Jumat, 07 Mei 2010

Tingkatkan Rasa Percaya Diri Anak Berkebutuhan Khusus

Mita Zoelandari

Apakah anak Anda sering menghindar saat diajak mencoba kegiatan baru? Atau Anda sering mendengar si kecil mengeluh dirinya bodoh? Ini bukanlah hal yang wajar. Menganggap diri bodoh atau tak mampu merupakan tanda-tanda anak Anda kurang percaya diri. Apalagi jika anak menerima kritikan dan gagal menyelesaikan sesuatu, misalnya PR atau saat tidak mampu berlari hingga garis finish. Sayangnya, karena kurang percaya diri anak enggan berusaha maksimal agar tidak gagal.

Jangan pasrah dengan sikap anak. Anda bisa mendorong kepercayaan diri anak dan menyemangatinya saat anak merasa gagal. Semakin tinggi rasa percaya diri anak maka semakin mudah anak menghadapi tantangan dalam hidupnya terutama untuk anak berkebutuhan khusus. Tak ada anak yang menolak diberi pujian terutama saat anak telah berhasil mengerjakan pekerjaannya dengan baik dan bersikap positif. Sedangkan, pada anak berkebutuhan khusus, pujian menjadi minim karena anak seringkali bersikap tidak pada tempatnya. Psikolog perkembangan anak dari Developmental Pediatrician of New Hyde Park, New York, Kate Rauch, mengatakan standar pujian pada anak umumnya berbeda dengan anak berkebutuhan khusus. Berikan pujian saat anak berhasil melakukan hal-hal yang sederhana, misalnya anak bertahan duduk di meja makan selagi menghabiskan sarapannya. Hindari terfokus hanya pada perilaku buruk anak. Sebaiknya sesuaikan pandangan Anda dengan kemampuan anak.

Kesuksesan tidak akan didapat jika anak tidak pernah diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya. Bantu anak menemukan minatnya. Jauhkan kekhawatiran Anda bahwa anak akan mengalami pengalaman yang buruk. Berikan anak kepercayaan untuk mencoba hal yang diminati, misalnya Anda mendaftarkan anak bergabung dalam tim sepak bola, namun anak lebih mahir berenang dibandingkan bermain sepak bola. Mungkin anak sulit mengikuti permainan yang terdiri dari banyak anggota. Izinkan anak meningkatkan kemampuannya di olahraga renang. "Orangtua perlu bersikap realistis dalam menaruh harapannya pada anak, dan membuka mata pada potensi anak lalu bantu anak mengembangkannya," ujar Helen Neville, parent educator di Rumah Sakit Kaiser, Oakland, California.

Kendati anak kesulitan menyelesaikan sesuatu bukan berarti Anda yang menyelesaikannya. Katakan pada anak, bahwa Anda akan menemaninya menyelesaikan sesuatu. Contoh sederhana, saat makan siang, minta anak duduk selama 15 menit. Jika anak mulai bersikap hiperaktif atau tidak fokus, cobalah menarik perhatiannya dengan bercerita, lalu lakukan kontak mata dan katakan bahwa anak hanya perlu beberapa suapan untuk menghabiskan makanannya. Anda tak perlu terus mengikuti keinginan anak, sesekali anak perlu belajar beradaptasi dan berusaha menyelesaikan pekerjaannya.

Helen mengingatkan, sebaiknya orangtua jangan membanding-bandingkan anak dengan anak-anak seusianya. Tanpa perlakuan yang berbeda dari Anda sebenarnya anak sudah memahami keadaan dirinya. Setelah menjalani beberapa tahun di bangku sekolah anak bisa mengamati perbedaan dari cara pengajaran guru yang spesial atau perlakuan teman-temannya. Hindari mengatakan "Kakak kamu bisa, mengapa kamu tidak bisa?" sebaiknya katakan, "Lihat dia berhasil. Kamu juga pasti bisa". Tanamkan dalam pikiran anak, bahwa Anda adalah penggemar nomor satunya. Anak akan merasa dirinya bukan berbeda melainkan unik dan spesial.

sumber:http://www.inspiredkidsmagazine.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar