low fuctioning autisme) dengan performa yang sama.
1.Pervasive Development Disorder Not Otherwie Specified (PDD-NOS)
Anak dengan gangguan PDD-NOS performanya hampir sama dengan anak Autisme hanya saja kualitas gangguannya lebih ringan dan terkadang anak-anak ini masih bisa bertatap mata, ekspresi wajah tidak terlalu datar dan masih bisa diajak bercanda.
Anak-anak berkebutuhan khusus selain Pervasive Developmental Disorder atau Autism Spectrum Disorder :
1.Child with developmental Impairement
Yang banyak dikenal di Indonesia sebagai anak tuna grahita (mental retardation). Secara umum anak dengan gangguan retardasi mental memiliki inteligensi di bawah rata-rata normal, tidak mampu berprilaku adaptif sesuai tugas-tugas perkembangan usianya. Secara performa fisik tanpak sekilas anak retardasi mental seperti anak normal. Kemampuan berkomunikasinyapun tidak mengalami gangguan.hanyak saja anak retardasi mental sulit mengembangkan topik pembicaraan kearah yang lebih lanjut dan kompleks.
1.Child with specific learning disability
Anak berprestasi rendah yang lebih populer dengan istilah anak berkesulitan belajar. Mereka mempunyai kesulitan di bidang-bidang akademik, kognitif dan masalah-masalah emosi sosial. Oleh sebab itu kelainan-kelaian yang dialami lebih bersifat psikologis, yang berimbas pada gangguan kelancaran berbicara, berbahasa dan menulis. Anak-anak LD terlihat tidak berkemampuan sebagai pendengar yang baik, berfikir, berbicara, membaca dan menulis, mengeja huruf, dan perhitungan yang bersifat matematika. Tes hasil belajar di sekolah menunjukan angka rendah. Yang tergolong learning disabilitis adalah anak dengan ganguan persepsi, cedera otak/cerebal palsy, minimal brain dysfunction, dyslexia dan developmental aphasia.
1.Child with emotional or behavioral disorder
Anak dengan ganguan perilaku menyimpang/emosional menunjukan masalah perilaku yang dapat terlihat dari ; selalu gagal/tidak dapat menjalin hubungan pribadi yang intim, berprilaku tidak pada tempatnya (sering mencari perhatian dengan cara-cara yang tidak logis), merasakan adanya depresi dan tidak bahagia (diri sendiri/bisa keluarga/lingkungan sosial) prestasi belajar menurun (memiliki masalah-masalah kesulitan belajar bukan disebabkan faktor intelektual, sensori atau kesehatan).
1.Child who have attention deficit disorder with hyperactive (ADHD)
ADHD terkadang lebih dikenal dengan istilah anak hiperaktif, oleh karena mereka selalu bergerak dari satu tempat ketempat yang lain. Tidak dapat duduk diam di satu tempat selama ± 5-10 menit untuk melakukan suatu kegiatan yang diberikan kepadanya. Rentang konsentrasinya sangat pendek, mudah bingung dan pikirannya selalu kacau, sering mengabaikan perintah atau arahan, sering tidak berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugas di sekolah. Sering mengalami kesulitan mengeja atau menirukan ejaan huruf.
1.Down Syndrom
Anak down syndraom sangat mudah dikenali lewat bentuk wajahnya (seperti orang mongol). Tapi beberapa diantaranya tidak memperlihatkan bentuk muka down syndrom (layaknya anak normal). Mereka biasanya sangat pendiam, sering bermasalah dengan koordinasi otot-otot mulut tangan dan kaki sehingga sering mengalami terlambat berbicara dan berjalan. Kemampuan inteligensinya dibawah rata-rata normal menyebabkan mereka sulit mengikuti tugas-tugas perkembangan anak normal, baik dalam aspek akademis, emosi dan bersosialisasi. Tak jarang behavioralnya juga memperlihatkan perilaku yang tidak adaptif (sering mencari perhatian yang berlebihan, memperihatkan sikap keras kepala yang berlebihan (shut off/berlagak seperti patung) dan kekanak-kanakan.
1.Child with communication disorder and deafness
Lebih popular dengan istilah tunarungu/wicara adalah mereka yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar sebahagian atau keseluruhan, akibat tidak berfungsinya indra pendengaran sebagaian/keseluruhan.
1.Child with partially seeing and legally blind
Anak tunagrahita dikategorikan sebagai anak-anak yang memiliki indra ke-enam. Hal ini mengacu kepada kemampuan inteligensi yang cukup baik, daya ingat yang kuat, kemampuan taktil yang tinggi berupa kemampuan merasakan objek melalui ujung jari-jemarinya sebagai pengganti indra penglihatannya. Anak tunagrahita mempresepsikan dunia dengan menggunakan indra sensoriknya, sehingga mereka membutuhkan latihan dalam waktu yang lama untuk menguasai dunia persepsi. Dalam melakukan interaksi sosial umumnya dilakukan dengan cara menyentuh dan mendengar objeknya, sehingga kurang menarik bagi lawan bicaranya.
SUMBER:http://sekolahdolan.org
Hingga saat ini anak-anak berkebutuhan khusus yang mendapat perhatian yang cukup luas di masyarakat adalah mereka yang tergolong kedalam Pervasive Developmental Disorder atau Autism Spectrum Disorder.
1.Autistic Disorder
Autisme adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
1.Asperger Disorder
Secara umum performa anak Asperger Disorder hampir sama dengan anak autisme, yaitu memiliki gangguan pada kemampuan komunikasi, interaksi sosial dan tingkah lakunya. Namun gangguan pada anak Asperger lebih ringan dibandingkan anak autisme dan sering disebut dengan istilah ”High-fuctioning autism”. Hal-hal yang paling membedakan antara anak Autisme dan Asperger adalah pada kemampuan bahasa bicaranya. Kemampuan bahasa bicara anak Asperger jauh lebih baik dibandingkan anak autisme. Intonasi bicara anak asperger cendrung monoton, ekspresi muka kurang hidup cendrung murung dan berbibicara hanya seputar pada minatnya saja. Bila anak autisme tidak bisa berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, anak asperger masih bisa dan memiliki kemauan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Kecerdasan anak asperger biasanya ada pada great rata-rata keatas. Memiliki minat yang sangat tinggi pada buku terutama yang bersifat ingatan/memori pada satu kategori. Misalnya menghafal klasifikasi hewan/tumbuhan yang menggunakan nama-nama latin.
1.Rett’s Disorder
Rett’s Disorder adalah jenis gangguan perkembangan yang masuk kategori ASD. Aspek perkembangan pada anak Rett’s Disorder mengalami kemuduran sejak menginjak usia 18 bulan yang ditandai hilangnya kemampuan bahasa bicara secara tiba-tiba. Koordinasi motorinya semakin memburuk dan dibarengi dengan kemunduran dalam kemampuan sosialnya. Rett’s Disorder hampir keseluruhan penderitanya adalah perempuan.
1.Childhood Disintegrative Disorder.
Yang membedakan anak Childhood Disintegrative Disorder (CCD) dengan anak autisme adalah bahwa umumnya anak CCD sempat berkembang secara normal sampai beberapa tahun termasuk kemampuan bahasa bicaranya. Biasanya anak-anak itu mengalami kemunduran setelah menginjak 2 tahun. Kemunduran kemampuan pada anak CDD bisa samapai pada kondisi anak dengan ganggaun autisme berat (low fuctioning autisme) dengan performa yang sama.
1.Pervasive Development Disorder Not Otherwie Specified (PDD-NOS)
Anak dengan gangguan PDD-NOS performanya hampir sama dengan anak Autisme hanya saja kualitas gangguannya lebih ringan dan terkadang anak-anak ini masih bisa bertatap mata, ekspresi wajah tidak terlalu datar dan masih bisa diajak bercanda.
Anak-anak berkebutuhan khusus selain Pervasive Developmental Disorder atau Autism Spectrum Disorder :
1.Child with developmental Impairement
Yang banyak dikenal di Indonesia sebagai anak tuna grahita (mental retardation). Secara umum anak dengan gangguan retardasi mental memiliki inteligensi di bawah rata-rata normal, tidak mampu berprilaku adaptif sesuai tugas-tugas perkembangan usianya. Secara performa fisik tanpak sekilas anak retardasi mental seperti anak normal. Kemampuan berkomunikasinyapun tidak mengalami gangguan.hanyak saja anak retardasi mental sulit mengembangkan topik pembicaraan kearah yang lebih lanjut dan kompleks.
1.Child with specific learning disability
Anak berprestasi rendah yang lebih populer dengan istilah anak berkesulitan belajar. Mereka mempunyai kesulitan di bidang-bidang akademik, kognitif dan masalah-masalah emosi sosial. Oleh sebab itu kelainan-kelaian yang dialami lebih bersifat psikologis, yang berimbas pada gangguan kelancaran berbicara, berbahasa dan menulis. Anak-anak LD terlihat tidak berkemampuan sebagai pendengar yang baik, berfikir, berbicara, membaca dan menulis, mengeja huruf, dan perhitungan yang bersifat matematika. Tes hasil belajar di sekolah menunjukan angka rendah. Yang tergolong learning disabilitis adalah anak dengan ganguan persepsi, cedera otak/cerebal palsy, minimal brain dysfunction, dyslexia dan developmental aphasia.
1.Child with emotional or behavioral disorder
Anak dengan ganguan perilaku menyimpang/emosional menunjukan masalah perilaku yang dapat terlihat dari ; selalu gagal/tidak dapat menjalin hubungan pribadi yang intim, berprilaku tidak pada tempatnya (sering mencari perhatian dengan cara-cara yang tidak logis), merasakan adanya depresi dan tidak bahagia (diri sendiri/bisa keluarga/lingkungan sosial) prestasi belajar menurun (memiliki masalah-masalah kesulitan belajar bukan disebabkan faktor intelektual, sensori atau kesehatan).
1.Child who have attention deficit disorder with hyperactive (ADHD)
ADHD terkadang lebih dikenal dengan istilah anak hiperaktif, oleh karena mereka selalu bergerak dari satu tempat ketempat yang lain. Tidak dapat duduk diam di satu tempat selama ± 5-10 menit untuk melakukan suatu kegiatan yang diberikan kepadanya. Rentang konsentrasinya sangat pendek, mudah bingung dan pikirannya selalu kacau, sering mengabaikan perintah atau arahan, sering tidak berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugas di sekolah. Sering mengalami kesulitan mengeja atau menirukan ejaan huruf.
1.Down Syndrom
Anak down syndraom sangat mudah dikenali lewat bentuk wajahnya (seperti orang mongol). Tapi beberapa diantaranya tidak memperlihatkan bentuk muka down syndrom (layaknya anak normal). Mereka biasanya sangat pendiam, sering bermasalah dengan koordinasi otot-otot mulut tangan dan kaki sehingga sering mengalami terlambat berbicara dan berjalan. Kemampuan inteligensinya dibawah rata-rata normal menyebabkan mereka sulit mengikuti tugas-tugas perkembangan anak normal, baik dalam aspek akademis, emosi dan bersosialisasi. Tak jarang behavioralnya juga memperlihatkan perilaku yang tidak adaptif (sering mencari perhatian yang berlebihan, memperihatkan sikap keras kepala yang berlebihan (shut off/berlagak seperti patung) dan kekanak-kanakan.
1.Child with communication disorder and deafness
Lebih popular dengan istilah tunarungu/wicara adalah mereka yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar sebahagian atau keseluruhan, akibat tidak berfungsinya indra pendengaran sebagaian/keseluruhan.
1.Child with partially seeing and legally blind
Anak tunagrahita dikategorikan sebagai anak-anak yang memiliki indra ke-enam. Hal ini mengacu kepada kemampuan inteligensi yang cukup baik, daya ingat yang kuat, kemampuan taktil yang tinggi berupa kemampuan merasakan objek melalui ujung jari-jemarinya sebagai pengganti indra penglihatannya. Anak tunagrahita mempresepsikan dunia dengan menggunakan indra sensoriknya, sehingga mereka membutuhkan latihan dalam waktu yang lama untuk menguasai dunia persepsi. Dalam melakukan interaksi sosial umumnya dilakukan dengan cara menyentuh dan mendengar objeknya, sehingga kurang menarik bagi lawan bicaranya.
SUMBER:http://sekolahdolan.org
Langganan:
Postingan (Atom)