Rabu, 05 Mei 2010

CERAI GARA-GARA SI KECIL BERKEBUTUHAN KHUSUS

Bisa jadi masalah sudah menumpuk sejak awal perkawinan. Si kecil yang tergolong anak dengan kebutuhan khusus hanya pemicu saja.

Tak banyak kasus pasangan bercerai gara-gara memiliki anak berkebutuhan khusus. Karena seharusnya dengan adanya masalah, perkawinan akan semakin kuat karena banyak hikmah yang dapat diambil dari kejadian tersebut. Jadi kalaupun terjadi perceraian, pada dasarnya fondasi perkawinan tersebut memang sudah goyah. Jangankan pemicu yang berat -seperti memiliki anak berkebutuhan khusus- pemicu ringan pun akan dapat membuat mereka memutuskan untuk berpisah.

Penyebabnya bisa karena suami istri tak memunyai kemampuan yang baik dalam mengelola stres; karena keduanya memiliki karakter yang keras sehingga tak ada yang mau saling mengalah dalam menghadapi suatu persoalan. Penyebab lainnya, suami-istri tak terbiasa menyelesaikan konflik dan menerima musibah sebagai suatu cobaan yang pada akhirnya akan membawa hikmah. Dengan kata lain, ada atau tidaknya anak berkebutuhan khusus, si pasangan tetap rawan untuk bercerai.

KONFLIK PADA AYAH

Biasanya kasus perceraian yang dipicu hadirnya anak berkebutuhan khusus terjadi pada pasangan yang baru memiliki anak pertama. Mengapa? Karena tahun-tahun pertama perkawinan merupakan masa penyesuaian diri suami-istri. Ketika anak pertama yang terlahir kebetulan cacat atau memiliki kelainan, suami atau istri cenderung saling menyalahkan sehingga timbul konflik. Berbeda bila hal itu menimpa anak selanjutnya. Rasa saling menyalahkan biasanya tak begitu kuat sebab anak sebelumnya sudah terbukti normal.

Selanjutnya, ikatan batin seorang ibu akan membuatnya berjuang demi anak yang memiliki kelainan. Sementara suami tidak selalu demikian. Ada yang bisa menerima kondisi anak apa adanya namun ada yang tidak. Apalagi pada budaya dengan garis keturunan ayah (patriarkal), memunyai anak yang tak sempurna bisa merupakan suatu pukulan bagi seorang di antara mereka. Bagi suami yang bisa menerima, ia tidak akan merasa malu mengakui anaknya yang tidak sempurna, turun tangan dalam pengasuhan, juga mau tahu akan segala perkembangan dan kemajuan yang dialami si kecil. Sementara suami yang menolak, akan berlaku sebaliknya; malu dan tak menerima bila keturunannya cacat.

Kondisi ini dapat diperparah jika keluarga besar suami juga menganggap hal itu sebagai aib dan mempersalahkan pihak istri. Sering, pasangan dengan anak special needs mempunyai perbedaan pendapat dalam berbagai hal, termasuk asal usul penyebab kelainan yang diderita anak. Bila memang pada dasarnya perkawinan sejak awal sudah bermasalah, katakanlah tak disetujui orang tua, suami bisa-bisa menyesali pernikahannya sehingga ia memutuskan untuk menceraikan istri dan tidak memberi perhatian kepada anak; tak pernah menanyakan kabar, kondisi dan perkembangannya.

PERBEDAAN PENDAPAT

Perbedaan pendapat juga sering memicu konflik antarsuami-istri yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Penyebabnya antara lain:

* Ibu merasa paling tahu. Pasalnya ia yang merasa banyak memperoleh informasi soal kelainan yang diderita anaknya. Sementara suami sibuk dengan pekerjaan sehingga yang tadinya ikut terlibat menangani anak jadi menarik diri dan merasa tak perlu ikut campur lagi dalam penanganan.

* Perbedaan cara penanganan. Katakanlah begini, suami percaya pada penanganan secara spiritual di samping medis. Sementara istri hanya menyetujui terapi medis. Masing-masing meyakini metode mereka yang paling benar dan saling menyalahkan metode yang lain. "Tuh kan si Adek jadi tambah parah kalau pakai caramu itu."

* Kondisi keuangan. Terlebih bila istri terpaksa berhenti bekerja karena ingin mencurahkan waktu untuk mengasuh anaknya. Ini berarti pemasukan hanya dari pihak suami. Dari situlah dapat muncul percekcokan. Istri ingin si kecil memperoleh penanganan yang terbaik, sementara suami terpentok keterbatasan dana. Keadaan ini lama-lama dapat membuat suami stres sehingga mudah marah yang akhirnya menjadi sumber pertengkaran.

* Psikis istri lebih sensitif. Lantaran itu, sering terjadi kesalahpahaman dengan suami. Umpamanya, ketika suami meminta istri agar jangan terlalu capek mengurus anak, istri malah merasa segala usahanya tak dihargai suami.

YANG BISA DILAKUKAN ISTRI

Perpisahan dengan suami dalam kondisi seperti ini pastilah tidak akan menguntungkan pihak istri. Namun setidaknya ada yang bisa dilakukan istri, seperti:

* Introspeksi diri

Istri hendaknya melakukan introspeksi diri mengapa perceraian bisa terjadi. Ini dimaksudkan agar yang bersangkutan jangan hanya dapat menyalahkan suami dan menganggap suami tak berperikemanusian karena meninggalkannya dalam keadaan terpuruk. Sering kan karena sibuk mengurus si kecil yang berkebutuhan khusus, anak yang lain terabaikan, demikian juga suami. Atau mungkin istri terlalu memaksakan kehendak soal keuangan tanpa memandang keberatan-keberatan yang diajukan suami. Bisa juga istri sering memaksakan kehendak atau dianggap sok tahu sehingga membuat suami merasa tak dihargai.

* Mencari dukungan

Tradisi kekeluargaan yang kental di Indonesia membuat keluarga besar masih mudah dimintai bantuannya untuk peduli. Namun jika ada keterbatasan pada pihak keluarga istri, terbukalah untuk membicarakannya pada keluarga pihak suami tentang keadaan anak. Termasuk masalah perhatian yang dibutuhkannya atau masalah materi.

Selain dukungan keluarga, ibu juga dapat bergabung dengan mailing list atau grup-grup orang tua yang memiliki anak dengan kondisi yang sama. Di sini, ibu dapat berbagi cerita, informasi dan pengalaman.

* Jika memungkinkan, bekerjalah

Kondisi ini tentu tidak akan mudah. Terlebih pikiran ibu pastilah berat untuk meninggalkan si kecil berkebutuhan khusus di rumah. Jadi tak perlu memaksakan diri. Namun buatlah waktu untuk membangun tekad. Umpamanya, "Aku akan bekerja kembali saat terapi yang dijalani anakku sudah lebih baik dan bisa dilakukan di rumah." Agar lebih plong, sebelum kembali bekerja, ibu harus sudah memiliki orang yang dapat dipercaya membantu mengasuh si kecil di rumah.

SUMBER: http://www.tabloid-nakita.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar